Pengertian Perjanjian Tinjauan Umum Tentang Kredit

29 bahwa semua harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan ada kemudian seluruhnya menjadi jaminan pemenuhan pembayaran hutang.

2.3.5. Prosedur Pemberian Kredit

Secara umum prosedur dalam pemberian kredit ada tiga tahap yaitu: 1. Pengajuan permohonan kredit Untuk memperoleh kredit dari bank, maka tahap pertama yang dilakukan adalah mengajukan permohonan kredit kepada bank yang bersangkutan. Dimana permohonan tersebut harus dilampiri dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan. 2. Penelitian berkas kredit Setelah permohonan kredit tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas permohonan kredit yang diajukan tersebut. Sedangkan apabila ternyata berkas kredit yang diajukan tersebut belum lengkap dan belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka bank akan meminta kepada pemohon untuk melengkapinya. 2.4. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

2.4.1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu sumber perikatan ketentuan dalam pasal 1233 KUH Perdata Buku III, menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan karena perjanjian maupun karena Undang-Undang. 30 Pengertian perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Rumusan tersebut menegaskan bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain. Ini berarti bahwa dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang pihak kepada satu atau lebih orang atau pihak lainnya yang berhak atas prestasi tersebut, sehingga menimbulkan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak. Dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi debitur dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut kreditur. Ketentuan dalam pasal 1313 KUH Perdata tersebut kurang memuaskan karena terdapat kelemahan-kelemahan. Kelemahan- kelemahan tersebut seperti diuraikan sebagai berikut: 1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang lebih lainnya”. Kata kerja “mengikatkan” sifatnya hanya datang satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “saling mengikatkan diri”, jadi ada consensus kesepakatan antara pihak-pihak. 2. Kata perbuatan mencakup juga consensus. Dalam pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa zaakwaarneming, tindakan melawan hukum Onrechtmatige Daad yang mengandung suatu consensus seharusnya dipakai kata “persetujuan”. 31 3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Misalnya pengertian lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara kreditur dan debitur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang dikehendaki oleh buku ketiga KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan, buku perjanjian yang bersifat personal. 4. Tanpa menyebutkan tujuan, dalam merumuskan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa. Ada beberapa sarjana juga memberikan pengertian dari perjanjian, antara lain : 1. Subekti, pengertian dari perjanjian berpendapat bahwa : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikrarkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya sesuai dengan definisi perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata” Subekti,1977:4. 2. Abdulkadir Muhammad, berpendapat bahwa Hukum Perjanjian adalah “suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan” Hukum Perjanjian, 1986: 4. 3. R. Wirjono Prodjodikoro, berpendapat bahwa perjanjian adalah “suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan pelaksanaan janji tersebut” Hukum Perdata, 1981:11. 32 Dari rumusan yang terdapat dalam Pasal 1313-1314 KUH Perdata dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perjanjian dapat melahirkan perikatan yang bersifat sepihak dimana hanya satu pihak yang wajib berprestasi dan perikatan yang bertimbal balik kedua belah pihak saling berprestasi. Debitur pada satu sisi menjadi kreditur pada sisi yang lain pada saat bersamaan. Ini merupakan karakteristik khusus dari perikatan yang lahir dari perjanjian. Pada perikatan yang lahir dari Undang-Undang, hanya ada satu pihak yang menjadi debitur dan pihak lain menjadi kreditur yang berhak atas pelaksanaan prestasi debitur. Hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum yaitu hak right dan kewajiban obligation. Sedangkan hubungan hukum berdasarkan perjanjian adalah hubungan hukum yang terjadi karena persetujuan atau kesepakatan para pihaknya. Sedangkan hubungan hukum yang terjadi karena hukum adalah hubungan hukum yang terjadi karena undang-undang atau hukum adat menentukannya demikian tanpa perlu ada persetujuankesepakatan terlebih dahulu.

2.4.2. Unsur-unsur perjanjian

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ANTARA NASABAH DENGAN PT. BPR WIRA ARDANA SEJAHTERA SUKOHARJO

3 77 94

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 2 13

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Tinjauan Tentang Penyelesaian Wanprestasi Atas Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Di Pd Bpr Bank Boyolali.

0 1 13

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

0 2 10

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

1 11 30

PENDAHULUAN PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance).

0 1 13

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

(ABSTRAK) PENYELESAIAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. BPR SEJAHTERA ARTHA SEMBADA KOTA PEKALONGAN.

0 0 3

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA ATAS KENDARAAN BERMOTOR DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT MEKAR NUGRAHA CABANG BOYOLALI.

0 0 20