89
nasabah PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan, 29 Oktober 2010.
4.1.4. Penyelesaian Hukum Nasabah Akibat Wanprestasi atau Cidera Janji
Terhadap Perjanjian Kredit
Dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam penyelesaian perjanjian kredit dengan jaminan kepemilikan kendaraan
bermotor di PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan menempuh beberapa jalan sebagai berikut :
1. Prevensif atau Pencegahan
Dalam mengatasi semua persoalan lebih baik mencegah daripada mengatasi sesudah terjadi tunggakan. Caranya yaitu dengan
jalan lebih banyak memberikan petunjuk-petunjuk kepada nasabah jalan keluarnya. Jika ternyata ada kesulitan dalam membayarnya
misalnya ternyata mereka sudah jatuh tempo dan belum lunas serta takut datang ke kantor PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan
maka petugas harus aktif mengurusnya sehingga jangan sampai terjadi tunggakan baru.
2. Revrensif atau Penanggulangan
Dalam menanggulangi tunggakan atau mengurangi tunggakan lebih sulit daripada mencegah, untuk mengurangi atau menagih
tunggakan yang sudah terlanjur terjadi maka PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan melakukan dengan cara sebagai berikut :
90
1 Dipanggil di kantor PT. BPR Sejahtera Artha Sembada oleh
pimpinan bank dalam surat teguran kepada nasabah. 2
Pihak PT. BPR Sejahtera Artha Sembada menagih langsung dari rumah penunggak atau rumah nasabah tersebut. Wawancara
dengan Harianto, Account Officer PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan, 30 Oktober 2010.
PT. BPR Sejahtera Artha Sembada dalam memberikan kredit kepada masyarakat, yakni pihak bank mempunyai pendapatan yang berasal
dari bunga kredit, sehingga dalam pelepasan kredit pihak PT. BPR Sejahtera Artha Sembada mensyaratkan adanya jaminan sebagai
pengaman jika debitur lalai dalam memenuhi kewajibannya, namun sering terjadi pula debitur melakukan wanprestasi, sehingga menyebabkan kredit
macet nasabah dalam membayar kredit. Wawancara dengan Hentri Kurniasari, Bagian Administrasi Kredit PT. BPR Sejahtera Artha Sembada
Pekalongan, 30 Oktober 2010. Wanprestasi atau cidera janji seorang nasabah dapat berupa empat
macam yaitu : 1.
Tidak melakukan syarat perjanjian yang sudah diperjanjikan sebelumnya kepada pihak bank
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi nasabah tidak
menjanjikannya 3.
Selalu terlambat dalam membayar hutangnya atau kredit
91
4. Nasabah dalam melakukan sesuatu yang dalam perjanjiannya tidak
boleh dilakukannya oleh nasabah yang diberikan dari pihak bank. PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan dalam penyelesaian
wanprestasi atau cidera janji pihak bank melakukan panggilan secara tertulis kepada nasabah untuk diminta kesanggupan dalam membayar
kredit. Namun apabila dalam waktu satu bulan nasabah tidak menghadap kepada pihak bank, maka bank melakukan surat teguran atau somasi yang
dibuat secara tertulis. Bila dalam somasi tersebut nasabah masih tetap tidak menghadap maka persoalan ini akan diserahkan kepada BUPLN
Badan Usaha Penyelesaian Lelang Negara untuk dilakukan pelelangan barang jaminan.
Menurut Arif Budiman mengatakan “ hendaknya pihak bank tidak dengan seenaknya saja melelang barang jaminan atau menyita barang yang
di punyai oleh nasabah tanpa memberitahu terlebih dahulu, mungkin sebelum menyita ada cara-cara dalam yang harus dihadapi oleh nasabah
seperti memanggil nasabah untuk datang ke bank atau dengan surat teguran untuk nasabah”. Wawancara dengan Bapak Arif Budiman,
nasabah PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan, 2 September 2010.
Menurut Bapak Sutarno mengatakan “pihak bank tidak dengan seenaknya saja melelang barang jaminan atau menyita barang yang di
punyai oleh nasabah tanpa memberitahu terlebih dahulu, mungkin sebelum menyita ada cara-cara dalam yang harus dihadapi oleh nasabah seperti
92
memanggil nasabah untuk datang ke bank atau dengan surat teguran untuk nasabah”. Wawancara dengan Bapak Sutarno, nasabah PT. BPR Sejahtera
Artha Sembada Pekalongan, 2 November 2010. Menurut Ibu Winarsih mengatakan “pihak bank hendaknya
bersikap baik dalam menagih setoran kredit dan dalam menyita barang jaminan kalau tunggakannya sudah lewat waktu dan tidak dengan
seenaknya saja melelang barang jaminan atau menyita barang yang di punyai oleh nasabah tanpa memberitahu terlebih dahulu”. Wawancara
dengan Ibu Winarsih, nasabah PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan, 2 November 2010.
Apabila usaha yang dilakukan pihak bank tersebut dirasa tidak membuahkan hasil dari nasabah, maka pihak PT. BPR Sejahtera Artha
Sembada akan melakukan sita dengan perantara PUPN Panitia Urusan Piutang Negara atau Pengadilan Negeri setempat. Wawancara dengan
Harianto, Account Officer PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan, 2 November 2010.
Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi kredit macet terlebih dahulu piahk bank akan meneliti sebab-sebab
terjadinya kemacetan kredit. Dengan menerapkan langkah preventif dan revrensif, pihak bank berusaha menekan seminimal mungin terjadinya
kredit macet. Tindakan preventif ini dapat meliputi sistem pengawasan dan pengamanan kredit, prosedur pemberian kredit dengan menetapkan prinsip
5C yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of
93
economy. Wawancara dengan Hentri Kurniasari, Bagian Administrasi Kredit PT. BPR Sejahtera Artha Sembada Pekalongan, 29 Oktober 2010.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pelaksanaan Perjanjian Hutang Kredit dengan Jaminan Kepemilikian Kendaaraan Bermotor di PT. BPR Sejahtera Artha