Manfaat Pelatihan dalam Keseharian Kerja Karyawan

20 Tahun 11-15 tahun 6-10 tahun 1-5 tahun Pengalaman 5 4 3 2 1 Co unt memenuhi Tuntututan dan Persyaratan dari Pekerjaan Pengembangan Karir memperluas Wawasan dan Pengetahuan Meningkatkan Produktifitas Kerja Pengembangan Kemampuan Kerja Motivasi Bar Chart meningkatkan produktivitas kerja dan memenuhi tuntutan dan persyaratn pekerjaan yang masing-masing bernilai 6,7. Berikutnya pada rentang lama bekerja 20 tahun, hanya terdapat satu jenis motivasi yang paling mendominasi yaitu sebagai pengembangan kemampuan kerja yang memiliki nilai persenatase sebesar 3,3 Lampiran 11. Sedangkan jika dilihat dari subjek motivasi, pengembangan kemampuan kerja memiliki nilai persentase paling besar, yaitu 36,6 Gambar 9.

4.5.4. Manfaat Pelatihan dalam Keseharian Kerja Karyawan

Pelatihan yang telah dilakukan oleh responden dirasakan memiliki manfaat yang berbeda-beda, terkait hubungannya dalam keseharian kerja karyawan. Manfaat pelatihan yang telah dilakukan oleh karyawan adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja, untuk 16,6 16,6 16,6 3,3 3,3 6,7 10 3,3 6,7 6,7 3,3 36,6 26,7 10 13,3 13,3 Gambar 9. Diagram Crosstab Lama Bekerja dengan Motivasi Mengikuti Pelatihan menunjang dan membantu pelaksanaan tugas, dan untuk memecahkan masalah seputar pekerjaan. 1. Pelatihan Sebagai Sarana Meningkatkan Kemampuan Kerja Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner ini, sebanyak 10 responden menyatakan “sangat setuju” terhadap pernyataan yang menyebutkan bahwa pelatihan mampu meningkatkan kemampuan kerja. Kemudian, terdapat persentase responden sebesar 46.67 yang menyatakan “setuju”. Sedangkan sisanya, terdapat 23.33 dan 20 responden yang menyatakan “cukup setuju” dan “kurang setuju” terhadap pernyataan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan memang dirasakan karyawan mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam keseharian kerja Gambar 10. Gambar 10. Pelatihan Sebagai Sarana Meningkatkan Kemampuan Kerja 2. Pelatihan Sebagai Sarana untuk Menunjang dan Membantu Pelaksanaan Tugas Untuk jenis pertanyaan berikutnya, yaitu apakah pelatihan yang telah diberikan mampu menunjang dan membantu pelaksanaan kerja, maka mayoritas responden yaitu sebesar 56.67 10 46,67 23 20 Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju menyatakan persetujuannya. Hal ini membuktikan bahwa pelatihan mampu memberikan pengaruh-pengaruh positif dalam menunjang dan membantu pelaksanaan tugas. Kemudian terdapat persentase responden sebesar 23.33 yang menyatakan “cukup setuju” dengan pernyataan itu, dan sisanya yaitu persentase responden sebesar 16.67 dan 3.33 yang menyatak an “sangat setuju” dan “kurang setuju”. Dilihat dari mayoritas persentase responden yang mengemukakan persetujuannya, maka dapat disimpulkan bahwa karyawan menganggap pelatihan sebagai sarana untuk menunjang dan membantu pelaksanaan tugas Gambar 11. Gambar 11. Diagram Pelatihan Sebagai Sarana dalam Membantu dan Menunjang Pelaksanaan Tugas 3. Pelatihan Sebagai Sarana Memecahkan Masalah Seputar Pekerjaan Sementara itu, dari hasil kuesioner juga bisa diketahui bahwa terdapat jumlah persentase responden sebesar 46.67 yang menyatakan “setuju” bahwa pelatihan mampu memecahkan masalah seputar pekerjaan. Kemudian sebesar 26.67 responden menyatakan “sangat setuju” dengan pernyataan tersebut. Lalu sisanya, hanya 16.67 serta 10 yang menyatakan “cukup setuju” dan “kurang setuju”. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa 16,67 56,67 23,33 3,33 Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju mayoritas responden menyetujui statement perihal peran serta pelatihan sebagai sarana untuk semecahkan masalah yang timbul seputar pekerjaan Gambar 12 Gambar 12. Diagram Pelatihan Sebagai Sarana Memecahkan Masalah Seputar Pekerjaan

4.6. Analisis Kebutuhan Pelatihan Karyawan

Berdasarkan teorinya, analisis kebutuhan pelatihan dilakukan sebelum pelatihan diselenggarakan bagi karyawan yang bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam menentukan sasaran pelatihan yang dibutuhkan karyawan serta mencegah adanya pemborosan yang diakibatkan oleh keselahan penetapan sasaran tersebut. Pelaksanaan pelatihan yang diterapkan oleh Departemen Seismic Data Acqusition PT. Elnusa Geosains sebenarnya sudah cukup baik, hanya saja perusahaan tidak menerapkan tahap analisis kebutuhan pelatihan dalam pelaksanaan pelatihannya. Hal tersebut tercermin dalam pelaksanaan pelatihan perusahaan sebelum tahun 2008, dimana setiap akhir tahun Manajer mengisi form rekomendasi pelatihan yang ditujukan kepada Divisi Human Resource. Selanjutnya Divisi tersebut memformulasikan program pelatihan untuk satu tahun ke depan berdasarkan jenis pelatihan yang sebelumnya telah direkomendasikan oleh Manajer. Sehingga terlihat bahwa penetapan