Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Museum merupakan suatu bangunan yang menyimpan koleksi hasil karya dan prestasi masyarakat di masa lampau. Museum dapat juga berbentuk suatu situs atau lingkungan fisik tertentu. Benda-benda koleksi di museum merupakan sumber informasi dan bukti konkrit bagi masyarakat mengenai kehidupan pada masa lampau. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 766 museum berarti gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Menurut ICOM International Council of Museums museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan- tujuan studi, pendidikan dan kesenangan Sutaarga, 1991: 3. Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan 1 budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas. Museum sebagai suatu institusi yang menyajikan berbagai hasil karya dan cipta serta karsa manusia pada masa lampau, merupakan tempat yang tepat sebagai sumber pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan menjadi lebih berarti jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah, karena museum memberikan fasilitas belajar yang sangat menguntungkan dan merupakan bagian sumber belajar sejarah yang nyata. Melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan di Museum, siswa dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa mendatang. Benda-benda koleksi di museum dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa. Di Kota Magelang terdapat beberapa museum yang menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah, antara lain 1 Museum Diponegoro yang terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2 Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3 Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4 Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan 5 Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang tersebut berada dalam perlindungan dan pengawasan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Salah satu museum yang terdapat di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro terletak di Karesidenan Magelang, bagian barat laut kota Magelang. Museum Diponegoro dahulunya merupakan kamar rumah Residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock. Tetapi dalam perundingan Pangeran Diponegoro dijebak dan akhirnya di tangkap Belanda pada 25 Maret 1830. Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, maka kamar tempat Pangeran Diponegoro dijebak dijadikan Museum Kamar Pengabadian Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan bukti-bukti atau peninggalan sejarah dari Pangeran Diponegoro yang ditangkap secara licik dalam suatu perundingan dengan Belanda, antara lain : 1. Kamar, yaitu kamar di rumah Residen Kedu tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, dan merupakan tempat Pangeran Diponegoro ditangkap. 2. Satu set meja dan kursi perundingan, dahulu dipakai untuk perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock, sedangkan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro terdapat guratan. Menurut cerita guratan tersebut adalah bekas guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarahnya terhadap kelicikan Belanda. 3. Jubah, adalah jubah Pangeran Diponegoro yang dipakai pada saat berunding dengan Belanda. Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari kain shantung dari negeri Tiongkok. 4. Kitab Tahrib. 5. Gambar lukisan Pangeran Diponegoro, yang merupakan reproduksi dari lukisan aslinya yang disimpan oleh P. Pudjokusumo di Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya. 6. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal Gombong. Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama Islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii. 7. Teko atau poci, yaitu benda milik pribadi Pangeran Diponegoro yang dipakai beliau pada saat masih berada di Bantul. 8. 7 Tujuh buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan kopi. 9. Lukisan karya Raden Saleh, yaitu lukisan reproduksi merupakan suasana penangkapan Pangeran Diponegoro di depan Gedung Karesidenan Kedu di Magelang. 10. Lukisan karya Dr. Daud Yusuf, yaitu lukisan reproduksi Pangeran Diponegoro dalam suasana perang. 11. Lukisan karya Hendrajasmoko, yaitu lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo. Benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum Diponegoro merupakan sumber belajar dan informasi konkrit bagi siswa. Bangunan Museum Diponegoro tidak diubah banyak, bentuknya masih seperti bangunan kuno, sehingga kharisma Pangeran Diponegoro masih sangat terasa. Museum Diponegoro dengan koleksi-koleksi peninggalan sejarah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah. Widja 1989: 61 menjelaskan bahwa sekali peristiwa sejarah itu terjadi maka peristiwa itu akan lenyap, yang tertinggal hanyalah jejak-jejak bekas-bekas dari peristiwa yang kemudian dijadikan sumber dalam menyusun sejarah yang sering disebut peninggalan sejarah. Dalam pengajaran sejarah, untuk membantu murid lebih memahami suatu peristiwa dengan lebih baik dan lebih menarik, tentu saja peninggalan sejarah itu akan membantu guru sejarah dalam tugasnya yang mana hal ini bisa dimengerti karena melalui jejak-jejak itu murid akan mudah memvisualisasikan peristiwanya. Di dalam Sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek-aspek ini perlu dipelajari dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini akan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam masyarakat apada masa yang akan datang. Oleh karena itu belajar sejarah memberikan pengalaman yang berguna bagi kehidupan kita Soewarso, 2000: 27. Pendidikan Sejarah memberikan pengertian kepada masyarakat tentang makna dari peristiwa masa lampau. Sehingga pendidikan sejarah yang dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan kearifan maka dapat membantu mewujudkan generasi yang sadar sejarah dan bijaksana dalam menanggapi masa lampau agar dapat menata masa depan secara lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pendidikan sejarah bertujuan agar mampu untuk 1 membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; 2 melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; 3 menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; 4 menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang; 5 menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional. Metode pengajaran merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah di sekolah-sekolah adalah metode pengajaran yang kurang menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Guru cenderung tetap memilih ceramah bervariasi, malas dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang variatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain mengajak siswa pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar mereka. Lingkungan di sekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila berhubungan dengan situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat menggambarkan suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata di sekitar siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk menggambarkan dan mengantarkan suatu peristiwa sejarah Isjoni, 2007: 15. Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan terjadinya suatu peristiwa sejarah, misalnya yang terdapat di museum, monumen ataupun berupa situs sejarah merupakan sumber belajar yang dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan pada situasi dunia nyata, mendorong siswa agar mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajar meningkat. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah merupakan kegiatan pembelajaran berkaitan pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, adalah perlawanan terbesar rakyat Jawa menentang kolonialisme bangsa Belanda pada periode sesudah tahun1800, sehingga di sebut Perang Jawa, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan Museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi pelajaran sejarah yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”. Pemanfaatan Museum akan memberi banyak pengalaman terutama untuk membuktikan bahwa yang dibaca dalam buku adalah benar, yaitu melalui observasi di Museum Diponegoro Kota Magelang. Melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar berupa museum inilah kemudian akan dibangun siswa yang bukan hanya mampu mengerti lewat buku, akan tetapi juga mengembangkan siswa yang memiliki ide-ide hasil dari pemanfaatan museum. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan kejenuhan dalam pembelajaran sejarah. Melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar, diharapkan proses pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan dan nantinya akan mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa. Kegiatan ini akan menumbuhkan keaktifan siswa dalam mempelajari dan mengamati peninggalan sejarah secara langsung yang berdampak pada pembelajaran sejarah yang lebih berkesan, siswa mudah memahami tentang peristiwa sejarah, dan siswa diperlihatkan bukti-bukti nyata mengenai materi pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas. Be rdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk- Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 20102011”

B. Rumusan Masalah