Meteri Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam

perkembangan dan perubahan masyarakat serta keseragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Tujuan proses pembelajaran adalah membantu para para peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik dapat bertambah. Untuk itulah peran guru dalam pembelajaran sejarah sangat penting terutama dalam menggunakan motode pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta didik dapat tertarik dan termotivasi dengan mata pelajaran sejarah dan hasil belajar peserta didik dapat dicapai secara maksimal. Selain itu, dengan mempelajari sejarah akan memperkaya pengetahuan masa lampau untuk dijadikan pengalaman masa sekarang.

4. Meteri Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam

Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Pengaruh kebijakan kolonial secara politik tampak dari reaksi masyarakat Indonesia dalam bentuk perang-perang besar. Perang itu meletus di berbagai wilayah Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 merupakan materi pembelajaran sejarah SMP kelas VIII, pada standar kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah. Perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 merupakan perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah melawan kolonialisme Belanda pada periode sesudah tahun 1800 masih bersifat kedaerahan dan tradisional. Ricklefs 1991: 177-221 menjelaskan bahwa perlawanan-perlawanan besar oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda pada periode sesudah tahun 1800 antara lain perlawanan Saparua di Maluku tahun 1817, Perang Paderi pada tahun 1821 sampai 1837 di daerah Minangkabau yaitu di pesisir barat Sumatera, Perang Jawa pada tahun 1825 sampai 1830, Perang Aceh pada tahun 1873 sampai 1904, Perang Banjarmasin pada tahun 1859 sampai 1863, dan Perang Jagaraga di pulau Bali pada tahun 1846 sampai 1906. Matroji 2006: 44-51, dalam buku sumber pelajaran sejarah SMP kelas VIII berdasarkan standar isi 2006 menjelaskan mengenai materi perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800, yang tercantum dalam silabus mata pelajaran sejarah pada standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”. Pada periode sesudah tahun 1800 adalah perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam melawan kolonialisme bangsa Belanda. Pembelajaran sejarah pada siswa kelas VIII SMP pada Materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 salah satu perlawanan yang akan disampaikan adalah Perlawanan Diponegoro 1825-1830. Materi pelajaran akan lebih menarik dan efektif dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yaitu dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Koleksi dan peninggalan sejarah yang ada di Museum Diponegoro yang terdapat di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 di Karesidenan Kota Magelang, merupakan sumber bukti nyata dalam materi perlawanan Pangeran Diponegoro dan rakyat Jawa dalam menentang kolonialisme Belanda pada tahun 1825 sampai 1830. Perang Diponegoro 1825-1830 disebut juga Perang Jawa karena perang tersebut melibatkan seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terpusat di Yogyakarta Ricklefs, 1991: 178. Pada tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di kediaman Residen Kedu, di Magelang. Setelah perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, Diponegoro disergap dan dikepung oleh pasukan Belanda. Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro menandai berakhirnya perlawanan terbesar rakyat Jawa yang menewaskan 7000 serdadu berkebangsan Eropa dan 8000 serdadu berkebangsaan Indonesia. Sedikitnya 200.000 orang Jawa telah tewas dalam perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian ditahan dan diasingkan ke Manado kemudian Makassar, dan di Kota Makassar Diponegoro Wafat Ricklefs, 1991: 180.

5. Hasil Belajar