26
3.5 Diagram Alir Penelitian
Keterangan : Input
Output Perkembangan Wilayah
Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi
Kependudukan Aksesibilitas
Wilayah
Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah
Kesenjangan antar wilayah kecamatan
Arahan Pengembangan Pembangunan
Sektor Unggulan Tiap Kecamatan
27
3.6 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Indeks Komposit
Tingkat perkembangan wilayah merupakan hasil dari scalling antara berbagai indeks yang ada dan dapat digunakan dalam menganalisis
perkembangan wilayah, baik itu indeks ekonomi, pendidikan, demografi maupun kesehatan. Scalling dilakukan supaya nilai tiap-tiap variabel yang
akan digunakan sama rentangnya yaitu nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 100.
Cara Scalling : . 100
Sumber: Muammar, 2009 Keterangan:
X : Nilai dari variabel
X
min
: Nilai terendah dari variabel X
max
: Nilai tertinggi dari variabel Setelah itu hasil dari scalling berbagai indeks pengaruh
perkembangan wilayah tersebut akan dikompositkandijumlahkan, dan hasil penjumlahan tersebut dibuat klasifikasi kelas tinggi, sedang,
rendah. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan maka tingkat perkembangan wilayahnya pun akan semakin tinggi pula Muammar, 2009.
28 3.5.2
Analisis Locatient Quotient LQ Analisis Location Quotient LQ adalah suatu cara yang digunakan
untuk mengklasifikasikan sektor-sektor yang menjadi unggulan, baik kegiatan pertanian, perdagangan, industri maupun jasa melalui besarnya
peranan sektor tersebut terhadap perekonomian daerah. LQ
ir
: E
i kec
E
kec
E
i kab
E
kab
Sumber: Rustiadi, 2011 Keterangan:
LQ
ir
: Indeks Spasial Regional E
i kec
: Sektor i PDRB Kecamatan E
kec
: Total PDRB Kecamatan E
i kab
: Sektor i PDRB Kabupaten E
kab
: Total PDRB Kabupaten Kriteria yang dipergunakan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
LQ = 1 “self sufficient”, yaitu peranan relatif barang dan jasa yang
bersangkutan dalam wilayah kecamatan adalah sama dengan peranan relatif barang dan jasa sejenis dalam perekonomian wilayah kabupaten.
LQ 1 sektor basis, yaitu daerah tersebut mampu mengekspor barang dan
jasa ke luar wilayah, yang disebut sektor basis. LQ 1
sektor non basis, yaitu daerah tersebut perlu mengimpor barang dan jasa dari wilayah lain, yang disebut dengan sektor non basis.
29 Hasil perhitungan LQ tersebut nantinya akan memperlihatkan bahwa
masing-masing wilayah mempunyai sektor unggulan. Dengan pendekatan basis ekonomi, sektor unggulan merupakan sektor yang menjadi
penggerak utama perekonomian masyarakat di wilayah tersebut Muammar, 2009.
3.5.3 Analisis Indeks Williamson
Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat kesenjangan antar wilayah. Williamson 1975
merumuskan indeks kesenjangan wilayah dengan rumus :
IW =
–
. P
i
Sumber: Rustiadi, 2011 Keterangan:
IW : Indeks Kesenjangan Williamson
Yi : PDRB per kapita kecamatan i
Y : Rata-rata PDRB perkapita kabupaten
Pi :
, dimana fi jumlah penduduk kecamatan i dan n adalah total penduduk kabupaten
Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika semua Y
i
= Y maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya kesenjangan ekonomi antar daerah.
Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat
kesenjangan antar kecamatan di suatu kabupaten Rustiadi, 2011.
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisikal
maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Semua komponen
yang menjadi objek studi geografi dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mensejahterakan masyarakat dengan cara pembangunan.
Objek ilmu geografi ada dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah geosfer yang meliputi, atmosfer, litosfer, hidrosfer,
biosfer, antroposfer, dan pedosfer. Objek formalnya menekankan pada sudut pandang atau cara memandang dan cara berfikir terhadap suatu gejala di
permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun sosial, yaitu sudut pandang keruangan spasial yang mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat
penting, sudut pandang kelingkungan ekologikal yang mempelajari mengenai interaksi antar organism hidup dengan lingkungannya dan sudut pandang
kompleks wilayah regional yaitu kombinasi antara sudut pandang keruangan dan kelingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan keruangan. Analisis keruangan merupakan salah satu ciri geografi. Pendekatan keruangan banyak berhubungan dengan unsur-unsur berikut ini yaitu:
1. Jarak absolute maupun jarak relatif
2. Site dan situasi yang erat hubungannya dengan sifat dan fungsi kota
ataupun desa.