Pengertian Rehabilitasi NAPZA Model-model Pelayanan Rehabilitasi NAPZA

Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 24 3. Pencegahan Tersier Pencegahan ini dilakukan orang yang sedang menyalahgunakan NAPZA dan yang pernah menyalahgunakan NAPZA agar tidak kembali menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok lingkungannya. b. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna. 20 Penanganan kasus yang dilakukan oleh RSKO , RSJ, RSU pada umumnya hanya pada masalah medik akut, kronis, dan medik dengan komplikasi. Biasanya pasien yang ditangani di institusi ini akan menjalani detoksifikasi untuk menghilangkan pengaruh NAPZA dan menghambat pemakaian lebih lanjut yang pelaksanaannya dilakukan oleh dokter. Selanjutnya, penanganan perbaikan perilaku dilakukan oleh bagian rehabilitasi panti rehabilitasi yang pada umumnya di luar institusi rumah sakit. Penanganan penyalahguna di institusi tersebut dilakukan melalui berbagai pendekatan non medis seperti sosial, agama, spiritual, therapeutic community, dan pendekatan alternatif lainnya. 21

2.6 Rehabilitasi NAPZA

2.6.1 Pengertian Rehabilitasi NAPZA

Pengertian rehabilitasi NAPZA adalah rehabilitasi yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para mantan pengguna NAPZA agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Rehabilitasi NAPZA adalah suatu bentuk terapi dimana klien dengan ketergantungan NAPZA ditempatkan dalam suatu institusi tertutup selama beberapa waktu untuk mengedukasi pengguna yang berusaha untuk mengubah perilakunya, mampu mengantisipasi dan mengatasi masalah relaps kambuh.

2.6.2 Model-model Pelayanan Rehabilitasi NAPZA

Berdasarkan KEPMENKES No.996MENKESSKVIII2002, pelayanan rehabilitasi meliputi: 20 E., Sutarti, 2008, Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, http:www.bkkbn.go.id, diakses pada tanggal 11 Maret 2011. 21 Badan Narkotika Nasional, 2006, Gambaran Penyalahguna NAPZA Tahun 2001‐2004, http:www.bnn.go.id, diakses pada tanggal 25 Februari 2011. Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 25 1. Pelayanan Medik a. Detoksifikasi Detoksifikasi adalah suatu proses dimana seorang individu yang ketergantungan fisik terhadap zat psikoaktif khususnya Opioida, dilakukan pelepasan zat psikoaktif opioida tersebut secara tiba-tiba abrupt atau secara sedikit demi sedikit gradual. b. Terapi Maintenance Terapi maintenance rumatan adalah pelayanan pasca detoksifikasi dengan tanpa komplikasi medik. 2. Terapi Psikososial Dapat dilakukan melalui pendekatan Non Medis, misalnya Sosial, Agama, Spiritual, Therapeutic Community, Twelve Steps, dan alternatif lain. Metode ini diperlukan tindak lanjut dari sektor terkait seperti Departemen Sosial, Departemen Agama atau pusat-pusat yang mengembangkan metode tersebut. Pelaksanaan metode apapun, harus tetap berkoordinasi bersama dokter puskesmas Kecamatan setempat atau dokter rumah sakit terdekat untuk menanggulangi masalah kesehatan fisik dan mental yang mungkin dan atau dapat terjadi selama proses rehabilitasi. 3. Rujukan Pasien penyalahguna dan ketergantungan NAPZA dengan komplikasi medis fisik dirujuk ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Kota atau Rumah Sakit Umum Provinsi. Pasien penyalahguna dan ketergantungan NAPZA dengan komplikasi medis psikiatris dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa atau bagian psikiatri Rumah Sakit Umum terdekat. Model-model pelayanan rehabilitasi NAPZA adalah sebagai berikut : 1. Model pelayanan dan rehabilitasi medis a. Metadon Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair yang diberikan lewat mulut. Metadon merupakan obat yang paling sering digunakan untuk terapi substitusi bagi ketergantungan opioid. Bentuk terapi ini telah diteliti secara luas sebagai terapi modalitas. Terapi substitusi Metadon dari penelitian dan monitoring pelayanan, secara kuat terbukti efektif menurunkan penggunaan NAPZA jalur gelap, mortalitas, resiko penyebaran HIV, memperbaiki kesehatan mental dan fisik, memperbaiki fungsi sosial serta menurunkan kriminalitas. Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 26 Pada klien dengan pengguna heroin yang memakai rehabilitasi dengan Metadon, maka dosis Metadon dosis tinggi dinilai lebih efektif daripada dosisnya rendah atau menengah. Dosis Metadon yang tinggi akan diturunkan secara bertahap. Terapi rumatan Metadon diikuti perbaikan kesehatan secara substansial dan insiden efek samping rendah. Hampir ¾ klien yang mengikuti terapi Metadon berespon baik RSKO, 2005. Meski demikian, tidak semua pengguna dengan ketergantungn opioid dapat diberi terapi substitusi Metadon. Bagi mereka yang tidak dapat menggunakan metode ini, tersedia banyak pendekatan lainnya dan menggugah mereka tetap berada dalam terapi. b. Burprenorfin Burprenorfin adalah obat yang diberikan oleh dokter mellui resep. Aktifitas agonis opioid Burprenorfin lebih rendah dari Metadon. Burprenorfin tidak diabsorbsi dengan baik jika ditelan, karena itu cara penggunaannya adalah sublingual diletakkan di bawah lidah. 2. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan bimbingan individu dan kelompok Terapi ini merupakan terapi konvensional untuk klien ketergantungan NAPZA yang tidak menjalani rawat inap dan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Program ini didesain dengan kegiatan yang bervariasi seperti edukasi keterampilan, meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi moral dan spiritual, serta terapi 12 langkah the 12 steps recopvery program. 3. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Therapeutic Community a. Pengertian Therapeutic Community TC adalah sebuah kelompok yang terdiri dari individu dengan masalah yang sama, tinggal di tempat yang sama, memiliki seperangkat peraturan, filosofi, norma dan nilai, serta kultural yang disetujui, dipahami dan dianut bersama. Kesemuanya dijalankan demi pemulihan diri masing-masing. b. Tujuan TC Klien dapat mengolah subkultur yang dianut pengguna ke arah kultur masyarakat luas mainstream society, menuju kehidupan yang sehat dan produktif, meskipun pengguna sendiri mempunyai beberapa nilai untuk mempertahankan pemulihannya. c. Cardinal Rules No Drugs, No Sex, and No Violence d. Filosofi TC Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 27 Program TC berlandaskan pada filosofi dan slogan-slogan tertentu, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. • Filosofi TC tertulis: “Saya berada di sini karena tiada lagi tempat berlindung, baik dari diri sendiri, hingga saya melihat diri saya di mata dan hati insan yang lain. Saya masih berlari, sehingga saya masih belum sanggup merasakan kepedihan dan menceritakan segala rahasia diri saya ini, saya tidak dapat mengenal diri saya sendiri dan yang lain, saya akan senantiasa sendiri. Dimana lagi kalau bukan di sini, dapatkah saya melihat cermin diri sendiri? Bukan kebesaran semu dalam mimpi atau si kerdil di dalam ketakutannya, tetapi seorang insan, bagian dari masyarakat yang penuh kepedulian. Di sini saya dapat tumbuh dan berakar, bukan lagi seseorang seperti dalam kematian tetapi dalam kehidupan yang nyata dan berharga baik untuk diri sendiri maupun orang lain.” • Filosofi tidak tertulis: o Honesty kejujuran Adalah nilai hakiki yang harus dijalankan para residen, setelah sekian lama mereka hidup dalam kebohongan. o No free lunch di dunia ini tidak ada yang gratis Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang didapatkan tanpa usaha terlebih dahulu. o Trust your environment percaya pada lingkunganmu Percaya pada lingkungan rehabilitasi dan yakin bahwa lingkungan ini mampu membawa klien pada kehidupan yang positif. o Understand is rather than to be Understood pahami lebih dulu orang lain sebelum kita minta dipahami o Blind faith keyakinan total pada lingkungan o To be aware is to be alive waspada adlah inti kehidupan o Do your things right, everything else will follow pekerjaan yang dilakukan dengan benar-benar akan memberikan hasil yang positif o Be careful what ask to you, you might just get it mulutmu harimaumu o You can’t keep it unless you give it away sebarkanlah ilmumu pada banyak orang o What goes around, comes around perbuatan baik akan berbuah baik Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 28 o Compensation is valid selalu ada ganjaran bagi perilaku yang kita buat o Act as if bertindak sebagaimana mestinya o Personal growth before vested status kembangkanlah dirimu seoptimal mungkin 4. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan agama Ada berbagai macam pusat rehabilitasi dengan pendekatan agama, misalnya Pondok Pesantren Suryalaya dan Pondok Pesantren Inaba di Jawa Barat dengan pendekatan nilai- nilai agama Islam dimana kegiatan utamanya adalah berdzikir. Beda halnya di Thailand dimana para biksu Budha merawat klien yang mengalami ketergantungan opioida di kuil, antara lain kuil Budha Tan Kraborg. Di dalam kuil, setiap pagi klien diberi ramuan daun yang menyebabkan klien muntah dan sore harinya mendapat pelajaran agama Budha dalam lima hari pertama. Setelah lima hari tidak ada lagi kegiatan terstruktur dan klien diberi kesempatan untuk memulihkan kesehatannya dari kelelahan. Para pendeta ini juga telah dilatih dalam memberi konseling kepada klien. 5. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Narcotic Anonymus a. Pengertian Suatu program recovery yang dijalankan seorang pecandu berdasarkan prinsip 12 langkah. Langkah-langkah ini harus dijalankan lebih dari satu kali. Setelah selesai mengerjakan seluruh langkah yang ada, seorang pecandu harus menjalankan kembali langkah pertama. Karena banyak hal baru yang terjadi dan timbul sehingga seorang pecandu harus menjalankan recorvery-nya seumur hidup. b. Twelve 12 steps: Step 1: Kami mengakui bahwa kami tidak punya kekuatan untuk mengatasi kebiasaan menggunakan alkohol sehingga hidup kami menjadi tidak terkendali. Step 2: Kami berkesimpulan bahwa suatu kekuatan yang lebih besar dari diri kami sendiri dapat memulihkan kami kepada hidup yang lebih sehat. Step 3: Kami memutuskan untuk memalingkan kemauan dan hidup kami di bawah bimbingan Tuhan, sebagaimana kami memahaminya. Step 4: Mencari dan tidak takut akan menemukan moral kami sendiri. Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 29 Step 5: Mengakui kepada Tuhan, kepada diri kami sendiri dan kepada orang lain, kesalahan- kesalahan kami yang bersifat alamiah. Step 6: Siap secara bulat menerima Tuhan yang akan mengubah semua cacat watak. Step 7: Dengan rendah hati memohon kepada-Nya untuk menghilangkan kekurangan kami. Step 8: Membuat daftar-daftar orang yang telah kami rugikan, dan ingin berubah terhadap mereka. Step 9: Berubah secara langsung kepada orang tersebut dimana mungkin, kecuali bila dengan berbuat demikian akan mencederai mereka atau orang lain. Step 10: Terus menemukan diri kami sendiri dan bila terdapat kesalahan, segera mengakuinya. Step 11: Melalui doa dan meditasi meningkatkan hubungan secara sadar dengan Tuhan, sebagaimana kami memahami-Nya, berdoa hanya untuk mengetahui akan kehendak- Nya atas diri kami dan kekuatan melaksanakannya. Step 12: Dengan memiliki kesadaran spiritual sebagai hasil dari langkah ini, kami akan mencoba untuk menyampaikan kabar ini kepada pecandu alkohol, dan menerapkan prinsip ini dalam semua kehidupan kami. 6. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan terpadu Suatu pelayanan rehabilitasi dengan memadukan konsep dari berbagai pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga dapat memfasilitasi korban NAPZA dalam mengatasi masalahnya dari aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual. Tahapan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna Narkoba dilaksanakan sesuai Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN, meliputi: a. Pendekatan awal Pendekatan awal adalah kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 30 masyarakat, instansi terkait, dan organisasi lain guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien residen dengan persyaratan yang telah ditentukan. b. Penerimaan Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah diterima atau tidak dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: i. Pengurusan administrasi surat-menyurat yang diperlukan untuk persyaratan msuk panti seperti surat keterangan medical check up, test urine negatif, dan sebagainya ii. Pengisisan formulir dan wawancara dan penentuan persyaratan menjadi residen iii. Pencatatan residen dalam buku registrasi c. Assessment Assessment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intervensi. Kegiatan assessment meliputi: i. Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang dan keadaan residen ii. Melaksanakan diagnosa permasalahan iii. Menentukan langkah-langkah rehabilitasi iv. Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan v. Menempatkan residen dalam proses rehabilitasi d. Bimbingan fisik Kegiatan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik residen, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris-berbaris, dan olahraga. e. Bimbingan mental dan sosial Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan spiritual, budi pekerti individual dan sosial kelompok dan motivasi residen psikologis. f. Bimbingan orang tua dan keluarga Bimbingan bagi orang tua keluarga dimksudkan agar orang tua keluarga dapat menerima keadaan residen, memberi dukungan, dan menerima residen kembali di rumah pada saat rehabilitasi telah selesai. g. Bimbingan keterampilan Bimbingan keterampilan berupa pelatihan vokalisasi dan keterampilan usaha survival skill, sesuai dengan kebutuhan residen. Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 31 h. Resosialisasi reintegrasi Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi: i. Pendekatan kepada residen untuk kesiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya ii. Menghubungi dan memotivasi keluarga residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali residen iii. Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan sekolah i. Penyaluran dan bimbingan lanjut aftercare Dalam penyaluran dilakukan pemulangan residen kepada orang tua wali, disalurkan ke sekolah maupun instansi perusahaan dalam rangka penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh relapse dengan kegiatan konseling, kelompok, dan sebagainya. j. Terminasi Kegiatan ini berupa pengakhiran pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi residen yang telah mencapai target program clean and sober. Berdasarkan KEPMENKES No.996MENKESSKVIII2002, komponen kegiatan yang ada pada rehabilitasi meliputi: 1. Memperbaiki gizi dengan makanan yang bermutu dalam jumlah memadai 2. Memulihkan kebugaran jasmani dengan senam dan olahraga 3. Melatih penyalahguna NAPZA mengatasi ketegangan otot dan mental bila mengatasi stress melalui terapi relaksasi 4. Meningkatkan konsep diri melalui psikoterapi kognitif behavioral 5. Membangkitkan kembali kepercayaan diri dan sikap optimis melalui psikoterapi supeortif 6. Meningkatkan sikap tegas untuk mampu menolak segala macam bujukan atau ajakan yang bersifat negatif melalui psikoterapi asertif 7. Meningkatkan kterampilan komunikasi interpersonal melalui dinamika kelompok, konseling 8. Memperbaiki disfungsi keluarga melalui terpi keluarga Arsitektur Perilaku Catherine 070406036 32 9. Melakukan konseling keluarga bagi semua anggota keluarga agar dapat mendukung proses pemulihan 10. Melatih tanggung jawab melalui kegiatan sehari-hari 11. Mempelajari suatu keterampilan sesuai minat 12. Mengikutkan penyalahguna NAPZA dalam pekerjaan sehari-hari 13. Pembinaan spiritual dan agama sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-masing 14. Mewaspadai komplikasi medik 15. Memahami kemungkinan dual diagnosis gangguan mental lain 16. Rekreasi di dalam maupun di luar sarana rehabilitasi 17. Kegiatan lain yang disesuaikan dengan metode yang digunakan

2.6.3 Sarana Pelayanan Rehabilitasi NAPZA