Ranitidin merupakan antagonis histamin reseptor H
2
antagonis H
2
menghambat kerja histamin pada semua reseptor H
2
yang penggunaan klinisnya ialah menghambat sekresi asam lambung, dengan menghambat secara kompetitif
ikatan histamin dengan reeseptor H
2
, zat ini mengurangi konsentrasi cAMP intraseluler sehingga sekresi asam lambung juga dihambat Mycek, 2001.
Secara struktural ranitidin ditunjukkan pada gambar 2.3.3 berikut:
Gambar 2.3.3 Struktur Ranitidin
Ranitidin diabsorbsi 50 setelah pemberian oral. Pada ginjal normal, volume distribusi 1,7 LKg sedangkan klirens kreatinin 23-25 mlmenit.
Konsentrasi puncak plasma dicapai 2-3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. absorbsi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh makanan dan antasida. Waktu
paruhnya 2,5 – 3 jam pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi
terutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja. Sekitar 70 dari ranitidin yang diberikan iv dan 30 yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin dalam
bentuk asal Mc Evoy, 2004.
2.3.4 Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit fenacetin yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran
serta tidak menyebabkan ketagihan. Struktur kimia parasetamol dapat dilihat pada gambar 2.3.4
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3.4 Struktur parasetamol
Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pusat penghantar kalor di hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer di kulit
sehingga terjadi pengeluaran panas yang disertai banyak keringat Tjay, 2007. Parasetamol diindikasikan untuk pengobatan demam selesma, pilek, dan
nyeri ringan hingga sedang. Parasetamol tidak diberikan kepada pasien yang
mengalami kerusakan fungsi hati dan ginjal serta dengan ketergantungan akohol ISFI, 2008.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan waktu
paruh plasma 1,2-5 jam Siswandono dan Soekardjo, 1995. Parasetamol diabsorpsi secara cepat dan sempurna di saluran gastro
intestinal pada pemberian oral. Parasetamol terdistribusi secara cepat dan merata pada kebanyakan jaringan tubuh. Sekitar 25 parasetamol di dalam darah terikat
pada protein plasma, dimetabolisme oleh sistem enzim mikrosomonal di dalam hati. Memilki waktu paruh plasma 1,25-3 jam, dan mungkin lebih lama pada
pasien dengan kerusakan hati. Sekitar 80-85 parasetamol di dalam tubuh mengalami konjugasi
terutama dengan asam glukoronat dan asam sulfat. Dieksresi melalui urin kira-kira sebanyak 85 dalam bentuk bebas dan terkonjugasi.
Universitas Sumatera Utara
Efek samping yang timbul akibat penggunaan parasetamol antara lain,
reaksi hipersensitifitas, ruam kulit dan kelainan darah, kerusakan hati. Dalam keadaan overdosis, mual, muntah dan anoreksia
2.3.5 Cefadroxil
Cefadroxil adalah antibiotik sefalosporin generasi pertama yang memiliki aktivitas bakterisidal yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel, dan
mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in vitro memiliki aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi
terhadap β-laktamase baik penisilase maupun sefalosporinase yang dihasilkan
bakteri gram positif dan gram negatif. Cefadroxil diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang sensitif terhadap cefadroxil antara lain: infeksi saluran pernafasan bawah pneumonia, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi,
infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih dan meningitis. Struktur kimia cefadroxil dapat dilihat pada gambar 2.3.5
Gambar 2.3.5 Struktur cefadroxil
Sefadroksil hampir
sempurna diabsorpsi di saluran cerna. Setelah
pemberian dosis oral 500 mg dan 1 g, konsentrasi plasma puncak sekitar 16 dan 30 µgmL yang dicapai pada 1,5-2 jam. Dosis bersamaan dengan makanan tidak
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan adanya pengaruh absorpsi dari sefadroksil. Sekitar 20 dari sefadroksil berikatan dengan protein plasma. Waktu paruh sefadroksil sekitar 1,5
jam dan diperpanjang pada pasien gangguan ginjal Sweetman, 2009. Lebih dari 90 sefadroksil diekskresikan dalam bentuk tak berubah di
urin dalam 24 jam oleh filtrasi glomerular dan sekresi tubular, konsentrasi puncak di urin 1,8 mgmL setelah dosis 500 mg Sweetman, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien