PPOSR yang diambil adalah kasus pasca bedah Ortopedi dengan diagnosis closed R neglected fraktur femur.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah: a.
Melaksanakan beberapa aplikasi farmasi klinis dalam meningkatkan kepatuhan dan pemahaman penggunaan obat kepada pasien
b. meningkatkan rasionalitas penggunaan obat di RSUP H. Adam Malik.
c. memberikan masukan dan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain di
rumah sakit dalam rangka peningkatan rasionalitas penggunaan obat kepada pasien.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Femur
Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini
menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas, batang
femur dan ujung bawah Pearce, 1990.
Gambar 2.1. Tulang Femur
2.2 Fraktur 2.2.1. Defenisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa Mansjoer, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang osteoporosis
Anonim , 2011.
a
2.2.2. Jenis jenis fraktur
1. Fraktur komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang. 2.
Fraktur tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang. 3.
Fraktur terbuka: bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.
4. Fraktur tertutup: bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit Rahmad, 1996.
Oblik miring Kominuta Spiral Majemuk
Gambar 2.2. Jenis - jenis fraktur 2.2.3 Fraktur Femur
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulangosteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada dalam
posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas Mansjoer, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan Rahmad, 1996 .
Menurut Sachdeva 1996, penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
i. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
ii. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
iii. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat. b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
Universitas Sumatera Utara
i. Tumor tulang jinak atau ganas : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif. ii.
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit
nyeri. iii.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah. c. Secara spontan :
disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.2.5 Patofisiologi
Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan disekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persyarafan dan pembuluh darah,
oleh karena itu pada kasus fraktur harus ditangani cepat, dan perlu dilakukan tindakan operasi.
Tanda dan Gejala : a.
Nyeri hebat ditempat fraktur b.
Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Universitas Sumatera Utara
c. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas
2.2.6 Diagnosis
a. Anamnesis Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan mekanisme
trauma. Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut Mansjoer, 2000.
b. Pemeriksaan Umum Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel,
fraktur pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi Mansjoer, 2000.
c. Pemeriksaan Fisik Menurut Rusdijas 2007, pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk fraktur
adalah: -
Look inspeksi: bengkak, deformitas, kelainan bentuk. -
Feelpalpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur. -
Movementgerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi. d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah “pencitraan” menggunakan sinar Rontgen X-ray untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi
Universitas Sumatera Utara
yaitu antero posterior AP atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan khusus atau indikasi untuk memperlihatkan patologi yang
dicari, karena adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh bagian
tulang kedua ujung persendian.
2.2.7 Penatalaksanaan Fraktur
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar
tulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu
yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi Corwin, 2010.
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas airway, proses pernafasan
breathing, dan sirkulasi circulating, apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik
secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila
lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto
radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain
memudahkan proses pembuatan foto Mansjoer, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai
banyak kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini
banyak dilakukan pada orang dewasa Mansjoer, 2000. Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat
dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini: a.
traksi Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk
memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang
digunakan. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di
posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban
yang lebih besar. b.
fiksasi interna Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan
piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang
disertai komplikasi Djuwantoro, 1997. c.
Pembidaian
Universitas Sumatera Utara
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan immobilisasi bagian tubuh kita
yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
Anonim , 2010.
b
d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips
bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga
dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang
yang patah tersebut Anonim , 2010.
b
e. Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada tulang , sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan beban secara
lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga keputusan yang sederhana : reduksi, mempertahankan dan lakukan latihan.
Menurut Carter, 2003 jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak di sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang
cukup berat dan bekuan darah akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang
primitif osteogenik dan berdiferensiasi menjadi krodoblas dan osteoblas. Krodoblas akan mensekresi posfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk
lapisan tebal kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen tulang dan menyatu.
Universitas Sumatera Utara
Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk trebekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.
2.2.8 Neglected
Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibat penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter
Umumnya terjadi pada yang berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendahNeglected fraktur dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu:
a. Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu
b. Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan
c. Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan ± 1 tahun
d. Derajat 4 : fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun Anonim
d
, 2011.
2.3 Tinjauan Obat 2.3.1 Ceftriaxon
Cefriaxon adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas bakterisidal yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel, dan
mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in vitro memiliki aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi
terhadap β-laktamase baik penisilase maupun sefalosporinase yang dihasilkan
bakteri gram positif dan gram negatif.
Universitas Sumatera Utara
Secara struktural cefriaxon ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3.1 Struktur Cefriaxon
Cefriaxon diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap cefriaxon antara lain: infeksi saluran pernafasan
bawah pneumonia, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih dan meningitis.
Ceftriaxon memiliki waktu paruh 7-8 jam dapat diinjeksikan sekali tiap 24 jam pada dosis 15-50 mgkghari. Dosis harian tunggal 1 g ceftriaxone cukup
untuk mengatasi infeksi yang serius, dengan dosis 4 g sekali perhari dianjurkan untuk pengobatan meningitis Katzung, 2007. Ceftriaxon yang terikat pada
protein plasma umunya sekitar 83-96, diekskresikan sebesar 33–67 melalui ginjal dan sebesar 35–45 melalui feses. Ceftriaxon dapat menembus sawar darah
otak sehingga dapat mencapai kadar obat yang cukup tinggi dalam cairan cerebrospinal. Pemberian cefriaxon bersamaan dengan aminoglikosida dapat
meningkatkan efek nefrotoksik. Pemberian bersama diuretik kuat seperti
furosemida dapat mempengaruhi fungsi ginjal Mc Evoy, 2004.
Serbuk steril cefriaxone dalam vial dapat disimpan pada suhu tidak kurang 30
C dan larutan cefriaxone natrium disimpan pada suhu -20 C. Serbuk steril
untuk injeksi dan larutan cefriaxone harus dikemas dalam wadah yang gelap dan terhindar dari cahaya matahari. Larutan dapat tahan selama 24 jam jika disimpan
pada temperatur ruang dan 5 hari jika disimpan di lemari es suhu 5 C dan 13
minggu jika dibekukan Mc Evoy, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Ketorolak
Ketorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid NSAID, yang biasa digunakan untuk analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Obat ini
menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG2 terganggu. Ketorolak merupakan penghambat siklooksigenase yang non
selektif. Ketorolak dikontraindikasikan terhadap pasien angioedema atau
bronkospasme, pasien yang menderita tukak peptik aktif, perdarahan gastrointestinal, dan pasien yang menggunakan NSAID yang lain, pasien yang
menderita gangguan ginjal. Secara struktural ketorolak ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.3.2 Struktur Ketorolak
Ketorolak diserap dengan cepat dan lengkap. Bioavaibilitasnya mencapai 100 . Ketorolak dimetabolisme di hati dengan waktu paruh plasma 3.5-9.2 jam
pada dewasa muda dan 4.7-8.6 jam pada orang lanjut usia usia 72 tahun. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari.
Ketorolak diekskresikan melalui ginjal rata-rata sebesar 91.4 dan sisanya rata- rata sebesar 6.1 diekskresikan melalui feses .
Ketorolak akan berinteraksi bila diberikan bersamaan dengan warfarin yang dapat menyebabkan pendarahan, ACE inhibitor dapat menyebabkan semakin
tingginya resiko gagal ginjal, diuretik dapat berkurang efeknya ISFI, 2008.
2.3.3 Ranitidin
Universitas Sumatera Utara
Ranitidin merupakan antagonis histamin reseptor H
2
antagonis H
2
menghambat kerja histamin pada semua reseptor H
2
yang penggunaan klinisnya ialah menghambat sekresi asam lambung, dengan menghambat secara kompetitif
ikatan histamin dengan reeseptor H
2
, zat ini mengurangi konsentrasi cAMP intraseluler sehingga sekresi asam lambung juga dihambat Mycek, 2001.
Secara struktural ranitidin ditunjukkan pada gambar 2.3.3 berikut:
Gambar 2.3.3 Struktur Ranitidin
Ranitidin diabsorbsi 50 setelah pemberian oral. Pada ginjal normal, volume distribusi 1,7 LKg sedangkan klirens kreatinin 23-25 mlmenit.
Konsentrasi puncak plasma dicapai 2-3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. absorbsi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh makanan dan antasida. Waktu
paruhnya 2,5 – 3 jam pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi
terutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja. Sekitar 70 dari ranitidin yang diberikan iv dan 30 yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin dalam
bentuk asal Mc Evoy, 2004.
2.3.4 Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit fenacetin yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran
serta tidak menyebabkan ketagihan. Struktur kimia parasetamol dapat dilihat pada gambar 2.3.4
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3.4 Struktur parasetamol
Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pusat penghantar kalor di hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer di kulit
sehingga terjadi pengeluaran panas yang disertai banyak keringat Tjay, 2007. Parasetamol diindikasikan untuk pengobatan demam selesma, pilek, dan
nyeri ringan hingga sedang. Parasetamol tidak diberikan kepada pasien yang
mengalami kerusakan fungsi hati dan ginjal serta dengan ketergantungan akohol ISFI, 2008.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan waktu
paruh plasma 1,2-5 jam Siswandono dan Soekardjo, 1995. Parasetamol diabsorpsi secara cepat dan sempurna di saluran gastro
intestinal pada pemberian oral. Parasetamol terdistribusi secara cepat dan merata pada kebanyakan jaringan tubuh. Sekitar 25 parasetamol di dalam darah terikat
pada protein plasma, dimetabolisme oleh sistem enzim mikrosomonal di dalam hati. Memilki waktu paruh plasma 1,25-3 jam, dan mungkin lebih lama pada
pasien dengan kerusakan hati. Sekitar 80-85 parasetamol di dalam tubuh mengalami konjugasi
terutama dengan asam glukoronat dan asam sulfat. Dieksresi melalui urin kira-kira sebanyak 85 dalam bentuk bebas dan terkonjugasi.
Universitas Sumatera Utara
Efek samping yang timbul akibat penggunaan parasetamol antara lain,
reaksi hipersensitifitas, ruam kulit dan kelainan darah, kerusakan hati. Dalam keadaan overdosis, mual, muntah dan anoreksia
2.3.5 Cefadroxil
Cefadroxil adalah antibiotik sefalosporin generasi pertama yang memiliki aktivitas bakterisidal yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel, dan
mempunyai masa kerja yang panjang. Secara in vitro memiliki aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif, memiliki stabilitas yang tinggi
terhadap β-laktamase baik penisilase maupun sefalosporinase yang dihasilkan
bakteri gram positif dan gram negatif. Cefadroxil diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang sensitif terhadap cefadroxil antara lain: infeksi saluran pernafasan bawah pneumonia, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi,
infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih dan meningitis. Struktur kimia cefadroxil dapat dilihat pada gambar 2.3.5
Gambar 2.3.5 Struktur cefadroxil
Sefadroksil hampir
sempurna diabsorpsi di saluran cerna. Setelah
pemberian dosis oral 500 mg dan 1 g, konsentrasi plasma puncak sekitar 16 dan 30 µgmL yang dicapai pada 1,5-2 jam. Dosis bersamaan dengan makanan tidak
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan adanya pengaruh absorpsi dari sefadroksil. Sekitar 20 dari sefadroksil berikatan dengan protein plasma. Waktu paruh sefadroksil sekitar 1,5
jam dan diperpanjang pada pasien gangguan ginjal Sweetman, 2009. Lebih dari 90 sefadroksil diekskresikan dalam bentuk tak berubah di
urin dalam 24 jam oleh filtrasi glomerular dan sekresi tubular, konsentrasi puncak di urin 1,8 mgmL setelah dosis 500 mg Sweetman, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM
3.1 Identitas Pasien
Nama :
PR No. RM
: 00.46.99.75 Umur
: 18 Tahun Jenis Kelamin
: Laki - Laki TempatTanggal Lahir
: Kabanjahe 15-03-1993 Agama
: Protestan
Suku :
Karo Alamat
: Desa Rumah Kabanjahe Berat Badan
: 55 kg Ruangan
: RB3 Ortopedi Status
: Jamkesmas
Tanggal Masuk : 3 Mei 2011
Tanggal Keluar : -
3.2 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk
Pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik melalui IRJ, yaitu mengunjungi poli bedah, pada tanggal 3 Mei 2011 dalam keadaan sadar, dengan keluhan jalan
pincang karena kecelakaan lalu lintas yang dialami pasien 9 bulan yang lalusebelum masuk rumah sakit. Pasien telah disarankan operasi tapi menolak.
Universitas Sumatera Utara
pasien berobat ke dukun patah selama 4 bulan dan tidak ada perbaikan. Pasien lalu dirujuk ke bagian radiologi untuk pemeriksaan X-Ray tulang. Hasil menunjukkan
pasien mengalami dislokasi sepanjang 4 cm direncanakan menjalani operasi pada tanggal 4 Mei 2011.
3.3 Pemeriksaan
Selama dirawat di RSUP H. Adam Malik, pasien telah menjalani pemeriksaan untuk menunjang tepatnya diagnosis berupa pemeriksaan
laboratorium patologi klinik dan mikrobiologi klinik meliputi urinalisis, hematologi, elektrolit darah, faal ginjal, faal hati dan pemeriksaan radiologi.
3.3.1 Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan Standar Pelayanan Medik, pemeriksaan fisik untuk fraktur
adalah:
a. Look inspeksi: bengkak, deformitas, kelainan bentuk
b. Feelpalpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur
c. Movementgerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit
3.3.2 Pemeriksaan Laboratorium 3.3.2.1 Pemeriksaan Patologi Klinik
Selama dirawat di RSUP H. Adam Malik pasien telah melakukan pemeriksaan di laboratorium Patologi Klinik divisi hematologi pada tanggal 4
Mei 2011. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1;3.2 berikut:
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik Tanggal
Jenis Pemeriksaan Satuan Unit
4 Mei 2011 27Mei2011
Keterangan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Universitas Sumatera Utara
Darah Lengkap CBC: Hemoglobin HGB
Eritrosit RBC Leukosit WBC
Hematokrit Trombosit PLT
MCV MCH
MCHC RDW
MPV PCT
PDW LED
Hitung Jenis: - Neutrofil
- Limfosit - Monosit
- Eosinofil - Basofil
- Neutrofil Absolut - Limfosit Absolut
- Monosit Absolut - Eosinofil Absolut
- Basofil Absolut g
10
6
mm
3
10
3
mm
3
10
3
mm
3
fL pg
g
fL
fL mmjam
10
3
µL 10
3
µL 10
3
µL 10
3
µL 10
3
µL 14.90
5.19 10.69
43.20 271
83.20 28.70
34.50 12.50
8.20 0.22
8.5
82.20 9.40
5.40 2.90
0.100 8.79
1.00 0.58
0.31 0.01
12,60 4.54
4.99 38.60
355 85.00
27.80 32.60
13.50 8.60
0.30 8.9
15
48.10 28.90
11.00 11.40
0.600 2.40
1.44 0.55
0.57 0.03
13,2 - 17,3 4,20 - 4,87
4,5-11,0 43 - 49
150 - 450 85 - 95
28 - 32 33 - 35
11,6-14,8 7,0 - 10,2
15
37 - 80 20 - 40
2 - 8 1 - 6
0 - 1 2,7 - 6,5
1,5 - 3,7 0,2 - 0,4
0 - 0,10 0 - 0,1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan patologi klinik
Jenis Pemeriksaan Satuan
Unit Tanggal
27 Mei 2011 Keterangan Nilai
Normal
FAAL HEMOSTASIS PT+INR
Waktu Protombin
ontrol
asien INR
APTT
ontrol
asien WAKTU TROMBIN
ontrol
asien
KIMIA KLINIK HATI
Bilirubin Total Billirubin Direk
Fosfatase alkali ALP ASTSGOT
ALTSGPT METABOLISME
KARBOHIDRAT Glukosa Sewaktu
lukosa darah
Ginjal
reum
reatinin
sam Urat
Elektrolit
detik detik
detik detik
detik detik
mgdl mgdl
UL UL
UL Mgdl
Mgdl Mgdl
Mgdl mEqL
mEqL mEqL
1 2.80
14.5 1.21
30.0 33.1
11.9 14.9
0.34 0.15
117 24
51 93.90
20.60 0.72
6.3 137
4.1 103
1 0 – 0.2
40 - 129 38
41 200
50 0.70 – 1.20
7.0 135 – 155
3.6 – 5.5 96 – 106
Universitas Sumatera Utara
atrium
alium
lorida
3.3.2.2 Pemeriksaan Radiologi
Pasien telah melakukan pemeriksaan radiologi foto basah pada tanggal 4 Mei 2011. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dislokasi sepanjang 4 cm.
3.4 Terapi
Universitas Sumatera Utara
Selama dirawat di RSUP H. Adam Malik pasien mendapat terapi obat- obatan, tindakan non operatif dan tindakan operatif. Pemberian obat-obatan sesuai
dengan daftar obat yang tercantum dalam pedoman pelaksanaan Manlak yang dikeluarkan oleh Menkes RI. Adapun obat-obatan yang digunakan pasien dapat
dilihat pada Tabel 3.3; 3.4 berikut ini.
Tabel 3.3 Daftar Obat-Obat yang Digunakan Pasien Sediaan
Tanggal Jenis Obat
Bentuk Dosis
Dosis Sehari Route
3 Mei 2011 IVFD RL
Ceftriaxone Dulkolak
Dulcolak Infus
Injeksi Tablet
Suppositoria 500 mlbotol
1 gvial 5 mg tablet
10 mg suppositoria
20 gttmenit 1 g12 jam
5mg24 jam 10 mg24 jam
Iv iv
iv Rectal
4 Mei 2011 OPERASI
IVFD RL Ceftriaxone
Ranitidin Ketorolak
Dulcolak Infus
Injeksi Tablet
Tablet Supositoria
500 mlbotol 1 gramvial
50mgampul 30 mgampul
10 mg suppositoria
20 gttmenit 1 g12 jam
5mg24 jam 90 mg 24 jam
10 mg24 jam Iv
iv iv
iv Rectal
5 Mei 2011 IVFD RL
Ceftriaxone Ranitidin
Ketorolak Infus
Injeksi Tablet
Tablet 500 mlbotol
1 gramvial 50mgampul
30 mgampul 20 gttmenit
1 g12 jam 5mg24 jam
90 mg 24 jam Iv
iv iv
iv
6 Mei 2011 Ceftriaxone
Ranitidin Ketorolak
Cefadroxil Paracetamol
Ranitidin Meloxicam
Injeksi Injeksi
Injeksi Tablet
Tablet Tablet
Tablet 1 gramvial
50mgampul 30 mgampul
500 mg 500 mg
150 mg 7,5 mg
1 g12 jam 5mg24 jam
90 mg 24 jam 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Iv
iv iv
Oral Oral
Oral Oral
7 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
8 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
Universitas Sumatera Utara
9 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
10 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
11 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
12 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
13 Mei 2011 Cefadroxil
Paracetamol Ranitidin
Meloxicam Tablet
Tablet Tablet
Tablet 500 mg
500 mg 150 mg
7,5 mg 2 X 1
3 X 1 2X 1
3 X 1 Oral
Oral Oral
Oral
14 Mei 2011 Cefadroxil
Ranitidin Tablet
Tablet 500 mg
150 mg 2X 1
2X 1 Oral
Oral 15 Mei 2011
Cefadroxil Ranitidin
Tablet Tablet
500 mg 150 mg
2X 1 2X 1
Oral Oral
16 Mei 2011 Cefadroxil
Ranitidin Tablet
Tablet 500 mg
150 mg 2X 1
2X 1 Oral
Oral 17 Mei 2011
Cefadroxil Ranitidin
Tablet Tablet
500 mg 150 mg
2X 1 2X 1
Oral Oral
18 Mei 2011 Cefadroxil
Ranitidin Tablet
Tablet 500 mg
150 mg 2X 1
2X 1 Oral
Oral 19 Mei 2011
Cefadroxil Ranitidin
Tablet Tablet
500 mg 150 mg
2X 1 2X 1
Oral Oral
20 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
21 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
22 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
23 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
24 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
25 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
26 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
27 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
28 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
29 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
30 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
31 Mei 2011 Cefadroxil
Tablet 500 mg
2X 1 Oral
Tabel 3.4 Daftar Obat-obat yang digunakan pasien untuk ganti perban GP
Universitas Sumatera Utara
Jenis Obat Bentuk Sediaan
Rute NaCl 0,9
Larutan non steril Topikal
Daryantulle
®
Kasa steril mengandung obat framisetin 1
Topikal
Betadin
®
Larutan mengandung povidon iodin 10 Topikal
BAB IV PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara
Pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik melalui Instalasi Rawat Jalan IRJ, pada tanggal 3 Mei 2011 dalam keadaan sadar dengan keadaan pincang
akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami pasien 9 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, telah disarankan untuk operasi tapi pasien menolak. Setelah
kecelakaan pasien berobat ke pengobatan alternatif yaitu dukun patah selama 4 bulan tetapi tidak menghasilkan perbaikan dan mengalami keluhan pincang
sehingga pasien memutuskan untuk pindah berobat ke RSUP H. Adam Malik. Pasien masuk melalui instalasi rawat jalan yaitu poli bedah, kemudian diperiksa
oleh dokter, diagnosa awal pasien closed R neglected femur fracture, tanggal 4 Mei 2011 diberi tindakan Release fracture dan skeletal traksi, selanjutnya pasien
dibawa ke bagian rawat inap di Rindu B3 bedah Ortopedi.
Selama dirawat, pasien mendapat terapi obat-obatan, tindakan non operatif dan operatif. Tindakan non operatif yang dilakukan adalah penderita tidur
terlentang dengan kemiringan kepala 30 head up 30
. Satu sampai dua jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan Steinman pin, dipasang staple, ditarik
dengan tali. Paha ditopang dengan satu sampai dua bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk callus yang cukup kuat. Sementara itu
tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi. Terapi operatif dilakukan untuk pemasangan pen. Setelah itu, dilakukan traksi untuk
mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.
4.1 Pembahasan Tanggal 3 Mei 2011