BAB VI PENGARUH POLITIK DAN KEKUASAAN YANG BERKAITAN DENGAN
IDEOLOGI PARA TOKOH DALAM NOVEL ENTROK
6.1 Kekuasaan Pemerintah Orde Baru
Kebijakan pemerintah pada era orde baru adalah suatu kebijakan yang cenderung pada militeristis, hal ini dapat dibuktikan melalui latar belakang
pendidikan militer yang dimiliki oleh kebanyakan petinggi negara, meliputi pejabat sipil, seperti gubernur, bupati maupun pejabat negara yang menangani berbagai divisi
penting negara, misalnya Bulog, Pertamina, Perhubungan dan lain-lain. Kaum militer dalam hal ini juga mempengaruhi pejabat-pejabat sipil atau non
militer, yakni mengupayakan agar para pejabat sipil tersebut berseteru dengan masyarakat sipil melalui provokasi, sehingga dalam kurun waktu yang tidak lama
masyarakat sipil yang digolongkan ke dalam kelompok subaltern tersebut akan meminta perlindungan kepada kaum militer, yaitu Panglima Militer, Komandan
Korem, Komandan Kodim, Komandan Koramil dan lain-lain. Bahkan bisa saja mereka memohon perlindungan kepada gubernur atau bupati berlatarbelakang militer,
meskipun seyogianya jabatan tersebut dipegang oleh sipil. Adapun upaya-upaya yang dilakukan kaum militer guna menguasai
masyarakat sipil adalah sebagai berikut. 1.
Mengetahui dan memahami sifat-sifat ideologi masyarakat sipil atau para tokoh publik dalam wilayah praktik sosial berlangsung, sehingga dalam kurun waktu
75
Universitas Sumatera Utara
yang singkat masing-masing tokoh publik tersebut diprovokasi satu sama lain, dan akhirnya meminta perlindungan kepada militer. Dengan demikian, kaum
militer dapat menguasai tokoh-tokoh publik tersebut dan juga menguasai wilayah praktik sosial yang sebelumnya telah dikuasai kaum sipil. Berdasarkan formasi
ideologi seperti yang telah dipaparkan pada bab iv, dapat dipahami bahwa dalam novel Entrok komandan tentara yang mewakili kaum militer mempelajari formasi
ideologi tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan sebagai berikut.
“Mohon maaf, Ndan. Istri saya ini memang tidak tahu mana yang benar mana yang salah. Maaf, Ndan. Beribu maaf, Ndan. Monggo
datang lagi saja minggu depan, Ndan. Nanti kami siapkan jatah buat keamanannya.”
“Hei, Kang Kowe kok kurang ajar begitu Kami ini petugas. Ke sini bukan mau minta jatah. Kami hanya mau menjaga keamanan” kata
Sumadi dengan keras. Jarinya menunjuk-nunjuk muka Bapak. Bapak pucat pasi, tak mampu lagi bicara.
Sumadi menggebrak meja. “Kalian akan tahu akibatnya. Aku tunggu kalian datang kepadaku, memohon-mohon minta keamanan,” kata
Sumadi. Tentara-tentara itu meninggalkan rumah kami. Entrok: 71.
Berdasarkan percakapan di atas dapat dilihat bahwa Teja dan Marni sebagai pasangan suami istri senantiasa tidak berdaya menghadapi segala perintah
komandan tentara tersebut. Ketegangan hubungan antara penguasa atau negara yang dalam hal ini disebut tentara kepada masyarakat pada era orde baru,
dijelaskan oleh Manan 2005: 61-62 sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
“Sepanjang orba berkuasa, posisi hubungan itu terus bertahan, dan terus menerus membuahkan ketegangan antara negara dan masyarakat.
Tetapi, posisi negara tetap superior. Posisi tawar masyarakat yang lemah membuat negara sangat leluasa menancapkan dominasi dan
hegemoninya. Relasi negara-masyarakat pada era orba adalah bentuk hubungan yang tidak sejajar zero-sum, dimana dominasi negara
adalah ciri utamanya. Negara orba adalah gigantisme politik yang sangat perkasa di depan sosok masyarakat yang lemah, bisu, gagap,
dan selalu tanpa daya.”
2. Latar waktu pada novel Entrok adalah tahun 1950-1994, dalam periode tersebut
terjadi peristiwa pemberontakan PKI pada tahun 1965, hingga akhirnya kemudian PKI dibubarkan. Berdasarkan hal ini kaum tentara memanfaatkan momen
tersebut, seperti halnya banyak tokoh-tokoh sipil yang dilabelisasi PKI sehingga ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Hal ini dapat dilihat melalui
kutipan sebagai berikut.
“Dia akan dipenjara?” tanyaku. “Pasti. Dia sudah melawan negara. Mau jadi PKI apa?” Entrok: 182.
Percakapan di atas merupakan pembicaraan antara Marni dan komandan tentara, Sumadi mengenai Koh Cahyadi yang menyandang status sebagai buron.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Kekuasaan Kaum Militer