bagi kolektif yang terdiri atas orang-orang tertindas serta kelompok yang didominasi, dieksploitasi, dan kurang memiliki kesadaran kelas. Selanjutnya Harjito Siswadi,
2010 menjelaskan pandangan Gramsci berikutnya. Keempat, Gramsci berpandangan bahwa seni atau sastra berada dalam superstruktur. Seni diletakkan dalam upaya
pembentukan hegemoni dan budaya baru. Seni membawa ideologi atau superstruktur yang kohesi sosialnya dijamin kelompok dominan. Ideologi tersebut merupakan
wujud counter-hegemoni hegemoni tandingan atas hegemoni kelas penguasa yang dipertahankan anggapan palsu bahwa kebiasaan dan kekuasaan penguasa merupakan
kehendak Tuhan atau produk alam.
2.3 Konsep Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan konsep yang digunakan dalam
penelitian, antara lain: 1 Formasi, 2 Ideologi, 3 Politik, 4 Kekuasaan, 5 Postrukturalisme, dan 6 Representasi.
2.3.1 Formasi
Harjito Siswadi, 2010 menyatakan bahwa formasi merupakan suatu susunan dengan hubungan yang bersifat bertentangan, korelatif, dan subordinatif. Formasi
ideologi tidak hanya membahas ideologi apa saja yang terdapat dalam teks, akan tetapi juga membahas bagaimana relasi antar ideologi tersebut. Menurut Storey
Siswadi, 2010, formasi ideologi dapat ditelusuri melalui elemen material, kemudian dikaji lebih lanjut pada hal-hal yang berkaitan dengan elemen kesadaran, elemen
Universitas Sumatera Utara
solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan. Keempat elemen tidak harus muncul bersamaan. Elemen yang harus muncul adalah elemen material, yang berwujud
berbagai aktivitas praktis dan terjelma dalam kehidupan keseharian, cara hidup kolektif masyarakat, lembaga, serta organisasi tempat praktik sosial berlangsung.
2.3.2 Ideologi
Menurut Althusser 2010: 39, ideologi adalah sebuah representasi relasi individu-individu imajiner pada kondisi nyata dari eksistensinya. Terjadinya
transposisi imajiner atas kondisi-kondisi eksistensi nyata disebabkan oleh eksistensi dari sejumlah kecil manusia sinis yang mengandalkan representasi dunia yang
dipalsukan yang diimajinalisasikannya demi dominasi dan eksploitasi terhadap rakyat, sehingga sanggup memperbudak kecerdasannya dengan mendominasi
imajinasi. Selanjutnya Althusser 2010: 51 juga menjelaskan bahwa ideologi bertindak
atau berfungsi dengan suatu cara yang merekrut subjek-subjek di antara individu- individu ideologi merekrut mereka semua, atau mengubah individu-individu
menjadi subjek-subjek ideologi mengubah mereka semua melalui operasi yang sangat presisi, yang dinamakan interpelasi. Individu diinterpelasi sebagai suatu
subjek bebas agar ia dapat taat sepenuhnya pada perintah-perintah Subjek, yakni agar dia dapat sepenuhnya menerima ketaatannya, agar dia membuat gerak-gerik
atau tindak tanduk dari ketaatannya sepenuhnya oleh dirinya sendiri. Tidak ada
Universitas Sumatera Utara
subjek kecuali dengan, dan demi ketaatannya. Itulah sebabnya mereka menjalaninya sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa sepertinya manusia memiliki esensi sebagai makhluk ideologi yang tak mungkin lepas darinya, seolah-
olah ideologi merupakan udara tempat manusia menghirup nafas untuk melangsungkan hidup. Dengan adanya ideologi, dapat menolong manusia untuk
memperoleh sumberdaya pemenuh kebutuhan bagi diri sendiri dan kelompoknya, juga mencegah lawan-lawannya untuk memperoleh hal yang sama.
Setiap individu dalam kelompok harus mampu menjaga keberlangsungan usaha pemenuhan kebutuhan, wujud konkretnya adalah produksi. Usaha-usaha itu
dilakukan sedemikian rupa dan setiap usaha yang dianggap baik bagi produksi dipertahankan, dibakukan dan diwariskan kepada generasi penerus, senantiasa
direproduksi. Setiap individu baru dipersiapkan untuk menjadi penerus proses produksi, menjadi alat bagi reproduksi produksi dan pelengkap bagi relasi produksi.
Agar keberlangsungan proses reproduksi produksi dan relasi produksi terjaga dengan baik, maka individu-individu dipersatukan dan direkatkan oleh struktur tertinggi yaitu
negara. Takwin Althusser, 2010: xxiv memaparkan bahwa negara dengan
aparatusnya menjaga dengan berbagai cara agar kondisi yang menunjang reproduksi dan relasi produksi berlangsung terus. Althusser lalu membedakan dua jenis aparatus
negara menjadi: a Repressive State Apparatus RSA yang bekerja dengan cara represif lewat penggunaan kekerasan militer, polisi, hukum, penjara dan pengadilan;
Universitas Sumatera Utara
dan b Ideological State Apparatus ISA yang bekerja dengan cara persuasif, ideologis agama, pendidikan, keluarga, media massa, dan sebagainya.
Selanjutnya Althusser 2010: 20-21 menjelaskan bahwa aparatus Negara Represif RSA sepenuhnya berada pada wewenang institusi publik, sebaliknya,
aparatus Negara Ideologis ISA kebanyakan merupakan wewenang institusi privat. Adapun institusi-institusi privat yang termasuk ke dalam aparatus Negara Ideologis
ISA adalah sebagai berikut. 1.
ISA Agama sistem Gereja-gereja yang berbeda 2.
ISA Pendidikan sistem Sekolah privat dan publik yang berbeda 3.
ISA Keluarga merupakan unit produksi danatau unit konsumsi 4.
ISA Hukum 5.
ISA Politik sistem politik, termasuk pelbagai partai yang berbeda 6.