Objek Pajak Penghasilan dan Penghasilan Kena Pajak penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas penghasilan dari usaha dan kegiatan . penghasilan dari modal yang berupa harta gerak maupun harta tak gerak penghasilan lain – lain sep

Judisseno 2002 : 79 memberikan penjelasan tentang kewajiban pajak orang pribadi, badan, warisan dimulai dan berakhir pada : a. orang pribadi dilahirkan, berada atau berniat bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama – lamanya, b. badan didirikan atau berkedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia, c. timbulnya warisan dan berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagikan. Menurut Waluyo 2006 : 61 ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif, yaitu: a. orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada diindonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada diindonesia dan mempunyai nia untuk bertempat tinggal di Indonesia b. bagi badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. c. bagi orang yang tidak bertempat tinggal diIndonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang didirikan dan tidak bertempat kedudukan diindonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usahan diIndonesia, kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap diindonesia. d. bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau berada diindonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diindonesia yang dapat memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau kegiatan usaha tetap diindonesia, kewajiban pajak sunjektifnya dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut memperoleh penghasilan dari Indonesia dan berakhir pada saat tidak lagi menerima penghasilan tersebut.

3. Objek Pajak Penghasilan dan Penghasilan Kena Pajak

Menurut Undang – undang Perpajakan Nomor 36 2008 : Pasal 4 ayat 1 tentang Pajak Penghasilan “yang menjadi objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun“. Menurut Waluyo 2006 : 67, penghasilan yang menjadi objek pajak dapat digolongkan menjadi:

1. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas

seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notarim aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya.

2. penghasilan dari usaha dan kegiatan .

3. penghasilan dari modal yang berupa harta gerak maupun harta tak gerak

seperti bunga, deviden, royalti, sewa dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha.

4. penghasilan lain – lain seperti pembebasan hutang dan hadiah

Perhitungan penghasilan kena pajak dari suatu badan usaha dihitung berdasarkan laba bersih yang belum dikurangkan pajak maupun zakat. Lapisan penghasilan kena pajak yang diatur dalam Undang – undang Perpajakan untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yaitu: Penerapan tarif pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang pajak penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 perhitungan pajak terhutang untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 25. Untuk keperluan penerapan tarif pajak penghasilan, jumlah penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Misalnya diketahui penghasilan kena pajak sebesar Rp 7.576.350,00. Untuk keperluan penerapan tarif pajak penghasilan, penghasilan kena pajak tersebut dibulatkan ke bawah menjadi Rp 7.575.000,00

4. Hubungan antara Zakat Badan Usaha dengan Pajak Penghasilan

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-undang No 38 Tahun 1999 dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan

1 60 84

Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan

0 31 125

Analisa Laporan Keuangan pada Bank Syariah Al-Washliyah (BPRS) Medan

0 22 62

Pengawasan Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Bank Syariah Al-Washliyah (BPRS) Medan

0 16 68

Analisis Penerapan Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada BPR Syariah Kota Mojokerto)

4 34 16

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada Kpp Kantor Wilayah Jawa Barat I 2010-2015)

13 117 42

Pengaruh Penambahan Wajib Pajak Badan dan Surat Pemberitahuan Masa Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 2012-2015)

0 3 1

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 2013-2015)

1 8 30