Standar Akuntansi Zakat Badan Usaha

4. memiliki pembukuan yang baik ; 5. melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit . Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari setiap lembaga pengelola zakat.

C. Konsep Zakat Badan Usaha 1. Pengertian Zakat dan Dasar Hukum

Secara fikih perusahaan tidak merupakan objek yang wajib membayar zakat maka yang wajib itu bukan perusahaan tapi pemiliknya. Menurut Hasbi Ash- Shiddiqi dalam buku Sofyan Syafri Harahap 2001 : 301 bahwa “ Pada tahun kedua hijriyah syara’ menentukan jenis harta yang wajib dizakati, diantaranya yaitu emas dan perak, perniagaan, peternakan, tanaman, dan barang – barang temuan rikaz atau harta karun”. Dalam konteks zakat badan usaha, maka secara syariah, zakat ini merupakan peng-qiyas-an dari zakat perniagaan. Zakat perusahaan kadarnya dihitung berdasarkan neraca perusahaan yang besarnya 2,5. Namun dalam kaitan dengan pajak, zakat yang digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak berdasarkan laporan labarugi. Dengan demikian, akan terjadi kesamaan antara pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan usaha perusahaan seperti itu dan penghasilan para pedagang yang diharuskan mengeluarkan zakat perdagangannya ketika mereka menjual hasil perdagangannya.

2. Standar Akuntansi Zakat Badan Usaha

Dari pandangan secara makro maka tujuan akuntansi syariah dikemukakan oleh Triyuwono 2001 : 27 adalah: a. merupakan dasar dalam perhitungan zakat, b. memberikan dasar dalam pembagian keuntungan, distribusi kesejahteraan dan pengungkapan terhadap kejadian dan nilai – nilai, c. untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat Islami dan hasil laba yang diperoleh tidak merugikan masyarakat. Oleh sebab itu maka Harahap 2001 : 322 mengemukakan standar akuntansi terhadap zakat yang terpenting adalah sebagai berikut: a. penilaian current exchange value nilai tukar sekarang atau harga pasar. Kebanyakan para ahli fikih mendukung bahwa harta perusahaan pada saat menghitung zakat harus dinilai berdasarkan harga pasar, b. aturan satu tahun. Untuk mengukur nilai aktiva, kalender bulan harus dipakai kecuali untuk zakat pertanian. Aktiva harus diberlakukan lebih dari satu tahun, c. aturan mengenai independensi. Peraturan ini berkaitan dengan standar di atas. Zakat yang dihitung tergantung pada kekayaan akhir tahun. Piutang pendapatan yang bukan pendapatan tahun ini dan pendapatan yang dipindahkan ke depan tidak termasuk, d. standar realisasi. Kenaikan jumlah diakui pada tahun yang bersangkutan apakah transaksi selesai atau belum. Piutang transaksi kecil harus dimasukkan dalam perhitungan zakat, e. yang dikenakan zakat, nisab harus dihitung menurut hadits dimana tidak ditagih zakat dari orang yang tidak cukup kekayaannya senisab, f. net total gross memerlukan net income. Setelah satu tahun penuh, biaya, hutang, dan penggunaan keluarga harus dikurang dari income yang akan dikenakan zakat, g. kekayaan aktiva, apakah di Negara Islam atau bukan, jika pemiliknya adalah Islam, maka harus dimasukkan dalam perhitungan kekayaannya yang akan dikenakan zakat dan dihitung nisab. Triyuwono 2001 : 81 menjelaskan bahwa yang termasuk dalam aktiva yang dikenai kewajiban zakat selain aktiva tetap adalah kas dan setara kas, piutang, aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan dan aktiva pembiayaan. a. Kas dan Setara Kas Kas terdiri dari saldo kas cash on hand dan rekening giro, sedangkan setara kas cash equivalent adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan yang signifikan. b. Piutang Piutang adalah klaim tehadap pihak lain atas penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan usaha perusahaan. Piutang di sini adalah piutang netto setelah dikurangi provisi untuk piutang ragu – ragu. c. Aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan seperti persediaan, surat berharga, real estate dan lain - lain. Aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan harus diukur pada nilai ekivalen tunainya pada saat zakat sampai haul dan nisab-nya. d. Aktiva Pembiayaan seperti mudharabah, musyarakah, salam, istishna’ dan lain - lain. Aktiva Pembiayaan haruslah merupakan aktiva bersih netto dari semua provisi untuk semua nilai atau non-collectibility-nya. Dana – dana yang digunakan untuk mendapatkan aktiva tetap yang berhubungan dengan aktiva pembiayaan harus dikurangkan. Mengenai masalah pengklarifikasian aktiva tersebut, Gambling dan Karim dalam Buku Muhammad 2005 : 164 menyatakan bahwa “ Pengklarifikasian aktiva menjadi aktiva lancar current asset dan aktiva tetap non-current asset mempunyai arti yang berbeda dalam pandangan syariah Islam. Dari kacamata syariah tentunya pengklarifikasian aktiva tersebut digunakan untuk mengidentifikasi aktiva yang terkena zakat zakatable assets”.

3. Nisab dan Perhitungan Zakat Badan Usaha

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-undang No 38 Tahun 1999 dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan

1 60 84

Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan

0 31 125

Analisa Laporan Keuangan pada Bank Syariah Al-Washliyah (BPRS) Medan

0 22 62

Pengawasan Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Bank Syariah Al-Washliyah (BPRS) Medan

0 16 68

Analisis Penerapan Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada BPR Syariah Kota Mojokerto)

4 34 16

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada Kpp Kantor Wilayah Jawa Barat I 2010-2015)

13 117 42

Pengaruh Penambahan Wajib Pajak Badan dan Surat Pemberitahuan Masa Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 2012-2015)

0 3 1

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 2013-2015)

1 8 30