Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Zakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Zakat

1. Pengertian, Dasar Hukum dan Prinsip Zakat

Zakat merupakan salah satu nilai instrumental yang sangat strategis dalam sistem ekonomi Islam yang mempengaruhi tingkah laku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Yusuf Qardhawi 1999 : 34 mengartikan zakat dalam bukunya yang dibagi menjadi dua yaitu menurut bahasa lughah dan menurut syara’ hukum fikih. a. Menurut bahasa lughah adalah suci, bersih, tumbuh, bertambah, berkah, dan terpuji. b. Menurut syara’ hukum fikih bermakna pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut sifat - sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu. Kalau dipertautkan antara pengertian bahasa yang sangat mendasar dengan rumusan fikih, maka bermakna jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya bersih pula. Sedangkan menurut Mahmudi 2009 : 151 “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh Muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya”. Menurut Undang-undang No. 38 Tahun 1999 yang terdapat dalam Lembaran Negara Nomor 164 1999 : Pasal 1 ayat 2 “ Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya”. Dasar hukum diwajibkannya zakat disebutkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ ulama. Ayat – ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan diwajibkannya zakat disebutkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dalam Al Qur’an dan Terjemahannya 1992 : 15,427,307,781 antara lain pada surat Al-Baqarah ayat 43, surat At-Taubah ayat 103, surat Al-An’am ayat 141 dan surat An-Nuur ayat 56, dan masih banyak lagi ayat – ayat lain dalam Al-Qur’an yang menjadi dasar hukum diwajibkannya zakat . Sedangkan dasar hukum yang bersumber dari As-Sunnah, yang dikemukakan Departemen Agama Republik Indonesia dalam Al-Qur’an dan Terjemahannya Ibid : 74 salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari : dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengirim Mu’adz bin Jabal ke Yaman dan bersabda : “Kau akan berada di tengah – tengah umat ahli kitab. Ajaklah mereka mengakui bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan saya adalah Rasul-Nya. Bila mereka menerima, beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka diwajibkan shalat lima kali dalam sehari semalam. Bila mereka menjalankannya, beritahukan pula bahwa mereka diwajibkan mengeluarkan zakat yang dipungut dari orang – orang kaya dan dikembalikan kepada orang – orang miskin. Dan bila mereka menjalankannya, maka kau harus melindungi kekayaan mereka itu, dan takutlah kepada do’a orang – orang yang teraniaya, karena antara do’a orang yang teraniaya dengan Allah tidak terdapat penghalang”. Dari dasar – dasar hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hukum zakat adalah wajib bagi setiap orang Islam. Mannan dalam buku Triyuwono dan As’udi 2001 : 31 menjelaskan tentang urgensi dikeluarkannya zakat yang mengacu pada salah satu faktor untuk mengurangi tingkat kemiskinan bahwa : zakat adalah poros keuangan Negara Islami. Zakat meliputi bidang moral, sosial dan ekonomi. Dalam bidang moral zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si kaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat yang khas yang diberikan Islam untuk menghapus kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Sedangkan zakat dalam bidang ekonomi mencegah pemupukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya di tangan para pemiliknya.

2. Sifat Umum Zakat Yusuf Qardhawi 1999 : 999 menjelaskan bahwa “ Pajak dan zakat

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-undang No 38 Tahun 1999 dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan

1 60 84

Analisis Penerapan Transaksi Murabahah pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Al-Washliyah Medan

0 31 125

Analisa Laporan Keuangan pada Bank Syariah Al-Washliyah (BPRS) Medan

0 22 62

Pengawasan Internal Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Bank Syariah Al-Washliyah (BPRS) Medan

0 16 68

Analisis Penerapan Zakat sebagai Pengurang Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada BPR Syariah Kota Mojokerto)

4 34 16

Pengaruh Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dan Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Terhadap Pelaksanaan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak : Studi kasus pada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Cilandak

0 18 160

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada Kpp Kantor Wilayah Jawa Barat I 2010-2015)

13 117 42

Pengaruh Penambahan Wajib Pajak Badan dan Surat Pemberitahuan Masa Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 2012-2015)

0 3 1

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi 2013-2015)

1 8 30