Permainan Modern Permainan Tradisional Anak Dalam Kajian Antropologi.

memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Dengan demikian bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional. 3 a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat,

1.5.3. Permainan Modern

Permainan Modern adalah jenis permainan yang dari cara pembuatannya maupun cara memainkannya menggunakan teknologi canggih dan membutuhkan keahlian khusus. Permainan modern umumnya dimainkan secara individu daripada berkelompok, dan wujudnya sebagian besar berbentuk mesin, digital, online, dan sebagainya.

1.5.4. Permainan Tradisional Anak Dalam Kajian Antropologi.

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat mnemonic device. James Danandjaja, 1986 : 2 Ciri-ciri pengenal utama folklor pada umumnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 3 http:moharifikaha.blogspot.com Universitas Sumatera Utara dan alat pembantu pengingat dari generasi satu ke generasi berikutnya. Kini penyebaran folklor dapat terjadi dengan bantuan mesin cetak dan elektronik. b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama paling sedikit dua generasi. c. Folklor ada exist dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut lisan, biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi interpolation, folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan. d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi. e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola. f. Folklor mempunyai kegunaan function dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. g. Folklor bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. h. Folklor menjadi milik bersama collective dari kolektif tertentu. Hal ini diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini karena banyak folklor yang merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya Danandjaja, 1986 : 3-5. Universitas Sumatera Utara Menurut Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor dari AS, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya : 1 folklor lisan verbal folklore, 2 folklor sebagian lisan partly verbal folklore, dan 3 folklor bukan lisan non verbal folklore. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk folklor yang termasuk kedalam kelompok ini adalah a bahasa rakyat folk speech seperti logat, julukan pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan; b ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo; c pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; d puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair; e cerita prosa rakyat seperti mite, legenda dan dongeng; dan f nyanyian rakyat. Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini ialah kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan bukan material. Bentuk folklor yang tergolong material antara lain: arsitektur rakyat bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya; kerajinan tangan rakyat; pakaian dan perhiasan tubuh rakyat; makanan dan minuman rakyat; dan obat- obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain gerak isyarat tradisional gesture, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat kentongan atau gendang, dan musik rakyat Danandjaja, 1986 : 21-22. Permainan rakyat merupakan folklor karena diperolehnya melalui warisan lisan. Hal ini terutama berlaku bagi permainan rakyat anak-anak karena permainan ini disebarkan hampir Universitas Sumatera Utara murni melalui tradisi lisan dan banyak diantaranya disebarluaskan tanpa bantuan orang dewasa seperti orang tua mereka atau guru sekolah mereka. Permainan rakyat biasanya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan lompat; atau berdasarkan kegiatan sosial sederhana, seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian, dan berkelahi-kelahian; atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan seperti menghitung dan melempar batu ke lubang tertentu; atau berdasarkan keadaan untung-untungan, seperti main dadu Brunvand dalam Danandjaja, 1986 : 171. Berdasarkan perbedaan sifat permainan, maka permainan rakyat folk games dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu permainan untuk bermain play dan permainan untuk bertanding game. Permainan bermain lebih bersifat untuk mengisi waktu senggang atau rekreasi, sedangkan permainan bertanding hampir selalu memiliki lima sifat khusus, seperti 1 terorganisasi, 2 perlombaan competitive, 3 harus dimainkan paling sedikit oleh dua orang peserta, 4 memiliki kriteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, dan 5 mempunyai peraturan permainan yang telah diterima bersama oleh para pesertanya Roberts, Arth, dan Bush dalam Danandjaja 1986, 171. Selanjutnya permainan bertanding dapat dibagi lagi kedalam: 1. Permainan bertanding yang bersifat ketrampilan fisik game of physical skill, 2. Permainan bertanding yang bersifat siasat game of strategy 3. Permainan bertanding yang bersifat untung-untungan game of change Roberts dan Sutton Smith dalam Danandjaja, 1986 : 171.

1.6. Metode Penelitian