Status Sosial Ekonomi Orang Tua Anak

6.1 Pengaruh Ekonomi

6.1.1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Anak

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis permainan anak adalah status sosial ekonomi orang tua anak. Biasanya, semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi keluarga si anak, maka anak semakin mudah untuk mendapatkan mainan yang diinginkannya. Anak yang berasal dari keluarga berada umumnya memiliki berbagai permainan modern yang paling baru, canggih dan pastinya berharga mahal. Berbeda dengan anak yang berasal dari keluarga menengah atau menengah bawah, jika ingin memainkan permainan modern yang canggih, mereka harus menabung dalam waktu yang lama untuk membeli permainan canggih yang diinginkan. Biasanya mereka juga memilih pergi kewarnet, kerental PS atau bermain kerumah teman yang memiliki perangkat permainan canggih tersebut. Anak yang berasal dari kalangan menengah atas biasanya memiliki kesibukan yang banyak karena orang tua memberikan pelajaran tambahan atau berbagai kursus seperti kursus bahasa inggris, matematika, komputer, fisika, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan waktu anak untuk bersosialisasi, berkomunikasi dan bermain dengan teman-temannya menjadi terbatas. Sehingga teman si anak hanya sebatas teman di lingkungan sekolah atau tempat kursusnya saja yang tentunya juga kurang memiliki waktu untuk diajak bermain bersama. Secara tidak langsung hal ini membuat anak menjadi lebih memilih untuk bermain sendiri. Permainan tradisional tentu tidak bisa dimainkan sendirian karena anak dituntut untuk berkelompok, oleh karena itu anak cenderung lebih memilih memainkan permainan modern seperti Playstation, PSP, Poker, PB, Ayodance dan sejenisnya yang bisa dimainkan sendiri dan anak tetap merasakan kepuasan dari bermain. Universitas Sumatera Utara Orang tua yang memiliki kesibukan padat akibat pekerjaan diluar rumah dan tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama anak-anaknya pada umumnya akan berusaha menebus rasa bersalah akibat kurangnya perhatian yang diberikan dengan cara membelikan mainan yang diinginkan anaknya. Hal ini diutarakan oleh Bapak Ucok 49 tahun. Dalam keseharian, waktu Pak Ucok dihabiskan ditempat kerja. Pekerjaannya sebagai kontraktor menuntut dirinya untuk selalu berada dilokasi proyek, sehingga ia kurang memiliki waktu untuk mengajak ketiga buah hatinya yaitu Hasan, Faisal dan Ratu, untuk bermain bersama. Sebagai permintaan maaf, Pak Ucok biasanya akan berusaha mengabulkan permintaan anak-anaknya, mulai dari membelikan motor bagi putranya, mengikutkan anaknya untuk kursus menyetir, sampai membelikan mainan mahal seperti Playstation 2, memasangkan jaringan internet dirumah agar anaknya bisa bermain game online, dan membelikan satu set barbie untuk anak perempuannya. Hal ini bertolak belakang dengan anak yang berasal dari keluarga menengah bawah. Orang tua yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tentu tidak memiliki anggaran untuk membelikan mainan modern dan canggih yang diinginkan anaknya. Oleh karena itu anak lebih memilih untuk kewarnet atau kerental agar bisa bermain. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Inung 52 tahun sebagai berikut. “Anak saya setiap hari minta uang untuk main kewarnet, katanya mau main PB. Kalau gak dikasih nanti malah minta dibeliin mainan yang mahal, mana ada uang saya untuk nurutin maunya anak-anak. Terpaksalah dikasi juga. Paling gak sehari dua ribu. Kadang saya suruh mereka nabung uang jajannya kalo mau main kewarnet, biar jangan kebiasaan”

6.1.2. Uang Saku Anak