Pecah Piring Bola Kiyam Kaki Ayam

ingin melihat anaknya lebih maju dan dapat bersaing secara intelektual dengan teman-temannya disekolah. Namun dampak laten yang tidak disadari ialah anak menjadi tersisih dari lingkungan dan akan menjadi individualistis karena tidak memiliki teman. Mereka akan lebih memilih untuk bermain sendiri tanpa harus repot mencari teman. Akan tetapi berdasarkan pemantauan penulis dilapangan, masih ada anak-anak kecil berkisar antara usia 10-13 tahun yang memainkan permainan alip brondok ini. Salah satu informan yang masih cukup sering bermain Alip Brondok adalah Fitri 10 tahun. Berikut adalah penuturannya kepada penulis. “ Kalo dirumah biasanya aku sering main alip brondok, masak-masakan, atau lompat tali bang. Aku mainnya sama anak-anak tetangga, kadang kalo lagi rame bisa sampe 6 orang. Seru bang, bisa sembunyi dan lomba lari sama yang jaga kalo ketauan tempat sembunyi nya. Kalo gak dikasi keluar rumah, aku mainnya didalam rumah sama adik atau temenku. Biasanya aku sembunyi di lemari, dikolong tempat tidur, di balik kursi, hehehe....”

3.4. Pecah Piring

Pecah piring merupakan sejenis olahraga yang menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak lawan dan tumpukan batu pipih yang dapat ditumpuk dan disusun meninggi seperti menara. Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok. Di Kelurahan Batang Terab, aturan permainan ini yaitu siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat tanpa terkena pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan. Pada awal permainan, ditentukan dahulu kelompok mana yang akan menjadi penjaga awal dan kelompok yang dikejar dengan suit. Kelompok yang menjadi penjaga akan melempar batu yang sudah disusun menjadi berkeping-keping. Tugas kelompok yang dikejar adalah melempar bola sejauh mungkin dan menyusun kembali batu-batu tersebut sampai menjadi menara sebelum seluruh anggotanya terkena lemparan bola. Setelah bola berhasil ditangkap Universitas Sumatera Utara maka regu yang berjaga harus melempari regu yang dikejar untuk menghalangi mereka menyusun kembali batu-batu tersebut. Apabila bola berhasil menyentuh lawan, maka anggota kelompok yang tersentuh bola tidak boleh membantu proses penyusunan batu. Kerjasama antar anggota kelompok sangat dibutuhkan dalam permainan ini. Permainan Pecah piring melatih anak untuk bekerja sama dalam satu tim karena untuk memenangkan permainan anak dituntut untuk melindungi teman yang menyusun batu dari lemparan bola lawan, selain itu anak dilatih untuk berkonsentrasi. Selain itu pecah piring juga merupakan permainan yang memiliki manfaat seperti olah raga karena para pemainnya harus berlari untuk menghindari lemparan bola dari lawan.

3.5. Bola Kiyam Kaki Ayam

Permainan bola kaki ayam kiyam, merupakan salah satu permainan tradisional yang hingga saat ini masih sering dimainkan oleh anak-anak di Kelurahan Batang Terab. Permainan ini hanya dimainkan oleh anak laki-laki. Pada dasarnya, permainan ini merupakan replika dari olahraga sepak bola, baik dalam tata cara bermain maupun aturan permainannya. Hanya saja dalam permainan bola kaki ayam, jumlah pemainnya dapat bervariasi, sesuai dengan jumlah anak-anak yang ingin bermain. Berbeda dengan olahraga sepak bola yang jumlah pemainnya harus sebelas orang, ada pemain cadangan, dan pelatih. Permainan ini disebut dengan bola kaki ayam karena kebiasaan anak-anak yang memainkannya dengan bertelanjang kaki kaki ayam. Anak-anak biasanya bermain bola kiyam Universitas Sumatera Utara di lapangan atau diperkarangan rumah. Bola yang digunakan juga berbagai macam, dari bola kulit sampai bola plastik. Gawangnya juga sederhana, biasanya hanya sebatas meletakkan kayu atau batu untuk menandai letak gawang masing-masing. Dibandingkan dengan permainan tradisional lain, permainan bola kiyam ini merupakan permainan yang paling terjaga eksistensinya karena hingga sekarang masih dimainkan oleh anak-anak, seperti yang dikatakan oleh Fikri 12 tahun berikut ini. “Main bola kiyam itu wajib bang, paling gak seminggu sekali lah aku main ini rame- rame sama kawan-kawanku. Biasanya pas sore-sore atau waktu libur sekolah. Kadang-kadang aku main bola kiyam sama abang dan sepupuku di lapangan deket rumah. Kalo lapangan nya lagi dipake orang lain, kami mainnya di halaman rumah bang”.

3.6. Engklek