Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

96

B. Pembahasan

Mahasiswa Prodi BK FIP UNY yang mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana pendidikan merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Keterlambatan lulus setiap mahasiswa disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda, baik faktor dari dalam diri maupun dari luar. Masalah yang menjadi fenomena utama setiap mahasiswa tingkat akhir adalah terkait Tugas Akhir Skripsi TAS. Keterlambatan penyelesaian TAS menyebabkan lamanya kelulusan mahasiswa. Menunda menyelesaikan TAS tergolong dalam prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik menurut M. Nur Ghufron 2014:156 adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Mahasiswa yang mengalami prokrastinasi dalam menyelesaikan TAS tentunya melewati sebuah proses. Proses yang selalu berubah dan bergejolak dalam diri mahasiswa disebut dengan dinamika psikologis. Menurut kamus psikologi Handbook of Psychological Terms dinamika psikologis berarti “any systematic theory of psychology which emphasizes drives, wishes, motives, and the like, whether unconscious or conscious, as the primary determinants of behavior.” Merujuk dari sistem teori dalam psikologi tentang intisari dinamika psikologis, maka dinamika psikologis mahasiswa BK FIP UNY yang mengalami prokrastinasi dalam menyelesaikan TAS dibagi menjadi 5 yaitu dilihat dari jenis, proses, penyebab, akibat, dan coping. 97 1. Jenis Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara terhadap lima subjek, yaitu SN, TO, EN, IR, dan DR, mereka mengalami prokrastinasi yang sama yaitu prokrastinasi terhadap TAS, namun berbeda jenis. Kelima subjek masuk dalam kategori jenis prokrastinasi yang berbeda, seperti yang dikemukakan oleh Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 ada satu jenis prokrastinasi yang positif yaitu functional procrastination, dan dua jenis prokrastinasi yang negatif, yaitu decisional procrastination dan avoidance procrastination. SN dan IR mengalami prokrastinasi dalam jenis avoidance procrastination yaitu untuk menghindari tugas yang dianggap tidak menyenangkan dan sulit. Berdasarkan pengakuan dalam wawancara, SN menganggap bahwa skripsi tidak lebih penting dari usaha yang sedang dia kerjakan di bidang wirausaha. Apa yang dialami oleh SN sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014, bahwa penundaan yang dilakukan oleh SN adalah untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Pengakuan subjek IR berbeda dengan SN, yaitu dirinya mengaku bersikap malas terhadap TAS dan menganggapnya kurang mengenakkan karena menyebabkan tekanan. Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 yaitu menghindari tugas yang kurang mengenakkan dan membuat IR ingin menghindari tugas skripsi yaitu dengan bermain game online setiap hari. Hal ini juga senada dengan L. Catrunada 98 I. Puspitawati 2009 bahwa seseorang yang mencari kenyamanan dengan mencari hal lain yang lebih menyenangkan cenderung tidak mau melepaskan situasi nyaman tersebut dan memiliki kontrol impuls yang rendah. L. Catrunada I. Puspitawati 2009 menyebutnya sebagai pleasure-seeking. Meskipun SN dan IR termasuk ke dalam jenis yang sama yaitu avoidance procrastination , namun alasan mereka sangat berbeda, SN lebih mementingkan pekerjaan karena sudah nyaman dengan pekerjaan sedangkan alasan IR adalah malas dan menghindari tugas dengan bermain game online. Subjek TO dan DR juga memiliki jenis yang sama, yaitu functional procrastination. Alasan TO dan DR termasuk ke dalam jenis functional procrastination karena meskipun keduanya terlambat dalam penyelesaian TAS, namun keduanya masih tetap aktif mengerjakan. Menurut Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 functional procrastination, yaitu penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat. Contoh perilaku functional procrastination adalah melakukan aktivitas rutin di perpustakaan untuk memperoleh informasi lengkap dari banyak buku dan mempelajarinya sehingga menyita waktu yang cukup banyak. Apa yang dilakukan oleh DR sama dengan yang dilakukan oleh TO yaitu tetap aktif mengerjakan meskipun mengalami prokrastinasi. Berbeda dengan SN, TO, IR, dan DR, subjek EN lebih masuk ke dalam jenis decisional procrastination. EN memiliki alasan kuat mengapa termasuk ke dalam decisional procrastination yaitu karena adanya kesalahan pengambilan 99 keputusan saat awal pengajuan judul skripsi. EN merasa belum menguasai langkah penelitian yang akan dijalani. Apa yang dialami oleh EN sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 bahwa prokrastinasi yang dilakukan oleh EN termasuk dalam jenis decisional procrastination karena selama proses penyelesaian TAS, EN mengalami kesalahan dalam pengambilan keputusan. 2. Proses Sesuai dengan pengertian dinamika yang dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro 1983:9 bahwa dinamika lebih ditegaskan sebagai sebuah proses yang terjadi dan bergejolak dalam diri manusia, serta dapat dihayati. Dari kelima subjek, masing-masing mengalami proses yang berbeda-beda selama menyelesaikan TAS. Proses yang terjadi pada kelima subjek penelitian sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Flett, Blankstein, Martin 1995 bahwa proses yang terjadi pada prokrastinator dimulai dengan early attachment experiencessebuah pengalaman, kemudian timbul ketidakpastian diriself-uncertainty. Timbulnya ketidakpastian pada diri sendiri mempengaruhi hubungan dengan dunia sosialself-comparison, kemudian dari subjek munculah perilaku prokrastinasi dan penghindaranprocrastination and avoidance. Setelah mengalami prokrastinasi, subjek akan dihadapkan pada dua pandangan dalam mengatasi perilaku prokrastinasi pada dirinya sendiri yaitu akan mampu mengatasinya secara 100 adaptifadaptive coping atau tidak mampu mengatasinyamaladaptive coping. Jika subjek mampu mengatasi perilakunya maka subjek akan semakin optimis tugasnya akan selesai meski sebelumnya subjek mengalami prokrastinasi, namun subjek yang mengalami maladaptive coping akan menuju pada perasaan cemas dan stress. Berikut ini adalah masing-masing proses yang dialami oleh subjek. SN mengalami proses yang cukup sulit, mulai dari pengajuan judul yang sudah terjadi kesalahan karena keputusan yang diambil asal-asalan, setelah itu berujung pada kesulitan mencari teori karena kurang sinkron antara teori dengan penelitian yang akan dilakukan. Sampai saat ini SN masih mencari judul yang cocok, artinya masih dalam proses fiksasi judul. Penyebab mengapa sampai saat ini SN masih mencari judul dikarenakan SN lebih mementingkan usaha dan pekerjaan dibandingkan skripsi, akibatnya skripsinya terlantar. Subjek berikutnya adalah TO. Berikut ini adalah perjalanan skripsi TO, TO sudah mengerjakan skripsi sejak semester tujuh, namun karena kurangnya teori TO harus menambah pada bab 2. TO sudah mencari teori untuk menambah di bab 2 namun mengalami kesulitan bahkan sampai sekarang dirinya masih mengerjakan bab 2. Sebenarnya TO sudah menambah sedikit-sedikit, namun karena terlalu lama tidak bimbingan dengan dosen, TO mengalami ketakutan, TO merasa kurang perfect untuk bertemu dengan dosen. Akhirnya sampai saat ini TO merasa takut untuk menemui dosen pembimbingnya. Berikut ini adalah perjalanan skripsi EN, EN mengerjakan skripsi sudah sejak tahun 2014, namun karena EN belum menguasai jenis penelitian yang akan dilakukan maka EN baru mulai mengerjakan di tahun 2015. Kemudian karena EN 101 merasa kesulitan dengan judul yang diambil dan mengalami kesusahan dalam merangkai kata, dirinya sempat berhenti lama di tahun 2015, namun berkat usahanya yang maksimal EN mampu menyelesaikan di tahun 2016. Selanjutnya subjek IR, berikut ini adalah perjalanan skripsi IR, IR mengerjakan skripsi sejak lama yaitu Januari 2015, namun IR sempat berhenti mengerjakan. Saat IR mengerjakan bab 3 ternyata sudah memasuki bulan November. Penyebab utama lamanya mengerjakan skripsi IR adalah karena kecanduan game online dan adanya rasa malas. Sampai pada bulan Februari 2016 IR mengaku masih mengerjakan, dan pada April 2016 IR masih mengerjakan bab 4. Terakhir adalah subjek DR. Berikut ini adalah perjalanan skripsi DR, DR sudah memulai mengerjakan skripsi sejak awal mengambil mata kuliah skripsi. Mulai dari mengambil judul dan memilih variabel yang dominan, kemudian langsung disuruh membuat proposal oleh dosen pembimbingnya. Saat membuat proposal DR tidak bertemu dosen cukup lama yaitu 3 bulan, setelah itu baru bimbingan lagi dan semakin lancar. Dalam bertemu dengan dosen, DR mengaku dirinya bertemu dalam seminggu dua kali. Proses yang dialami oleh kelima subjek sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Solomon Rothblum 1984 bahwa prokrastinasi adalah sebuah tindakan yang sia-sia berupa penundaan terhadap tugas dan tindakan tersebut merupakan suatu proses. Berikut adalah penuturan Solomon Rothblum 1984 “procrastination, the act of needlessly delaying tasks to the point of experiencing subjectives discomfort, is an all-too-familiar problem .” 102 3. Penyebab Penyebab yang dirasakan oleh SN menjadi penghambat skripsi meliputi rasa malas, kurangnya dorongan dari lingkungan, kesulitan terhadap judul yang diambil, sulit mengambil data, kurang sinkronnya teori yang diambil, dan SN memiliki kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi yaitu sebuah usaha. Apa yang dialami SN diatas sesuai dengan faktor yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum 1984 bahwa yang menyumbang 18 dari semua faktor penyebab prokrastinasi adalah kemalasan dan penolakan tugas. Selain faktor malas, faktor penyebab yang dirasakan oleh SN adalah faktor ketergantungan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Solomon dan Rothblum 1984 bahwa faktor lain dari kemalasan dan penolakan adalah faktor ketergantungan, pengambilan resiko, pemberontakan terhadap control, dan kesulitan pengambilan keputusan. Selain faktor-faktor diatas, penyebab lain yang dirasakan oleh SN adalah dirinya aktif dalam wirausaha. Subjek berikutnya adalah TO. Penyebab yang dirasakan oleh TO dapat diketahui ada beberapa yaitu kesulitan mencari teori dan referensi, aktivitas privat les yang sempat mengganggu, sering main, rasa malas, merasa kurang perfect, putusnya komunikasi dengan dosen, tidak adanya teman, dan gangguan internet. Pernyataan diatas sesuai dengan teori Solomon Rothblum 1984 bahwa penyebab prokrastinasi salah satunya adalah penolakan terhadap tugas. Selain itu penyebab yang dirasakan oleh TO adalah rasa malas, hal ini juga sesuai dengan faktor yang dikemukakan oleh Solomon Rothblum 1984. 103 Penolakan terhadap tugas dan kemalasan menurut hasil penelitian Solomon Rothblum 1984 menyumbang 18 dari seluruh faktor yang mempengaruhi prokrastinasi. Selain faktor kemalasan dan penolakan terhadap tugas, TO mengakui bahwa dirinya merasa kurang perfect untuk berhadapan dengan dosennya setiap kali ingin bimbingan, hal ini menyebabkan lamanya penyelesaian skripsi. Hal diatas sesuai dengan teori Solomon Rothblum 1984 bahwa 49,4 faktor penyebab prokrastinasi salah satunya adalah kekhawatiran memenuhi standar sendiri perfeksionis. Hal ini juga senada dengan teori yang dikemukakan oleh Burka Yuen 1983 dalam Ferrarri, Johnson, McCown 1995 bahwa “clinicians often claim that perfectionism is a primary motive for procrastination.” Selain pengakuan diatas, TO juga mengakui bahwa dirinya saat ini jarang bertemu dengan dosen pembimbingnya. Selain faktor-faktor diatas, penyebab lain yang menjadi alasan lamanya penyelesaian skripsi bagi TO adalah dirinya menghindari tugas penting skripsi saat tidak ada teman-teman yang senasib. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 bahwa prokrastinasi dilakukan dengan suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Subjek selanjutnya adalah EN. Penyebab EN mengalami prokrastinasi adalah adanya sikap meremehkan terhadap TAS, perasaan malas, belum menguasai penelitian yang akan dilakukan, banyak bermain, dan sulit bertemu dosen. 104 Selain menggampangkan, EN juga menghindari tugas dengan bermain. Faktor penyebab terakhir yang dirasakan oleh EN adalah kemalasan, seperti beberapa subjek yang lain. Aktivitas bermain yang dilakukan EN sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh L. Catrunada I. puspitawati 2009 bahwa orang yang mencari kenyamanan cenderung tidak ingin meninggalkan zona nyaman yaitu kesenangan dalam bermain dan menyebabkan control impuls yang rendah. Subjek berikutnya adalah IR. Penyebab yang dirasakan oleh IR terkait lamanya penyelesaian skripsi adalah kecanduan game online, malas, dan terlalu menyepelekan TAS. Penyebab yang dirasakan IR diatas sesuai dengan teori Solomon Rothblum 1984 bahwa18 penyumbang faktor penyebab prokrastinasi adalah kemalasan. Selain faktor diatas, IR juga mengakui bahwa dia sering meninggalkan skripsinya dan bermain game online. Aktivitas yang dilakukan IR dengan bermain game adalah karena adanya kontrol impuls yang rendah dan tidak ingin meninggalkan zona nyaman seperti yang dikemukakan oleh L. Catrunada I. Puspitawati 2009. Faktor penyebab lain yang dirasakan oleh IR adalah menganggap sepele terhadap TAS. Subjek kelima adalah DR. Penyebab yang dirasakan oleh DR terkait lamanya penyelesaian skripsi, yaitu kurang menguasai teori, merasa kurang perfect, males, dan terlalu lama membuat instrumen penelitian. Selain itu DR juga merasa dirinya kebingungan dan ini sesuai dengan pendapat Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 dan Solomon Rothblum 1984 yaitu subjek mengalami kebingungan terhadap penelitian yang akan dilakukannya. 105 Seperti yang telah dikemukakan oleh Solomon Rothblum bahwa kemalasan menyumbang 18 dari semua faktor penyebab prokrastinasi, hal ini juga terjadi pada DR. Selain perasaan malas yang dirasakan oleh DR, dirinya juga terkendala oleh instrumen saat memasuki bab 3. 4. Akibat Burka dan Yuen 2008:8 mengemukakan bahwa orang yang menunda- nunda memiliki konsekuensi internal, yaitu perasaan iritasi, menyesal, kecaman dan putus asa. Dalam penelitian ini, kelima subjek mengalami perasaan-perasaan tertentu akibat prokrastinasi yang dilakukannya. SN mengalami perasaan kecewa dan merasa dirinya kurang perfect terhadap penyelesaian skripsi yang terlalu lama. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Solomon Rothblum 1984 bahwa perfeksionis yang diinginkan subjek menjadi penyumbang utama sebesar 49,4 dalam penelitian tentang prokrastinasi. Selain itu Burka Yuen 1983 dalam Ferrarri, Johnson, McCown 1995 juga mengungkapkan hal senada “clinicians often claim that perfectionism is a primary motive for procrastination.” Subjek selanjutnya adalah TO. Akibat yang dirasakan oleh TO adalah merasa bersalah, sedih, cemas, dan khawatir. Hal ini juga sesuai dengan pengamatan langsung yang dilakukan saat wawancara terhadap ekspresi TO saat menjawab pertanyaan. Saat menjawab pertanyaan raut wajah TO memperlihatkan raut sedih dan bersalah. Perasaan-perasaan cemas yang dialami oleh TO sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh L. Catrunada I. Puspitawati 2009 bahwa kecemasan pada akhirnya menjadi kekuatan magnetik yang berlawanan dimana 106 tugas-tugas diharapkan dapat diselesaikan, namun harus bertemu dengan perasaan cemas yang tinggi, sehingga seseorang cenderung menunda tugas itu. Dalam hal ini, catrunada menyebutnya sebagai anxiety. Subjek berikutnya adalah EN. EN merasakan beberapa akibat yang timbul dari lamanya penyelesaian skripsi, yaitu perasaan cemas, panik, menyesal, dan merasa mengecewakan orang tua. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Burka dan Yuen 2008. Subjek berikutnya adalah IR. Akibat-akibat yang dirasakan oleh IR terkait prokrastinasi terhadap TAS meliputi perasaan tertekan, perasaan menyesakkan, perasaan menyesal, dan perasaan malu terhadap adik angkatan yang sudah mulai menyusul. Perasaan-perasaan yang dialami oleh IR sama dengan yang dialami oleh subjek lain seperti EN dan juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Burka dan Yuen 2008. Subjek kelima adalah DR. DR mengalami perasaan takut dan beban bagi dirinya sendiri akibat dari penyelesaian skripsi yang terlalu lama. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Solomon Rothblum 1984 tentang salah satu faktor penyebab prokrastinasi, yaitu ketakutan. 5. Coping Selain jenis, proses, penyebab, dan akibat yang dirasakan oleh para subjek penelitian, peneliti juga menggali informasi tentang cara-cara yang dilakukan oleh subjek, dosen pembimbing, dan orangtua subjek dalam membantu mengatasi permasalahan TAS. Sesuai dengan kamus psikologi Handbook of Psychological Terms bahwa dinamika psikologis adalah suatu proses dan gejolak yang terjadi 107 pada manusia yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan pada cara hidup maupun tingkah laku seseorang. Perubahan yang terjadi tersebut menekankan pada dorongan, keinginan , motif , dan sejenisnya seperti jenis, penyebab, proses, akibat, dan coping. Jadi, coping merupakan salah satu fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut ini adalah coping dari setiap subjek. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Flett, Blankstein, Martin 1995 bahwa coping yang dilakukan oleh prokrastinator ada dua yaitu adaptive coping dan maladaptive coping. Adaptive coping dapat dilihat dari rasa optimis subjek bahwa subjek terus mengerjakan tugasnya dan percaya akan selesai, sedangkan maladaptive coping dapat dilihat dari perasaan subjek yang terlihat cemas dan merasakan tertekan serta stres. Subjek pertama adalah SN. Dukungan dari keluarga terutama dari orang tua dan adiknya sangat tinggi bahkan menuntut SN untuk segera menyelesaikan skripsi, kemudian dukungan dari dosen juga ada meskipun SN menganggapnya hanya sedikit membantu, dan dari SN sendiri sudah menyiapkan langkah-langkah untuk segera menyelesaikan skripsinya meliputi fiksasi apa yang akan dikerjakan, mencari teori, berkumpul dengan adik angkatan maupun teman se angkatan yang masih mengerjakan skripsi dan banyak bertanya terhadap mereka. Meskipun SN mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, namun SN sendiri mengungkapkan bahwa skripsi tidak lebih penting daripada usaha yang dia jalani saat ini, jadi SN telah menghindari tugas yang penting yaitu skripsi, maka dari itu sesuai teori Flett, Blankstein, Martin 1995 subjek SN termasuk ke dalam maladaptive 108 coping karena tidak mampu memanfaatkan dukungan dari berbagai pihak untuk segera menyelesaikan skripsi. Subjek selanjutnya adalah TO. Dukungan dari dosen sangat baik, dari orang tua juga sudah mengingatkan untuk segera diselesaikan. Selain dari dosen dan dari orang tua, TO sendiri mengaku menyiapkan target-target baru dan harus memulai fokus terhadap skripsinya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, subjek TO sering terlihat ke perpustakaan universitas dan mengerjakan skripsi, jadi sesuai teori Flett, Blankstein, Martin 1995 bahwa TO termasuk dalam adaptive coping karena memanfaatkan dukungan dengan sebaik-baiknya. Subjek ketiga adalah EN. EN mendapat dukungan dari orang tua yaitu berupa peringatan, dosen juga memberikan semangat kepadanya, kemudian teman dekatnya juga selalu memberikan semangat bahkan membantu dalam mengerjakan skripsi, serta dirinya sendiri berencana membuat jadwal, menata niat, dan segera mengerjakan agar cepat selesai. EN mengalami adaptive coping karena mampu memanfaatkan dukungan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan teori yang dikemukakan Flett, Blankstein, Martin 1995. Subjek keempat adalah IR. IR mendapatkan dorongan dari banyak pihak yaitu orang tua, dosen, teman-temannya, dan dari dirinya sendiri. Orang tuanya selalu mendoakan, menanyakan kemajuan skripsi, dan menuntut untuk harus segera selesai, dosen sering menanyakan kemajuan skripsi dan menyemangati untuk bimbingan dan segera selesai. Teman-temannya membantu mengerjakan dan sering menemani untuk bertemu dengan dosen, dan motivasi dari dirinya sendiri adalah untuk segera menyelesaikan dan mulai tidak menunda-nunda lagi. 109 IR mengalami adaptive coping karena mampu memanfaatkan dukungan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan teori yang dikemukakan Flett, Blankstein, Martin 1995. Subjek terakhir adalah DR. DR mendapatkan dorongan dari orang tua, dosen, serta motivasi dari dirinya sendiri untuk segera menyelesaikan skripsinya. Orang tuanya menyuruh sebisa mungkin dikerjakan, namun tidak menuntut untuk cepat selesai. Dosen pembimbing selalu memberitahu agar setelah bimbingan dan tahu kesalahannya segera dibenarkan dan segera bimbingan lagi kalau sudah dibenarkan, sedangkan dirinya memotivasi diri sendiri agar cepat selesai dengan memperbanyak intensitas bimbingan dengan dosen. DR mengalami adaptive coping karena mampu memanfaatkan dukungan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan teori yang dikemukakan Flett, Blankstein, Martin 1995.

C. Keterbatasan Penelitian