1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Pasal 1 Ayat 1 berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”
Pendidikan Tinggi menurut UU RI No. 12 Tahun 2012 Pasal 1
Ayat 2 adalah jenjang setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor,
dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Sedangkan
mahasiswa menurut pasal 1 ayat 15 UU RI No. 12 Tahun 2012 adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi.
Masa studi mahasiswa diatur dalam Pasal 13 Ayat 5 UU RI No. 12 Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa mahasiswa dapat menyelesaikan
program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak melebihi ketentuan batas waktu yang ditetapkan oleh Perguruan
Tinggi. Untuk dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi dan
mendapatkan gelar, mahasiswa harus membuat sebuah karya tulis ilmiah
2
berupa Tugas Akhir Skripsi TAS atau Tugas Akhir Bukan Skripsi TABS.
Tugas akhir TA menurut Rochmat Wahab, dkk 2011, merupakan karya tulis ilmiah mahasiswa, yang merupakan kulminasi
proses berpikir ilmiah sesuai dengan disiplin ilmunya, yang disusun untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sesuai dengan jenjangnya.
Skripsi atau sering disebut Tugas Akhir Skripsi TAS atau Tugas Akhir Bukan Skripsi TABS menurut Rochmat Wahab, dkk 2011 adalah
bentuk dari tugas akhir program S1, sedangkan untuk program diploma tugas akhir berupa projek akhir.
Rochmat Wahab, dkk 2011 mengemukakan bahwa TAS adalah karya tulis ilmiah mahasiswa yang mencerminkan kemampuan melakukan
proses dan pola berpikir ilmiah melalui kegiatan penelitian. Sedangkan TABS dapat berbentuk: 1 makalah ilmiah yaitu hasil analisis suatu karya
produk, dan 2 karya desain teknologi atau seni, yaitu merupakan produk keilmuan mahasiswa melakukan penemuan yang bersifat terapan. Projek
akhir adalah karya tulis ilmiah yang berbentuk kajian, produk, desain teknologi yang menekankan pada kajian kritis atau gagasan inovatif
berdasarkan penguasaan
materi program
studi tertentu
secara komprehensif sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya. Sarjana yang terlambat lulus lebih sering mengalami gangguan
karier, konflik peran, kecemasan, kepercayaan diri, dan relasi sosial
3
Johana E. Prawitasari, 2012. Menurut Cone Johana E. Prawitasari, 2012 mengemukakan bahwa keterlambatan kelulusan mahasiswa sangat
merugikan lembaga Perguruan Tinggi. Selain merugikan Perguruan Tinggi juga berdampak pada penumpukan tuntutan kerja serta beban psikologis
dosen, sedangkan dari sisi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi juga rentan disertai ketidakjujuran akademik.
Senada dengan Prawitasari, M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 mengemukakan bahwa suatu penundaan dikatakan sebagai
prokrastinasi apabila penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting, berulang-ulang secara sengaja, dan menimbulkan perasaan tidak nyaman
secara subjektif dirasakan oleh seseorang prokrastinator. Selain itu, Millgram M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014
menjabarkan ke dalam poin-poin tertentu mengenai prokrastinasi, yaitu: a. suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai
maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, b. menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya
keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas,
c. melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas
kantor, tugas sekolah maupun tugas rumah tangga, d. menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik, dan sebagainya.
4
Prokrastinasi dapat dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu functional procrastination dan disfunctional procrastination. Menurut Ferrari M.
Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 mengatakan bahwa functional procrastination adalah penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan
untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat. Disfunctional procrastination adalah penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek,
dan menimbulkan masalah. Berdasarkan jenis-jenis tugas, menurut Peterson M. Nur Ghufron
Rini Risnawita S, 2014 ada beberapa, yaitu tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan
kantor, dan lainnya. Menurut M. Nur Ghufron Rini Risnawita S 2014 prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang
digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas diatas. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan
pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Prokrastinasi non-akademik
adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah
tangga, tugas sosial, tugas kantor, dan lain sebagainya. Masalah non akademik berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungan kampus,
kesukaran dalam mencari teman atau kesukaran dalam pergaulan, pengembangan diri, dan masalah pribadi yang antara lain menyangkut
masalah pergaulan, konflik dengan teman, keluarga, dan pacar.
5
Adapun Solomon dan Rothblum M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014 menyebutkan enam area akademik untuk melihat
jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kerja administratif,
menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Tugas mengarang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas-tugas
menulis, misalnya menulis makalah, laporan, atau tugas mengarang lainnya. Tugas belajar menghadapi ujian mencakup penundaan belajar
untuk menghadapi ujian, misalnya ujian tengah semester, akhir semester, atau ulangan mingguan.
Tugas membaca meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan.
Kerja tugas administratif, seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, daftar peserta praktikum, dan sebagainya.
Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambatan dalam menghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lainnya, Dan
keenam adalah penundaan dalam kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik
secara keseluruhan. Sementara itu, Ferrari M. Nur Ghufron Rini Risnawita S, 2014
mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu, yaitu 1
penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas, 2 keterlambatan
6
dalam mengerjakan tugas, 3 kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan 4 melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi menurut M. Nur Ghufron Rini Risnawita S 2014 dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu berupa pengasuhan
orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient. Senada dengan Solomon dan Rothblum, Burka Yuen 2008:8
mengemukakan bahwa orang yang menunda-nunda memiliki konsekuensi internal, yaitu perasaan iritasi, menyesal, kecaman dan putus asa. Mereka
mungkin sangat sukses tetapi mereka frustrasi dan marah dengan diri mereka sendiri karena menunda-nunda telah mencegah mereka dari
melakukan semua yang mereka pikir mereka mampu.
Penundaan tidak hanya konsekuensi internal yang terjadi, tetapi juga untuk konsekuensi eksternal yang signifikan. “Kadang-kadang
konsekuensi eksternal datang sebagai kejutan, jika Anda belum bahkan berpikir tentang kemungkinan akibat” BurkaYuen, 2008. Konsekuensi
tersebut ada yang ringan, seperti hukuman kecil untuk keterlambatan pembayaran, tetapi banyak penunda telah mengalami kemunduran besar di
tempat kerja, di sekolah, dalam hubungan, atau di rumah dan telah
kehilangan banyak yang penting dari mereka.
7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum 1984, diketahui bahwa 50 sampai 90 terjadi prokrastinasi
akademik pada mahasiswa. Dalam penelitiannya, Solomon dan Rothblum mengemukakan faktor yang terjadi pada prokrastinator, yaitu sebagai
berikut: a. menyumbang 49,4 dari semua faktor, mencerminkan rasa takut akan
kegagalan faktor 1. Faktor 1 meliputi kecemasan memenuhi harapan kecemasan evaluasi, kekhawatiran tentang memenuhi standar sendiri
perfeksionisme, dan kurangnya percaya diri, b. menyumbang 18 dari semua faktor, berhubungan dengan penolakan
tugas dan kemalasan faktor 2. Hal tersebut mencerminkan kekurangan energi sehingga tugas yang ada menjadi tidak
menyenangkan, c. faktor 3 sampai 7 adalah ketergantungan, pengambilan risiko,
kurangnya penegasan, pemberontakan terhadap kontrol, dan kesulitan membuat keputusan. Takut gagal dan penolakan terhadap tugas adalah
dua alasan utama untuk prokastinasi yang independen. Prokrastinasi akademik juga terjadi di kalangan mahasiswa
Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Kartadinata dan Tjundjing Meirina Dian Mayasari; Dewi Mustami’ah; Weni Endahing Warni,
2010 di sebuah Perguruan Tinggi di Surabaya terdapat 95 dari angket yang disebarkan pada 60 subjek mahasiswa mengaku bahwa mereka
8
pernah melakukan prokrastinasi. Alasan terbesar yang membuat mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi antara lain rasa malas
mengerjakan tugas 42 dan banyak tugas lain yang harus dilakukan 25, serta sisanya dikarenakan hal-hal lain 28. Penelitian lain juga
dilakukan oleh Sari Dianrika Pramedyasari, 2012 menunjukkan bahwa 48,5 dari 66 subjek mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Sumatera
Utara melakukan prokrastinasi. Prokrastinasi akademik juga terjadi di Universitas Negeri
Yogyakarta, terutama Prodi Bimbingan Konseling. Menurut data yang diperoleh dari Subbag Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Yogyakarta pada Program Studi Bimbingan dan Konseling ternyata masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyelesaikan TAS hingga
saat ini. Mahasiswa BK Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011
yang berjumlah 138 mahasiswa dari 3 kelas, sebanyak 47 mahasiswa sudah menepuh ujian akhir skripsi. Sisanya sebanyak 91 yang belum dapat
menyelesaikan TAS. Mahasiswa yang mampu menyelesaikan TAS sesuai waktunya 4 tahun atau kurang dari 4 tahun hanya 34 orang.
Dari data yang diperoleh diatas, maka diketahui bahwa selama empat tahun terakhir prokrastinasi akademik banyak dilakukan oleh
mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling yang sedang menyelesaikan TAS. Dari fakta diatas masih belum diketahui bagaimana dinamika psikologis
mahasiswa BK yang melakukan prokrastinasi terhadap TAS. Maka dari itu
9
peneliti berusaha mengungkap dinamika psikologis pada mahasiswa yang melakukan prokrastinasi terhadap TAS.
Prokrastinasi akademik merupakan salah satu permasalahan dalam BK di bidang pribadi. Menurut Syamsu Yusuf. L. N A. Juntika
Nurihsan 2012 yang tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen dan staf,
pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan
penyelesaian konflik. Dengan banyaknya mahasiswa Prodi BK FIP UNY yang
melakukan prokrastinasi, maka diperlukan adanya upaya untuk mencari tahu dan mengidentifikasi dinamika psikologis yang terjadi pada
mahasiswa BK FIP UNY yang melakukan prokrastinasi terhadap TAS.
B. Identifikasi Masalah