Umur Agama Hasil Penelitian

44 Tabel 3. Profil Subjek Penelitian No. Ket. Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4 Subjek 5 1. Nama SN TO EN IR DR

2. Umur

25 tahun 23 tahun 24 tahun 23 tahun 23 tahun

3. Agama

Islam Islam Islam Islam Islam 4. Tempat, tinggal Cirebon Bantul, Yogyakarta Yogyakarta Jawa Timur Bantul, Yogyak arta 5. Kost Condongcatur - - Yogyakarta - 6. Status TAS Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Berikut ini adalah deskripsi profil subjek penelitian. a.Subjek 1 SN SN merupakan salah satu mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011. SN memiliki postur tubuh sedang, sedikit gemuk dan berkulit sawo matang. SN berasal dari Cirebon. Selama menempuh kuliah, SN tinggal disalah satu asrama di Yogyakarta. SN dikenal sebagai mahasiswa yang ramah. Namun, SN seringkali tidak menghadiri perkuliahan dengan alasan bisnis sehingga banyak tugas kuliah yang ikut terbengkalai. SN sempat berhenti selama satu tahun 2 45 semester untuk fokus pada usaha kuliner. Saat ini SN sedang menempuh bab satu pada penyelesaian Tugas Akhir Skripsi TAS. b. Subjek 2 TO TO merupakan anak tunggal dari keluarga sederhana dan tinggal di Yogyakarta bersama orang tuanya. TO berpostur tinggi, kurus, dan berkulit sawo matang. TO merupakan salah satu mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011 yang masih menempuh mata kuliah skripsi. TO dikenal cukup pendiam sehingga jarang membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. Selama menjadi mahasiswa, nilai akademik yang diperoleh TO cukup bagus akan tetapi TO memiliki kebiasaan menunda tugas kuliah. Sebenarnya TO memiliki hobi membaca, sehingga TO sering mengunjungi perpustakaan. Saat ini, perkembangan skripsi TO sudah sampai pada bab kedua dan sekaligus mempersiapkan pengerjaan bab 3. c. Subjek 3 EN EN merupakan mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011 yang sedang menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi TAS. EN berpostur tinggi dan berkulit putih. EN tinggal bersama dengan orang tuanya di Yogyakarta. Keluarga EN cukup mapan secara ekonomi. 46 EN termasukmahasiswa yang rajin namun cepat sekali merasa kebingungan dengan tugas-tugas kuliahnya. EN sering meminta bantuan teman-temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Saat ini, EN sedang menempuh semester ke 10 dan perkembangan skripsi yang dia kerjakan sudah sampai pada bab tiga. d. Subjek 4 IR IR adalah salah satu mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011 yang sedang menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi TAS. IR berpostur tinggi, kurus, dan berkulit sawo matang. IR berasal dari keluarga yang tergolong mampu. IR tinggal di kost yang lokasinya dekat dengan kampus. IR sangat menyukai game online, sehingga tugas-tugas kuliahnya seringkali terbengkalai. Meskipun begitu, selama ini kuliah IR terlihat lancar dan baik-baik saja. Saat ini, IR sedang menempuh Bab 4 dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi TAS. e. Subjek 5 DR DR adalah salah satu mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011. DR berperawakan kurus, tidak terlalu tinggi dan berkulit sawo matang. DR dikenal ramah dan pendiam. DR tinggal bersama kedua orang tuanya. Orangtua DR tergolong keluarga yang mampu. 47 Selama menjadi mahasiswa, DR terkenal pendiam. DR cukup sering mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Saat ini, DR sedang menyelesaikan bab lima dalam penyelesaian tugas skripsi. 3. Deskripsi Profil Observan Dalam mengambil data penelitian, peneliti mengajak observan yang bertugas untuk mengawasi proses pengambilan data baik saat observasi maupun wawancara. Observan disini hanya bertugas untuk mengawasi bukan membantu mengambil data. Tujuan dari keikutsertaan observan adalah untuk mengawasi agar tidak terjadi subjektivitas saat pengambilan data, pengolahan data, dan tidak adanya kecurangan data. Observan yang membantu peneliti berinisial AM. AM merupakan mahasiswa FIP UNY yang menjadi relawan dalam membantu mengawasi peneliti mengambil data penelitian. AM berjenis kelamin laki-laki dengan postur tinggi, kurus, dan berkulit putih. AM tinggal di kost di Condongcatur Yogyakarta. AM saat ini berumur 23 tahun. 5. Deskripsi Hasil Penelitian. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan di FIP UNY berusaha untuk menganalisis dan mendeskripsikan dinamika psikologis mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri 48 Yogyakarta angkatan 2011 yang mengalami prokrastinasi terhadap Tugas Akhir Skripsi TAS. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2016. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Proses wawancara menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur, karena data yang diperoleh akan selalu berkembang. Wawancara dilakukan secara mendalam agar data yang dikumpulkam lebih jelas dan lengkap. Proses observasi menggunakan pedoman observasi untuk mempermudah pengambilan data mengenai dinamika psikologis mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011 yang mengalami prokrastinasi terhadap Tugas Akhir Skripsi TAS. Dinamika psikologis mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011 yang mengalami prokrastinasi terhadap Tugas Akhir Skripsi TAS dapat dilihat dari jenis, proses, penyebab, akibat, dan coping. Selanjutnya, jenis, proses, penyebab, akibat, dan coping pada masing-masing subjek penelitian telah diuraikan dalam hasil reduksi data wawancara dan observasi. 6. Deskripsi Data Dinamika Psikologis Mahasiswa BK UNY yang Mengalami Prokrastinasi terhadap TAS. 49 Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan observasi selama penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berikut disajikan hasil reduksi data sesuai dengan tujuan penelitian tentang dinamika psikologis mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011 yang mengalami prokrastinasi terhadap Tugas Akhir Skripsi TAS. Berikut ini adalah dinamika psikologis yang diuraikan menurut jenis, proses, penyebab, akibat, dan coping yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi terhadap subjek. a. Jenis Prokrastinasi 1 Subjek SN SN merupakan subjek penelitian yang hingga saat ini masih proses mengerjakan skripsi dan masih dalam pencarian judul. Berikut adalah pengakuannya berdasarkan wawancara. “Skripsi saya masih ngambil judul, baru saya kerjain.”24 April 2016. Alasan SN hingga sampai saat ini masih tertunda skripsinya adalah disebabkan oleh aktivitas diluar kampus yang dia lakukan, yaitu aktif berwirausaha. Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti, bahwa SN membuka sebuah usaha di dua tempat yaitu Jalan Kaliurang dan Jalan Colombo. Selain itu SN juga mengaku pernah mengambil cuti kuliah selama satu tahun. Berikut penuturannya: “Oya alasan itu ya karena saya aktif di wirausaha. Waktu itu saya memiliki usaha yang sangat besar, satu tahun itu saya cuti, nah disitu saya gabung dengan temen-temen wirausaha di UNY. 50 Selama satu tahun itu saya vakum untuk kuliah dan itu berdampak e keselanjutnya, gitu, dan saya rada menurun nilainya, karena masih fokus diwirausaha.”24 April 2016. Berdasarkan observasi yang dilakukan saat menjawab pertanyaan wawancara, SN terlihat senang saat mengatakan memiliki usaha yang besar. Selain usaha diatas, SN mengaku bahwa pada 24 Mei 2016 memiliki rencana usaha baru dan menginginkan kehidupan baru untuk masa depan, bahkan baginya skripsi untuk saat ini tidak lebih penting dari usaha baru yang akan dijalaninya. “…dibandingkan dengan target pekerjaan, target usaha saya itu nggak …timpang gitu lho, saya lebih memilih usaha saya itu untuk sementara ini gitu , memilih ke jalur lain. Nah skripsi nanti sebentar, sebentarr..gitu.”24 Mei 2016. Saat mengatakan memiliki target pekerjaan diatas, SN terlihat cukup senang dan semangat. Selain memiliki usaha yang besar, SN juga mengatakan bahwa pemilihan judul di awal juga menjadi penyebab lamanya penyelesaian skripsi. Hingga saat ini SN masih kebingungan dengan judul yang diambilya sendiri karena menurut SN dan dosennya kurang sinkron, akibatnya SN kesulitan mencari teori. Alasan SN salah mengambil judul memang disengaja. SN mengatakan bahwa pengambilan judul hanya asal-asalan agar nilai pada mata kuliah yang berkaitan dengan skripsi yaitu penelitian pendidikan dan seminar BK segera keluar. “Eeee..dari pertama tu saya mengajukan judul itu dipenelitian pendidikan kalau nggak salah saya ngajuin judulnya dan disetujui oleh ketua jurusan karena berkaitan dengan pengeluaran nilai KRS- an, kalau belum disetujui maka nilai belum bisa keluar, jadi saya cari judul itu masih sembarangan. Masih acak-acakan nggak sesuai 51 dengan hati saya. Yaudah asal-asalan disetujui ya nggak papa gitu lho. Ditengah perjalanan saya mengikuti seminar, seminar BK, nah disitu saya merasa kesulitan untuk, untuk untuk mengerjakannya. Saya tanya-tanya lagi ke yang lain, oh ya ternyata sulit teorinya. Kemudian, buku-bukunya juga sulit dicari, kemudian itu saya mulai searching lagi, ya memang sulit, gitu. Makanya saya harus ketemu dosen pembimbing saya lagi, saya memfixsasi judul saya lagi. “24 April 2016. Ekspresi SN saat mengatakan hal diatas terlihat tenang, namun SN terlihat gelisah saat mengatakan bahwa dirinya harus ketemu dengan dosen pembimbingnya karena sudah lama tidak pernah bimbingan. Dengan memiliki aktivitas yang bisa dibilang cukup sukses karena usaha yang besar, maka SN lalai dalam mengerjakan skripsi, bahkan tidak pernah mengerjakan sama sekali. Kemajuan skripsi SN sendiri masih dalam pengajuan judul dan belum memperoleh judul yang sesuai dengan harapan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa SN mengalami prokrastinasi ke dalam jenis yang merugikan atau disfungsi yaitu avoidance procrastination. 2 Subjek TO Subjek TO saat ini masih proses mengerjakan skripsi, meskipun sudah semester sebelas dia masih aktif mengerjakan, namun meskipun masih aktif mengerjakan, TO masih berhenti pada bab 2. Berikut penuturannya berdasarkan wawancara: “Kegiatan saya akhir-akhir ini terkait skripsinya kan biasanya ke Perpus nyari-nyari literatur tambahan gitu, ya buat diketik-ketik paling nggak dapet satu-dua paragraph, ya begitulah, selain itu juga 52 cuman diketik doang. Jadi ya masih nyicil dikit- dikit.”4 April 2016. Sesuai dengan hasil wawancara diatas, subjek juga sering terlihat di perpustakaan pusat UNY. Wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2016 dengan subjek cukup menguatkan bahwa sampai sekarang TO masih mengerjakan skripsinya. “Eeemm..tambah. Sedikit.”22 Mei 2016. TO menegaskan walaupun hanya menambah sedikit, lumayan menambah satu-dua paragraf. “Ya..setidaknya satu dua lah, dua apa..paragraf. Bab kemaren aku..anu.. Di Bab dua aku nambah, Bab tiga juga aku cicil. Tapi masih belum full .”22 Mei 2016. TO mengatakan juga bahwa intensitas bertemu dengan dosen pendamping sudah berkurang. Berdasarkan penuturannya, TO mengakui bahwa terakhir bertatap muka dengan dosen adalah semester sembilan awal. Meskipun demikian, TO masih aktif mengerjakan. “Ya itu Mas, udah jarang. Terakhir ketemu tuh semester kemarin, semester sembilan awal, berarti sudah satu setengah semester, tetapi kalau masalah mengerjakan masih dikit-dikit .”4 April 2016. Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti juga melihat bahwa subjek TO sering ke perpustakaan pusat UNY. Jadi meskipun sudah memasuki semester sepuluh dan sudah sejak semester sembilan tidak bertemu dengan dosen, namun TO masih rajin mengerjakan skripsi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa TO mengalami prokrastinasi yang termasuk ke dalam jenis functional procrastination. 53 3 Subjek EN Subjek EN sampai semester sepuluh di bulan April 2016 masih dalam proses penyelesaian bab 3. EN mengakui bahwa sejak awal pengajuan judul mengalami banyak kesulitan, antara lain kebingungan dengan jenis penelitian yang dia ambil dan kesulitan dalam merangkai kata. Berikut penuturannya saat wawancara. “Kalau sebenernya tu mau ngerjakan habis teori, tapi ada yang bingung, jadi skripsinya, jadi bingung tu lho..ada e saya kan pengembangan ya mas, ada yang nggak saya pahami jadi malah telat tu lho. Tahapnya tu telat, tahapnya. Skripsinya itu.”12 April 2016. Dalam wawancara tanggal 9 Mei 2016 EN mengatakan hal yang sama bahwa dia mengalami kebingungan dalam membuat kata-kata. Berikut penuturannya. “Contohnya gini lho, pak, yang kata-kata yaa kata-kata yang susah tu kayak itu lho mau membuat kalimat baru gitu kata-kata misalnya dalam atau gimana itu lho yang susah tu lho nyambungkan kata akhir sama kata awalnya itu pak. “9 Mei 2016. Selain data yang diperoleh dari wawancara, peneliti juga mengamati bahwa EN memang terlihat kesulitan, dan terlihat ada tiga orang teman di kost yang sedang membantunya menyelesaikan skripsi. Jadi berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan, subjek EN mengalami kesulitan-kesulitan yang diakibatkan oleh kesalahannya sendiri dalam pengambilan judul awal skripsi. EN merasa bingung dengan jenis penelitian yang diambil, namun tetap dia kerjakan. Dengan demikian 54 diketahui bahwa EN mengalami prokrastinasi yang tergolong ke dalam jenis decisional procrastination. 4 Subjek IR Subjek IR sampai semester sepuluh di bulan April 2016 masih dalam proses penyelesaian bab 4. Penyelesaian skripsi yang dilakukan oleh IR memakan waktu yang lama disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu malas dan kecanduan game online. Selain itu, target yang ditentukan selalu mundur dari target awal. Berikut penuturan IR saat wawancara. “Nggak ngapa-ngapain, biasanya yaitu tergoda sama temen. Temen-temen saya pada main game online di kost. Glundang- glundung itu mas.”12 April 2016. Pada wawancara di lain kesempatan, IR masih dengan nadanya yang kelihatan senang kembali menuturkan bahwa intensitas bermain game online mengalahkan waktunya untuk mengerjakan skripsi. “Kalau pas jaman itu, ngolah, susah mas buat belajar, buat apa, ngerjain skripsi tu malas. Lupa sampe nggak pernah tak pegang tu lho skripsinya. Jadi Cuma main game, DOTA, COC, ya itu WAR .”9 Mei 2016. Selain hasil wawancara diatas, peneliti juga mengamati saat berkunjung ke tempat kost bersama dengan teman-temannya, IR sedang asyik bermain handphone dan saat dilihat ternyata sedang bermain game online. Selain intensitas bermain game yang terlalu besar, IR juga mengakui bahwa dia malas-malasan terhadap skripsi dan mengakibatkan lamanya penyelesaian skripsi. 55 “Ya karena…mungkin karena males-malesan itu. Besok aja- besok aja gitu .”9 Mei 2016. Selain data yang diperoleh dari wawancara, peneliti juga mengamati, setiap selesai wawancara IR terlihat selalu bermain handphone, begitu pula saat menjawab wawancara IR terlihat serius namun nada bicaranya lemas seperti malas-malasan untuk menjawab. Berdasarkan data hasil wawancara dengan subjek serta pengamatan, diketahui bahwa IR suka bermain game dan suka malas- malasan. Hal ini sangat merugikan bagi perkembangan skripsi IR, dan ini termasuk ke dalam avoidance procrastination dimana IR selalu berusaha menghindari tugasskripsi. 5 Subjek DR DR merupakan salah satu subjek penelitian yang sampai pada bulan Mei 2016 masih pada penyelesaian bab 5. DR mengaku bahwa dirinya sudah mengajukan judul sudah dari semester sebelum ada mata kuliah skripsi. “Kalau pengajuan judul, ee..pengajuan judul tu sebenarnya udah dari semester sebelumnya. Dari mata kuliah penelitian pendidikan itu, tapi kan dari situ memang judulnya masih digonta-ganti ya mas, sampai pada bulan Mei tu, Mei itu istilahnya sudah mencapai kesepakatan dosen pembimbing kalau judulnya itu saja.”19 April 2016. DR juga mengatakan bahwa dirinya langsung memulai mencari materi dan mengerjakan skripsinya. “Iya, langsung nyari-nyari materi, langsung nyari jurnal, buku.”19 April 2016. 56 Berdasarkan pengamatan, DR orangnya sangat rajin ke kampus, mengerjakan TAS di gazebo FIP UNY, sering ke laboratorium BK FIP UNY, ke perpustakaan FIP UNY, dan menunggu dosen di depan Prodi BK FIP UNY. Selain itu, pada kesempatan lain DR mengatakan bahwa dirinya sudah pada tahap akhir, yaitu persiapan ujian. “Udah sampai tahap akhir ini Mas, udah hampir ujian.”24 Mei 2016. Berdasarkan data wawancara dan observasi, diketahui bahwa DR sangat rajin mengerjakan skripsi. Meskipun selesai tidak tepat pada waktunya, namun DR aktif mencari referensi dan mengerjakan skripsi, dengan begitu DR termasuk ke dalam jenis functional procrastination. b. Proses Pengerjaan TAS 1 Subjek SN Dalam proses penyelesaian TAS, SN mengalami kesalahan pengambilan judul, tetapi kesalahan tersebut dilakukan karena kesengajaan. Kesengajaan yang dilakukan oleh SN berujung pada tahap berikutnya, yaitu hingga semester 10 masih pencarian judul. Berikut ini penuturannya dalam proses mencari judul TAS. “Langkah-langkah pertama awalnya tu saya harus sering-sering ketemu dosen, trus kemudian saya mengkonfirmasi judul saya karena judulnnya itu belum fiks. Mau konfirmasi lagi mau ada yang dirubah, baru saya bisa melangkah mengerjakannya nyaman. ”24 april 2016. 57 Saat wawancara SN terlihat santai, selain itu SN juga tidak bisa menunjukkan skripsinya karena memang dia belum mengerjakan sedikitpun kecuali judul yang masih harus revisi. Berikut ini juga merupakan pengakuan SN terkait proses pengambilan judul yang bisa dibilang asal-asalan. “Eeee..dari pertama tu saya mengajukan judul itu dipenelitian pendidikan kalau nggak salah saya ngajuin judulnya dan disetujui oleh ketua jurusan karena berkaitan dengan pengeluaran nilai KRS- an, kalau belum disetujui maka nilai belum bisa keluar, jadi saya cari judul itu masih sembarangan. Masih acak-acakan nggak sesuai dengan hati saya. Yaudah asal-asalan disetujui ya nggak papa gitu lho. Ditengah perjalanan saya mengikuti seminar, seminar BK, nah disitu saya merasa kesulitan untuk, untuk untuk mengerjakannya. Saya tanya-tanya lagi ke yang lain, oh ya ternyata sulit teorinya. Kemudian, buku-bukunya juga sulit dicari, kemudian itu saya mulai searching lagi, ya memang sulit, gitu. Makanya saya harus ketemu dosen pembimbing saya lagi, saya memfixsasi judul saya lagi. “24 April 2016. Akibat dari kesulitan dengan teori dan judul yang asal-asalan, SN membela diri dengan mengatakan bahwa skripsi tidak lebih penting daripada usaha dan pekerjaan. Akhirnya hingga saat ini SN menelantarkan skripsi dan menghabiskan waktunya untuk usaha. “…dibandingkan dengan target pekerjaan, target usaha saya itu nggak …timpang gitu lho, saya lebih memilih usaha saya itu untuk sementara ini gitu , memilih ke jalur lain. Nah skripsi nanti sebentar, sebentarr..gitu.”24 Mei 2016. Setelah mengatakan bahwa dirinya memilih jalur lain yaitu usaha daripada skripsi, dirinya menuturkan target yang akan dilaluinya sebagai proses ke depan untuk penyelesaian skripsi. “…saya memikirkan eee selesai Ramadhan itu kan anak sekolah pada masuk, nah disitu saya bisa ee karena saya ganti sekolah baru saya minta ijin terlebih dahulu untuk mengambil data disana 58 tentang eee permasalahan skripsi saya, kalau boleh ya saya lanjut langsung eee apa namanya mengerjakan biar enak dulu kan kita mengunjungi sekolah yang baru karena saya PPL nya tidak di sekolah tersebut PPL nya di SMA 2 itu kejauhan dan mungkin kurang pas untuk masalah skripsi yang saya angkat judulnya, masalah yang saya angkat tu kurang pas di SMA tempat saya PPL dulu, jadi saya mencari SMA baru lagi , nah itu tahun ajaran baru ini kan baru masuk, nah itu rencananya saya sudah mencari lagi di deket-deket UNY seperti itu.”24 Mei 2016. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa SN mengalami proses yang cukup sulit, mulai dari pengajuan judul yang sudah terjadi kesalahan karena keputusan yang diambil asal-asalan, setelah itu berujung pada kesulitan mencari teori karena kurang sinkron antara teori dengan penelitian yang akan dilakukan. Sampai saat ini SN masih mencari judul yang cocok, artinya masih dalam proses fiksasi judul. Penyebab mengapa sampai saat ini SN masih mencari judul dikarenakan SN lebih mementingkan usaha dan pekerjaan dibandingkan skripsi, akibatnya skripsinya terlantar. 2 Subjek TO Subjek TO pada awalnya memiliki niat untuk menyelesaikan skripsi pada semester delapan, namun karena kekurangan teori pada bab 2, maka TO kesulitan mencari dan akhirnya skripsinya tertunda sampai sekarang dan masih berhenti pada bab 2. Berikut penuturan TO terkait perkembangan skripsinya. “ Kalau mulai skripsinya tu dari akhir semester tujuh, dari judul, bab 1 2 dan 3, jadi su dah satu setengah semester.”4 April 2016. 59 Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa skripsinya memang masih pada bab 2, namun TO sudah mulai membuat draft bab 3. Pengakuan berdasarkan wawancara berikut ini menguatkan bahwa TO sampai sekarang masih revisi pada bab 2 meskipun dirinya sudah mengerjakan bab 1 sampai bab 3. “Dulu sih waktu akhir semester tujuh tu kan rencananya pengen nyelesein skripsi dalam satu semester yaitu semester delapan itu kan, nah awal-awalnya itu emang semangat banget mas bab 1, 2, 3 oke, kalau udah bimbingan-revisi, bimbingan-revisi, tapi pas revisi terakhir itu kan suruh nambahin teorinya, nah setelah itu saya nyari-nyari teorinya itu, lama-lama-lama akhirnya malah ketunda terus mas. Jadi semester delapan itu ya sangat dikit banget kemajuannya.”4 April 2016. Meskipun sampai semester delapan TO sedikit kemajuannya, dia masih rajin mengerjakan dan bertemu dosen, hingga pada akhirnya TO merasa kurang perfect saat ingin bertemu dosen lagi di semester Sembilan. Akhirnya semester Sembilan hingga saat ini TO tidak pernah sama sekali bertemu dengan dosen, namun skripsinya tetap dia kerjakan sedikit- sedikit. “...waktu semester tujuh atau semester delapan awal itu biasanya seminggu sekali ketemu nah tapi akhir-akhir semester delapan itu udah jarang, sebulan sekali atau bahkan nggak pernah sama sekali sampai akhirnya semester sembilan tu dah nggak ketemu lagi.”4 April 2016. Pengakuan TO diatas sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa TO tidak pernah lagi terlihat keluar masuk kampus 60 khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan, UNY, namun intensitas ke perpustakaan pusat UNY masih sering terlihat. Dalam wawancara kedua, TO masih mengungkapkan hal yang sama dalam proses penyelesaian skripsi. Berikut adalah pengakuan yang menguatkan pada wawancara pertama bahwa TO masih pada bab dua. “Bab kemaren aku..anu.. Di Bab dua aku nambah, Bab tiga juga aku cicil. Tapi masih belum full.”22 Mei 2016. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa TO sudah mengerjakan skripsi sejak semester tujuh, namun karena kurangnya teori TO harus menambah pada bab 2. TO sudah mencari teori untuk menambah di bab 2 namun mengalami kesulitan bahkan sampai sekarang dirinya masih mengerjakan bab 2. Sebenarnya TO sudah menambah sedikit-sedikit, namun karena terlalu lama tidak bimbingan dengan dosen, TO mengalami ketakutan, TO merasa kurang perfect untuk bertemu dengan dosen. Akhirnya sampai saat ini TO merasa takut untuk menemui dosen pembimbingnya. 3 Subjek EN Dalam proses penyelesaian skripsi, EN mengatakan bahwa dia sudah memulai sejak tahun 2014. Pada saat itu dia sudah memperoleh judul, namun tidak langsung dikerjakan karena bingung dengan judul skripsi yang diajukan. Selain itu EN juga merasakan perasaan malas yang 61 membuatnya semakin lama selesai. Berikut penuturannya dalam wawancara. “Pertamanya judul tu udah dari tahun 2014, habis judul itu nggak langsung ngerjain tu lho mas, masih liat-liat skripsi tempat temen gimana-gimananya, karena kalau pengembangan itu di kelasku cuma ada dua, bingung tu lho mau tanya siapa. Nah, terus 2015 masih belum ngerjain, itu pas ngerjain tu sekitar bulan Maret. Maret 2015 tu udah mulai ngerjain, udah bimbingan ngerjain, tapi terus berhenti sampai tiga bulan, terus ngerjain lagi sampai sekara ng. Berarti masiih…masih gimana ya, pertamanya semangat, trus males lagi, semangat-males lagi gitu mas, sampai sekarang masih kayak gitu.“12 April 2016. Penuturan EN diatas sesuai dengan pengamatan bahwa EN terlihat sedikit lemas saat menjawab, selain itu peneliti juga melihat bahwa skripsi EN dikerjakan bersama dengan teman-temannya di kost, dan dari sini terlihat bahwa EN memang sedikit malas untuk mengerjakan seorang diri. Pada wawancara di lain kesempatan, yaitu tanggal 9 Mei 2016, EN mengalami kemajuan pesat. Saat ditemui untuk wawancara, EN sudah pada tahap revisi abstrak, dan bab 1 sampai dengan bab 5, artinya EN sudah melalui ujian TAS. “Ya, udah berkembang pak, maksudnya ya udah udah hampir selesai gitu.”9 Mei 2016. Saat wawancara dan mengungkapkan dirinya hampir selesai, EN menunjukkan hasil skripsinya, namun enggan untuk memberikan kepada peneliti. Pada awalnya EN ingin menyelesaikan TAS di semester delapan namun kenyataannya dia baru selesai setelah melewati 14 bulan baru melewati ujian. “Yaa, kalau dulu kan rencananya saya cuman setengah taun pak, tapi ini skripsinya ini selesainya setaun lebih, setahun lebih dua 62 bulan, 14 bulan lah pak. Tapi ini belum selesai sih pak, masih mau ngerjain revisi.”9 Mei 2016. Penuturan EN diatas sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti bahwa sampai saat ini EN masih belum selesai total artinya 14 bulan bukan suatu kebohongan namun pengakuan yang jujur. Berikut ini penuturannya setelah ujian , EN mengerjakan revisi, namun baru sedikit yang dikerjakan. “Sudah pak, sedikit. Sangat sedikit. Yaa baru ke abstrak sama latar belakang saja. Kan banyak to pak revisinya, bab satu sampai bab lima, tapi baru abstrak sama latar belakang.”9 Mei 2016. Saat mengatakan jawaban diatas, EN sambil menunjuk kearah laptop yang sudah tersedia hasil revisinya. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa EN mengerjakan skripsi sudah sejak tahun 2014, namun karena EN belum menguasai jenis penelitian yang akan dilakukan maka EN baru mulai mengerjakan di tahun 2015. Kemudian karena EN merasa kesulitan dengan judul yang diambil dan mengalami kesusahan dalam merangkai kata, dirinya sempat berhenti lama di tahun 2015, namun berkat usahanya yang maksimal EN mampu menyelesaikan di tahun 2016. 4 Subjek IR IR termasuk salah satu mahasiswa BK FIP UNY angkatan 2011 yang mengalami prokrastinasi terhadap TAS. Prokrastinasi yang dilakukan oleh IR tergolong jenis dysfunctional procrastination. Berdasarkan pengakuannya IR sudah memulai mengerjakan sejak lama, namun karena 63 suatu sebab, IR berhenti mengerjakan cukup lama dan menyebabkan lamanya penyelesaian skripsi. “Terlambat mas, saya mengerjakan skripsi mulai bulan Januari. Januari tu judul, habis itu mengerjakan bab satu itu Maret. Habis itu bab dua itu sekitar bulan Mei sampai Agustus dan bab t iga…..dan itu berhenti dulu. Setelah itu tu bab tiga baru bulan November. Itu baru bab tiga, jadi cukup lama. “12 April 2016. Penyebab IR mengalami prokrastinasi adalah adanya rasa malas dan banyaknya bermain game online dan hal ini dilakukan secara sengaja untuk menghindari tugas yaitu TAS. Hal ini juga sesuai dengan observasi yang dilakukan yaitu melihat bahwa IR suka bermain game online bahkan saat bersama dengan tema-temannya di kost. Akibatnya adalah terjadi mundurnya target. “Targetnya selalu mundur hehehe…jadi target bulan Mei mundur ke bulan Agustus, trus target lagi November, November nggak dapet ke Februari, jadi mundur lagi.”12 April 2016. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa IR mengerjakan skripsi sejak lama yaitu Januari 2015, namun IR sempat berhenti mengerjakan. Saat IR mengerjakan bab 3 ternyata sudah memasuki bulan November. Penyebab utama lamanya mengerjakan skripsi IR adalah karena kecanduan game online dan adanya rasa malas. Sampai pada bulan Februari 2016 IR mengaku masih mengerjakan, dan pada April 2016 IR masih mengerjakan bab 4. 64 5 Subjek DR Sejak awal mengerjakan skripsi, DR tidak mengalami kesulitan yang banyak. DR mengaku bahwa proses pengerjaan skripsinya lumayan lancar. Penyebab lamanya selesai skripsi, DR mengatakan bahwa dia terlalu lama dalam bertemu dosen untuk bimbingan, dan ini dilakukan beberapa kali. Berikut penuturannya. “ Iya dari awal itu jelas ngajuin judul, habis itu masih revisi-revisi, yaa…antara variabel sebenernya yang berperan tu variabel yang mana yang mendominasi, begitu, trus mencari kesepakatan sama dosen itu, terus dosen memberi instruksi untuk membuat proposal langsung, trus dikerjakan dirumah sampai itu tiga bulan kelamaan itu baru maju lagi. Ee..dari Mei kesitu. Kelamaan trus maju, yuk maju terus yuk, akhirnya kesini-kesini ee..dari bab tiga ke bab selanjutnya tu makin lancar tu lo mas. “19 April 2016. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pun memperkuat proses penyelesaian yang dilakukan oleh DR memang benar. Hal tersebut terlihat dari hasil yang dicapai oleh DR hingga saat ini dan sudah mencapai bab 5. Pengajuan judul di awal, atau saat DR belum mengambil mata kuliah skripsi, DR sudah mengajukan judul dan judul tersebut dipertahankan hingga saat ini. Hal ini menguatkan bahwa DR mengalami proses prokrastinasi kedalam jenis functional procrastination karena meskipun terlalu lama, DR masih aktif mengerjakannya. “Kalau pengajuan judul, ee..pengajuan judul tu sebenarnya udah dari semester sebelumnya. Dari mata kuliah penelitian pendidikan itu, tapi kan dari situ memang judulnya masih digonta-ganti ya mas, sampai pada bulan Mei tu, Mei itu istilahnya sudah mencapai kesepakatan dosen pembimbing kalau judulnya itu saja.”19 April 2016. 65 Secara khusus, proses bimbingan dengan dosen, dirangkum sederhana oleh DR saat wawancara yang dilakukan untuk kedua kalinya yaitu pada tanggal 24 Mei 2016. “Kalau saya eee, gini.. Seminggu dua kali, Mas.. Seminggu dua kali. Mungkin itu setelah Bab tiga-nya, pokoknya setelah maju proposal itu saya bikin seminggu dua kali, biar lebih intensif lah ya.. “24 Mei 2016. Ungkapan diatas sesuai dengan pengamatan yang dilakukan di kampus bahwa DR sering ditemui di depan kantor Prodi Bimbingan dan Konseling, FIP, UNY. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa DR sudah memulai mengerjakan skripsi sejak awal mengambil mata kuliah skripsi. Mulai dari mengambil judul dan memilih variabel yang dominan, kemudian langsung disuruh membuat proposal oleh dosen pembimbingnya. Saat membuat proposal DR tidak bertemu dosen cukup lama yaitu 3 bulan, setelah itu baru bimbingan lagi dan semakin lancar. Dalam bertemu dengan dosen, DR mengaku dirinya bertemu dalam seminggu dua kali. c. Penyebab Prokrastinasi 1 Subjek SN Saat ini SN masih dalam proses penyelesaian skripsi dan masih berhenti pada judul dan bab 1. SN mengalami prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi dikarenakan adanya faktor penyebab baik dari diri sendiri maupun dari luar. Penyebab dari dalam diri yang dirasakan SN 66 yang paling utama dirasakan adalah rasa malas, berikut ini penuturannya dalam wawancara dengan SN. “Waktu dulu itu belum, tapi waktu sekarang ini memungkinkan saya memiliki jadwal sendiri karena emang dikejar oleh waktu sih, tapi juga masih ada rasa malesnya, gitu.”24 April 2016. Alasan SN malas adalah kurangnya dorongan dari orang tua dan lingkungan dia tinggal sekarang. Dalam pengamatan pun diketahui bahwa SN jauh dari orang tua, karena di Jogja ini SN tinggal di asrama yang jauh dari kampung. Selain itu di asrama juga menuntut dirinya untuk dapat memotivasi dirinya sendiri karena interaksi sosial yang terjadi sangat sedikit dibandingkan jika SN tinggal di kampung. Berikut adalah pengakuannya bahwa SN kekurangan dorongan. “Ya saya juga merasakan males itu karena ya memang, e.. apa ya, kurang dorongan, dorongan dari…ya orang tua sih ndorong supaya cepet-cepet. Tapi lingkungan saya mungkin kurang, dorongan dari lingkungan sehari-hari saya, temen, temen saya sekitar itu kurang gitu, mungkin karena mereka bukan temen-temen yang mengerjakan skripsi. Ketika saya bergabung dengan temen-temen yang mengerjakan skripsi saya jadi cepet termotivasi, tapi begitu saya keluar kumpul sama yang lain langsung turun lagi. Itu yang males itu disitu.”24 April 2016. Selain rasa malas, SN juga mengakui bahwa ada faktor dari luar yaitu menyangkut karakteristik skripsi yang diambil oleh SN sendiri, yaitu kesulitan dengan judul skripsi yang diambil. Berikut penuturannya. “Sebenernya judulnya itu dah fiks, tapi dari saya sendiri tu merasa sangat sulit mengerjakan skripsi dengan judul tersebut.” 24 April 2016. SN lebih menegaskan lagi bahwa dengan sulitnya judul yang diambil, maka data yang akan diambil juga akan menyulitkannya. Hal 67 tersebut akibat kurang sinkronnya antara judul dengan teori yang akan diambil di bab dua nanti. Hal tersebut sesuai dengan pengamatan bahwa SN memiliki judul namun belum mengerjakan skripsi ke tahap selanjutnya. “Hmmm..karena saya sempat searching-searching sama tanya- tanya sama dosen juga, ee..untuk judulnya tu kurang sinkron gitu lho.. Jadi sulit untu mengambil datanya, jadi fifty-fifty lah..” 24 April 2016. Berikut ini penegasan yang dinyatakan oleh SN dalam wawancaranya dengan peneliti bahwa judulnya kurang sinkron dengan teori yang akan diambil nanti di bab dua. SN juga mengungkapkan penyebab lain yang menjadi penyebab lamanya skripsi yaitu kesalahan keputusan. SN mengalami kesalahan pengambilan keputusan pengambilan judul karena terburu-buru dikejar waktu. Alasan SN dikejar waktu karena judul tersebut akan dipergunakan untuk pengeluaran nilai salah satu mata kuliah yang berkaitan dengan skripsi, yaitu penelitian pendidikan. Berikut hasil wawancaranya. “Kurang sinkron dengan teori-teorinya, mungkin ada kesalahan sedikit kan pas saya mengajukan judul itu terburu-buru, mungkin juga dosennya yang menyetujui juga terburu-buru. Jadi ya karena dikejar oleh waktu, karena waktu itu jadi syarat pengeluaran nilai dan udah ada judul waktu itu, mau nggak mau judul itu dipake untuk sementara.” 24 April 2016. Saat mengungkapkan jawaban tersebut SN terlihat sangat serius. Selain penyebab-penyebab diatas, SN juga mengakui bahwa bagi dirinya skripsi tidak lebih penting dibandingkan dengan usaha dan pekerjaan. Berikut penuturannya pada 24 Mei 2016. 68 “…dibandingkan dengan target pekerjaan, target usaha saya itu nggak …timpang gitu lho, saya lebih memilih usaha saya itu untuk sementara ini gitu , memilih ke jalur lain. Nah skripsi nanti sebentar, sebentarr..gitu.”24 Mei 2016. Pengakuan tersebut memang sesuai dengan pengamatan yang dilakukan yaitu diketahui bahwa SN belum mengerjakan skripsi sama sekali kecuali judul yang sudah fiks, namun karena menurutnya akan menyulitkan dirinya maka judul tersebut menurut SN juga harus diganti. Dari data diatas diketahui bahwa penyebab yang dirasakan oleh SN menjadi penghambat skripsi meliputi rasa malas, kurangnya dorongan dari lingkungan, kesulitan terhadap judul yang diambil, sulit mengambil data, kurang sinkronnya teori yang diambil, dan SN memiliki kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi yaitu sebuah usaha. 2 Subjek TO Dalam wawancara terhadap TO, TO mengakui bahwa lamanya menyelesaikan skripsi disebabkan oleh banyak hal, yang pertama adalah kesulitan mencari teori. Berikut penuturannya. “...saya nyari-nyari teorinya itu, lama-lama-lama akhirnya malah ketunda terus mas.”4 April 2016. Di lain kesempatan, TO juga masih mengungkapkan hal yang sama bahwa kesulitan mencari referensi menjadi salah satu penyebab utama lamanya penyelesaian skripsi dan sesuai dengan pengamatan TO masih mengerjakan teori di bab 2. 69 “Hmm..kebanyakan sih nyari referensi ya.. Di Bab dua itu. Soalnya kan, emm.. topik saya agak susah, jadi nyarinya harus njlimet .”22 Mei 2016. Alasan susahnya mencari teori dan referensi menurut TO dikarenakan masih sedikitnya buku baik online maupun buku dan jurnal cetak yang membahas tentang teori yang TO ambil. Berikut penuturannya. “Ee..gini, Mas. Masalah yang saya angkat itu kan masalah sekarang, kayak Cyber Bullying itu kan, nah nyari dibuku cetaknya tuh kebanyakan belum membahas secara detail. Jadi saya nyarinya yang jurnal-jurnal. Tapi kayaknya kalau jurnal aja tu kurang, jadi masih nyari yang dibuku cetak- buku cetak itu.”22 Mei 2016. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan, saat TO diminta untuk menunjukkan buku tentang teori yang di ambil, TO tidak bisa menunjukkan buku hardfile. Hal ini sesuai dengan pengakuan TO diatas bahwa dirinya kesulitan mencari buku cetaknya tentang teori yang dia ambil. Selain kesulitan mencari referensi, TO mengakui pernah melakukan aktivitas lain disamping mengerjakan skripsi, yaitu privat les, namun hanya beberapa waktu saja. “...Kalau aktivitas yang lain dulu saya pernah privat nge-les gitu beberapa waktu.”4 April 2016. TO juga mengakui bahwa dirinya sering main, jadi hal ini juga menjadi penyebab lamanya penyelesaian skripsi. “Hoho..jangan ditanya mas, itu sering banget. Sering maen, soalnya ada temennya juga sih.”4 April 2016. Aktivitas main yang diungkapkan oleh TO sangat sesuai dengan pengamatan yang dilakukan peneliti di media sosial facebook dan 70 instagram. Di media sosial tersebut terlihat jelas akun TO mengunggah foto-foto saat dia sedang bermain dan berwisata. Selain susahnya mencari teori, privat les, dan main, TO juga mengakui bahwa dirinya sendiri juga merasa malas. “Sebenernya kalau saya emang niat banget bisa sih mas ngerjainnya, tapi yo gandeng gimana ya, yo itu tadi mas, males.”4 April 2016. Perasaan malas yang dirasakan TO dapat diamati dari kemajuan skripsi yang hingga saat ini belum selesai, banyaknya bermain daripada mengerjakan dan pengakuannya dalam wawancara tentang malas yang dirasakannya. Bimbingan dengan dosen tidak perlu sempurna, karena dosen pun tidak menuntut untuk selesai dengan sempurna, namun TO ini merasa kalau dirinya tidak pantas untuk bimbingan dan ini menyebabkan semakin tertunda-tunda. Secara tak sadar TO menuntut dirinya sendiri untuk perfect di hadapan dosen. Berikut penuturannya. “...terakhir kan revisiku kan teori itu, masalahnya nyari teori kemana-mana kok belum ada yang cocok, gitu lho. Jadi kalau mau ngajuin tu kayak nggak pantes tu lho . Masa’ iya udah sekian lamanya nyari, dah kemana-mana nyari kok hasilnya itu doang? Kayaknya kurang maksimal gitu lho.”4 April 2016. Di lain kesempatan, TO mengatakan hal yang sama bahwa dirinya merasa kurang perfect di hadapan dosen. “Eeee..belum. Saya belum bertemu dosen. Soale bingung, Mas, kalau mau ketemu. Karena saya merasa belum ada yang dikonsultasikan. Saya belum layak untuk konsultasi gitu lho.. Jadi mending tak selesaikan dulu, baru nanti konsultasi lebih lanjut. “22 Mei 2016. 71 Dalam pengamatan juga tidak pernah peneliti menemui TO di depan kantor Prodi BK, artinya hal ini menguatkan bahwa TO yang tidak pernah terlihat di kampus FIP UNY ini mungkin ada penyebabnya dan ternyata memang sesuai dengan pengakuan TO diatas yaitu merasa kurang perfect untuk bimbingan. Penyebab lain yang dirasakan oleh TO selain kesulitan referensi, privat les, malas, dan merasa kurang perfect adalah terputusnya komunikasi dengan dosen. “...tapi akhir-akhir ini kan karna saya jarang ketemu sama beliau, j adi yoo jarang komunikasi, nggak ada komunikasi bahkan.”4 Mei 2016. Pengakuan diatas sangat sesuai dengan observasi yang dilakukan bahwa TO tidak pernah lagi terlihat di kampus FIP UNY, terutama untuk menunggu dosen pembimbing di depan Prodi BK. Masih ada penyebab lainnya yang dirasakan oleh TO yaitu tidak adanya teman untuk mengerjakan bersama-sama menyebabkan rasa malasnya kembali lagi. Jika sudah malas, TO akan melakukan kegiatan menyenangkan seperti piknik, jalan, atau sekedar bermain. Berikut penuturannya. “Hehe kalau tidak ada teman sambil tertawa, balik lagi prokrastinasinya tu, paling piknik, misalnya, jalan..atau dirumah aja.”4 April 2016. Semakin lengkap penyebab yang dirasakan oleh TO dengan adanya koneksi internet. TO mengaku bahwa koneksi internet sangat penting untuk mencari referensi, namun ternyata koneksi internet malah menjadi 72 salah satu penyebab yang mengganggu dalam mengerjakan skripsi karena dengan adanya koneksi internet TO akhirnya searching ke situs-situs lain. “...kalau ngerjain itu kan biasanya ada koneksi internet, nah itu yang biasanya jadi, apa namanya? Ya pokoknya jadi pengganggu utama lah. Kalau dah kena internet kan merajalela kemana-mana kan? Jadi nggak fokus ke nggarapnya, gitu .”22 Mei 2016. Penngakuan TO diatas sesuai dengan pengamatan saat di perpustakaan TO suka mengerjakan skripsi sambil browsing internet. Jadi penyebab yang dirasakan oleh TO dapat diketahui secara singkat ada beberapa yaitu kesulitan mencari teori dan referensi, aktivitas privat les yang sempat mengganggu, sering main, rasa malas, merasa kurang perfect, putusnya komunikasi dengan dosen, tidak adanya teman, dan gangguan internet. 3 Subjek EN Selama mengerjakan skripsi, EN merasa ada banyak hal yang menyebabkan terhambatnya penyelesaian skripsi dan mengakibatkan lama selesai. Salah satu penyebabnya adalah terlalu meremehkan skripsi dan akhirnya tertunda terus, berikut penuturannya saat wawancara dengan EN. “Bagaimana ya mas..mungkin terlalu nganu mas, menggampangkan. Jadi kadang-kadang tu, wahh..ngerjain nanti- ngerjain nanti, tapi tau-tau gak jadi ngerjain tu lo .”12 April 2016. Berdasarkan wawancara pada tanggal 9 Mei 2016 EN mengakui bahwa akibat terlalu meremehkan tersebut, dirinya jadi malas untuk segera menyelesaikannya dan akhirnya tertunda-tunda. 73 “Malesnya tu karena menggampangkan, begitu. Jadi sebenernya tu kalo dikerjain tu selesai, tapi besok- besok tu lho pak.”9 Mei 2016 Selain menganggap remeh terhadap skripsi dan malas, EN juga mengakui bahwa dirinya mengalami kesulitan terhadap jenis penelitian yang diambilnya. “Kalau sebenernya tu mau ngerjakan habis teori, tapi ada yang bingung, jadi skripsinya, jadi bingung tu lho..ada e saya kan pengembangan ya mas, ada yang nggak saya pahami jadi malah telat tu lho. Tahapnya tu telat, tahapnya. Skripsinya itu.”12 April 2016. Pada wawancara yang dilakukan di lain waktu menguatkan bahwa EN memang mengalami kesulitan terhadap skripsinya karena banyak yang kurang dipahami baik jenis penelitian maupun isi dan kata-kata yang akan digunakan untuk menganalisis penelitiannya. “Contohnya gini lho, pak, yang kata-kata yaa kata-kata yang susah tu kayak itu lho mau membuat kalimat baru gitu kata-kata misalnya dalam atau gimana itu lho yang susah tu lho nyambungkan kata akhir sama kata awalnya itu pak. “9 Mei 2016. Pengakuan EN tentang kesulitannya dalam merangkum kalimat terbukti dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Saat peneliti melakukan wawancara di kost temannya EN, ada 3 orang teman yang sedang membantu mengerjakan TAS milik EN dalam merangkum kalimat- kalimat. Selanjutnya penyebab yang menurutnya turut menyumbang dalam menghambat penyelesaian skripsi adalah intensitas bermain yang terlalu banyak dibandingkan dengan mengerjakan skripsi. Berikut persentase yang diungkapkan oleh EN terhadap penyelesaian skripsi miliknya. 74 “Untuk bermain tu paling, paling nggak ya 50 pak, untuk istirahat 30, untuk skripsi 20 pak presentasenya. Kalau ngerjain tu kadang juga males pak.”9 Mei 2016. Kemudian faktor terakhir yang menjadi penyebab EN mengalami prokrastinasi adalah susahnya ketemu dengan dosen pembimbing. EN mengatakan bahwa dirinya sering menunggu dosen, namun saat ketemu dosen tidak mau mengoreksi. Berikut penuturannya. “Ya, kalau dosen tu kadang tu yo mas yo, kadaang…udah ditunggu , mbasan udah ketemu tapi nggak ditemuin tu lho. Kan nanti apa, kesannya jadi tambah males. Udah males, ketemu dosen kayak gitu jadi tambah males.”12 April 2016. Dalam wawancara pada 9 Mei 2016 menguatkan bahwa EN memang sulit untuk bertemu dengan dosen pembimbig, dan ini menjadi salah satu penyebab utama tertundanya penyelesaian skripsi miliknya. “Yaa banyak hal, pak, kaya’ bermain, terus faktor itu pak, dosen.. terus..banyak lah pak”9 Mei 2016. Pengakuan-pengakuan EN tentang susahnya bertemu dengan dosen sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat ditemui didepan ruang Prodi. Dari pagi sampai sore EN sering menunggu dan hasilnya memang belum bertemu dengan dosen dan EN sudah keburu ingin pulang. Menurut EN, dosen sulit untuk ditemui dan EN merasa bahwa pembimbing tidak menyegerakan untuk bertemu. Berikut pernyataannya. “Yaa dosennya tu kaya’ nggak itu pak, kaya’ nggak istilahnya tu nggak menyegerakan, maksudnya sulit ketemu dosen.”9 Mei 2016. 75 Berdasarkan data diatas diketahui bahwa penyebab EN mengalami prokrastinasi adalah adanya sikap meremehkan terhadap TAS, perasaan malas, belum menguasai penelitian yang akan dilakukan, banyak bermain, dan sulit bertemu dosen. 4 Subjek IR Ada beberapa penyebab yang dirasakan oleh IR dalam mengerjakan skripsi. Salah satunya IR mengakui kecanduan game online. Berikut penuturannya. “Nggak ngapa-ngapain, biasanya yaitu tergoda sama temen. Temen-temen saya pada main game online di kost. Glundang- glundung itu mas.”12 April 2016. Pada tanggal 9 Mei 2016 IR kembali menegaskan bahwa dirinya sering bermain game online hingga lupa waktu dan menjadi malas untuk mengerjakan TAS. “Game. Main game. Iya, main game mas” 9 Mei 2016. Saat mengatakan bermain game, IR tampak sangat semangat sekali. Bahkan IR lebih menguatkan penuturannya dengan menyebutkan game-game yang suka dimainkannya setiap hari. “Kalau pas jaman itu, ngolah, susah mas buat belajar, buat apa, ngerjain skripsi tu malas. Lupa sampe nggak pernah tak pegang tu lho skripsiya. Jadi cuma maen game, DOTA, COC, ya itu WAR .”9 Mei 2016. Alasan IR bermain game adalah dikarenakan malas untuk mengerjakan skripsi dan berusaha meninggalkan tugas yang dianggapnya susah. 76 “Kalau pas jaman itu, ngolah, susah mas buat belajar, buat apa, ngerjain skripsi tu malas. Lupa sampe nggak pernah tak pegang tu lho skripsiya. Jadi cuma maen game, DOTA, COC, ya itu WAR .”9 Mei 2016. Pengakuan IR tentang kecanduan game online juga sering diamati peneliti saat bertemu dikampus, dikantin, dan di kost. IR juga mengaku bahwa dirinya selain malas adalah menyepelekan tugas skripsinya hingga lupa dan akhirnya tertunda. Berikut ini penuturannya. Hmmm…opo yo..yaa menunda-nunda itu mas. Nganggepnya sepele tu lho. Ah, gampang, besok dikerjain selesai. Sehari juga selesai, kadang gitu. Sehari selesai-sehari selesai malah lama-lama nggak dikerjain. Sampai lupa itu lho.. Nggarap opo to wingi? 9 Mei 2016. Berdasarkan data-data diatas, diketahui bahwa penyebab yang dirasakan oleh IR adalah kecanduan game online, malas, dan terlalu menyepelekan TAS. 5 Subjek DR Pada saat wawancara dengan DR, dirinya mengatakan ada beberapa penyebab yang membuat dirinya mengalami prokrastinasi, salah satunya adalah perasaan malas. Berikut ini penuturannya. “Males pas ngerjain skripsi.. Dulu pernah ngerasain itu pas, pas saya bingung sama itu lho, salah satu Bab skripsi saya. Nah itu saya males disitu, tapi ya itu, balik lagi.. kalau nggak dikerjain ya nggak bakal selesai- selesai.”24 Mei 2016. 77 Saat mengatakan jawaban diatas, DR terlihat serius. Alasan DR malas adalah adanya teori dan bab yang belum dia kuasai, sehingga mengganggu penyelesaian skripsinya dan menyebabkan prokrastinasi. “Sebenarnya pas kelamaan maju itu masih e…nyari teori, yang pertama nyari teori, trus ada juga materi dari teori itu yang kurang saya pahami, jadi ya itu yang agak mengganggu di awal-awal itu. Masih kurang mendalami juga penelitian saya itu nanti bakal kaya apa.”19 April 2016. Selain perasaan malas dan kesulitan teori, DR menuturkan bahwa dirinya merasa kurang memahami masing-masing bab, akibatnya DR merasa kurang perfect untuk bertemu dengan dosen. DR terlalu memikirkan benar atau salah pekerjaan yang sudah dikerjakannya, dan hal ini menyebabkan terlalu lama DR menunda untuk maju bertemu dengan dosen pembimbing. “Kalau dosen saya itu tipenya tipe yang nggak per Bab maju-per Bab maju, tapi Bapaknya tu minta tiga Bab sekalian jadi langsung proposal.. Nah disitu saya kendalanya disitu. Saya nggak bisa- nggak bisa bimbingan Bab satu, Bab dua sendiri, Bab tiga sendiri, kayak gitu, jadi saya tu malah lamanya mikir pekerjaan saya itu dah bener apa belum. Gitu lho Mas.. Jadi disitu lamanya.”24 Mei 2016. DR terlihat malu saat mengungkapkan bahwa dirinya merasa kurang perfect, dan terakhir, penyebab yang dirasakan oleh DR adalah lamanya membuat instrumen penelitian menyebabkan lama selesai skripsi. “Yang bikin lama itu, dibikin instrumennya, Mas. Kendalanya itu saya, saya susah bikin kata-kata tu lho mas.. Susah bikin kata-kata Mas untuk instrumennya. Jadi saya banyak dibantu dosen saya itu, dibagia n instrumennya itu.” 24 Mei 2016. 78 Berdasarkan data diatas, diketahui penyebab yang dirasakan oleh DR terkait lamanya penyelesaian skripsi, yaitu kurang menguasai teori, merasa kurang perfect, dan terlalu lama membuat instrumen penelitian. d. Akibat Prokrastinasi 1 Subjek SN Akibat yang dirasakan oleh SN terkait lamanya penyelesaian skripsi berdasarkan wawancara pada 24 April 2016 adalah merasa kecewa dan merasa kurang perfect. Berikut ini penuturannya. ”Yang saya rasakan atas mundurnya saya mengerjakan skripsi, pertama kali saya kecewa terus ya e kurang perfect juga, kemudian ya saya kecewa pada diri saya, kenapa nggak bisa cepat, trus pengen cepet-cepet selesai gitu lo. Pengen cepet-cepet banget selesai skripsi.” 24 April 2016. Saat mengungkapkan jawaban diatas, SN terlihat sedih dan gelisah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan diatas dapat diketahui bahwa SN mengalami perasaan kecewa dan merasa dirinya kurang perfect terhadap penyelesaian skripsi yang terlalu lama. 2 Subjek TO Akibat yang dirasakan oleh TO terkait mundurnya penyelesaian skripsi ada beberapa, salah satunya adalah perasaan bersalah dan sedih, berikut ini penuturannya. “Oh, ya, kalo rasa bersalah pasti ada, soalnya kan kuliah tu normalnya empat tahun, tapi saya udah empat tahun lebih kok belom selesai. Nah, itu kan kadang muncul rasa yo sedih , yo bersalah, yo piye meneh.”4 April 2016. 79 Saat mengungkapkan jawaban diatas, TO terlihat sedih namun pasrah. Perasaan bersalah dan sedih terkait lamanya skripsi yang dialami tertuju pada dua hal yaitu bersalah pada diri sendiri dan bersalah pada lembaga perguruan tinggi UNY. Subjek TO juga merasa khawatir terhadap grade pada Program Studinya. Berikut adalah penuturannya. “...Rasa bersalah pada lembaga terutama jurusan BK itu, eenggg..gini lho takutnya itu kaya’ memperburuk citra BK. Soalnya kan mereka bilang dari pihak BK-nya bilang itu kan banyak mahasiswa yang belum lulus tepat pada waktunya yaitu 4 tahun. Itu kan nanti gradenya bisa turun, atau gimana gitu lho.. nah itu yang sebetulnya….yooo rodo’ bersalah juga sih. Soalnya saya memperburuk citra BK.“4 April 2016. Pada wawancara yang dilakukan pada 22 Mei 2016 semakin mempertegas rasa sedih yang dialami TO. Berikut adalah penuturannya. “...Yang jadi masalah tu sebenarnya eee lingkungan sekitar itu. Kan banyak, kan, kalau ketemu orang njuk tanya, ‘skripsi sampai mana? dah lulus belum? semester berapa sekarang?’ . Nah, itu, disitu kadang ada rasa sedihnya. “22 Mei 2016. Dari data diatas maka diketahui bahwa akibat yang dirasakan oleh TO adalah merasa bersalah, sedih, dan khawatir. Hal ini juga sesuai dengan pengamatan langsung yang dilakukan saat wawancara terhadap ekspresi TO saat menjawab pertanyaan. Saat menjawab pertanyaan raut wajah TO memperlihatkan raut sedih dan bersalah. 3 Subjek EN Akibat yang dirasakan oleh subjek EN terkait lamanya penyelesaian skripsi berdasarkan wawancara adalah adanya perasaan cemas dan panik. Alasan EN merasa cemas dan panik adalah keterlambatannya utuk selesai skripsi dan tidak ada teman yang tinggal bersama dirinya. Berikut adalah penuturannya saat wawancara. 80 “Pertama tu cemas tu loo mas, panik. Temen-temen kok udah selesai, udah banyak yang selesai tu lo, tapi aku masih tetep stay disini. Kadang- kadang panik sendiri mas, bingung tu lo.”12 April 2016. EN kembali mempertegas tentang kecemasan dan kepanikannya pada wawancara tanggal 9 Mei 2016. Selain panik dan cemas, EN juga menyesali karena tidak segera menyelesaikannya dengan cepat. “Yang pertama itu pak, waktu, waktu kan jadi lama tu lho pak. Yang ked ua timbul kaya’ kecemasan-kepanikan, terus yang terakhir itu jadi nyesel lho pak kalau kenapa nggak kayak gini, kaya’ sekarang dari dulu-dulu. Yaa sekarang kan ngerjain pak, kenapa nggak dari dulu- dulu ngerjainnya gitu lho.”9 Mei 2016. Selain hasil wawancara diatas, peneliti juga mengamati bahwa EN terlihat cemas saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Akibat lain yang dirasakan oleh EN selain cemas, panik, dan menyesal adalah merasa mengecewakan orang tua yang sudah membiayai kuliah, namun tidak bisa selesai tepat waktu. “Yaa gimana ya pak, kaya’ mengecewakan tu lho, Orangtua mengingatkan saja, tapi nggak dukung atau nggak menekan.” 9 Mei 2016. Jadi berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa EN merasakan beberapa akibat yang timbul dari lamanya penyelesaian skripsi, yaitu perasaan cemas, panik, menyesal, dan merasa mengecewakan orang tua. 4 Subjek IR Akibat yang dirasakan oleh subjek IR terkait lamanya penyelesaian skripsi berdasarkan wawancara adalah adanya perasaan tertekan dari 81 dalam diri sendiri, hingga saat ingin tidur pun susah karena terganggu oleh pikiran tentang skripsi yang tak kunjung selesai, namun setiap ingin mengerjakan pun IR merasa malas dan akhirnya tidak selesai-selesai. “Ya kadang kayak susah tidur gitu, kalau enggak pas tidur itu keinget skripsi belum selesai tu langsung deg-degan gitu. Rasanya ada tekanan tersendiri tu lho, tapi pas mau ngerjain tu aras-arasen gitu lho, pas udah megang pas udah buka laptop haa tiduran bentar nanti lama-lama lupa, laptopnya dimatiin lagi, gitu-gitu terus tiap hari, dan sampai hari ini masih seperti itu. Selain itu ada tekanan dari orang tua sama temen-temen, sebenernya temen-temen tu penginnya tu kita lulus bareng itu lho bulan Februari 2016, nah temen saya tu ngepres terus itu lho, tapi ya itu gara-gara libur bulan kemaren malah bablas semua.”12 April 2016. Saat mengungkapkan jawaban diatas, IR terlihat gelisah. Selain tekanan yang dirasakan oleh IR, IR juga merasakan akibat lain yaitu perasaan menyesal. Perasaan menyesal yang dirasakan oleh IR karena dirinya iri melihat teman-temannya sudah ujian, rasanya menyesakkan di dada. Berikut penuturannya. “Ya nyesel mas, ngeliat temen-temen dah pada sidang, dah pada wisuda, itu nyesel rasanya, nyesek gitu. Nyeselnya ya kayak nggak ada temennya lagi tu lho mas. Yo walaupun ini masih ngumpul- ngumpul tapi kan kalau udah statusnya beda kan beda mas buat bahan ejekan tu lho. Biasane …”9 Mei 2016. Disamping perasaan tertekan, menyesal, dan sesak, IR juga merasa malu karena tinggal dengan adik angkatan yang lebih muda. “Yaa mau nggak mau harus Mei mas. Dah nggak ada waktu lagi lah. Temen-temennya udah pada habis, jadi malu tu rasanya, tinggal adek kelas gitu.”9 Mei 2016. Berdasarkan data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa akibat- akibat yang dirasakan oleh IR terkait prokrastinasi terhadap TAS meliputi 82 perasaan tertekan, perasaan menyesakkan, perasaan menyesal, dan perasaan malu terhadap adik angkatan yang sudah mulai menyusul. 5 Subjek DR Akibat yang dirasakan oleh subjek DR terkait lamanya penyelesaian skripsi berdasarkan wawancara adalah adanya perasaan takut. Takut yang dirasakan oleh DR adalah ketika DR berhadapan dengan dosen pembimbing karena DR termasuk prokrastinator. Berikut ini penuturannya jika bertemu dosen dan tidak bisa menjawab pertanyaan. “Jadi misalnya saya pas bimbingan ditanyain nggak bisa jawab kek gitu, suaranya yaa keras gitu. Jadi pas awal-awal itu ada sedikit rasa takut kayak gitu. Sedikit rasa takut sih jelas, tapi semakin kesini-semakin kesini merasakan perasaan kayak gitu dah nggak ada, dah biasa.”19 April 2016. Pada lain kesempatan peneliti mengamati DR saat ingin bertemu dengan dosen pembimbing, DR merasa bimbang antara mau bimbingan dan tidak, namun sering berakhir dengan bimbingan. Selain rasa takut, DR mengaku bahwa ada perasaan beban saat penyelesaian skripsi tidak tepat pada waktunya. Beban yang dirasakannya adalah beban bagi diri sendiri dan beban terhadap orang tua yang sudah membayar biaya kuliah, selain itu juga beban karena sudah mulai disusul oleh adik kelas. “Iya, iya Mas.. Kalau mundur ngerjain skripsi jelas itu yang pertama itu ada beban, bebannya tambah-bebannya tambah.. Harusnya kok, harusnya semester ini selesai kok belum selesai, gitu. Kan nggak cuma beban saya, beban orangtua juga, dibiaya, gitu Mas.. Kan itu yo eee.. itu, dari adik angkatan itu udah mulai menyusul, gitu. “24 Mei 2016. 83 DR kembali menegaskan bahwa kemunduran dalam mengerjakan skripsi menjadi beban bagi dirinya sendiri. “Ya itu tadi, kalau skripsi mundur saya mikirnya malah jadi namba h beban buat saya sendiri tu lho Mas.” 24 Mei 2016. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa DR mengalami perasaan takut dan beban bagi dirinya sendiri akibat dari penyelesaian skripsi yang terlalu lama. e. Coping 1 Subjek SN SN mengaku bahwa keluarga sangat mendukungnya, terutama orang tua dan adikya, namun karena berada jauh dari orang tua menyebabkan keluarga tidak bisa mengontrol SN dalam proses penyelesaian skripsi. Pihak keluarga menuntut SN untuk cepat selesai. “...karena dari orangtua, kakak, dan adik itu dituntut untuk cepet selesai. Sering ditanyakan skripsinya sampai mana- sampai mana itu...”24 April 2016. Hal ini diperkuat saat peneliti bermain ke asrama SN, suatu hari SN sedang di telpon orangtuanya dan SN kelihatan gelisah serta takut. Hal ini juga dipertegas oleh SN saat wawancara pada tanggal 24 Mei 2016 bahwa pihak keluarga menuntut agar SN segera menyelesaikan skripsi. Berikut penuturannya. “Kalau dukungan dari orang tua itu sangat sangat mendukung untuk cepat menyelesaikan dan selalu di tanya itu juga membuat saya bingung gitu kan, mau gimana gitu kan, adik juga seperti itu sama…”24 Mei 2016. 84 Saat SN mengungkapkan jawaban diatas, SN terlihat sedikit panic dan kebingungan. Di samping dukungan dari keluarga, SN mengatakan bahwa dukungan dari dosen pembimbing skripsi juga ada namun sangat sedikit. SN merasa motivasi yang diberikan oleh pembimbing hanya sedikit. “Kalau dukungan dari dosen sendiri untuk saat ini masih sedikit, walaupun ada saya merasa sedikit, motivasinya masih sedikit .” 24 April 2016. Jawaban SN diatas sesuai dengan pengamatan yang dilakukan peneliti. Peneliti tidak pernah lagi melihat SN berada di kampus khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan, artinya intensitas untuk bertemu dosen pun jarang. Wawancara pada 24 Mei 2016, motivasi yang diberikan oleh dosen masih dianggap sedikit, namun cukup untuk mengingatkan SN agar cepat menyelesaikan skripsinya. Berikut penuturannya. “…kalo dari dosen itu ya karena masih beberapa kali ketemu , masih dua kali kalo ndak salah ketemu sama dosennya ya dosennya nyuruh segera selesai seperti itu , hanya nyuruh…ya..cepet diselesaikan gitu…”24 Mei 2016. Penuturan diatas sesuai apa yang diperlihatkan SN kepada peneliti bahwa dirinya pernah memperlihatkan judul skripsi ke peneliti, namun masih enggan untuk konsultasi dengan dosen karena merasa belum perfect. Selain dukungan dari keluarga dan dosen, SN mengaku dirinya sudah menyiapkan target dan langkah-langkah untuk menyelesaikan skripsinya. Berikut pengakuannya. “Untuk mengerjakan skripsi agar cepat selesai langkah-langkah saya, saya harus terjun langsung mengerjakannya gitu, e pertama tadi fiksasi apa yang harus saya kerjakan, kemudian ya saya 85 mencari teori-teori yang bersangkutan dengan skripsi saya gitu, kemudian berkumpul sama teman-teman atau adik tingkat yang masih…teman-teman lama yang masih skripsi, bertanya-tanya adik-adik tingkat yang baru e e satu-satu bab sama saya mengerjakannya sama, jadi saya harus banyak berkumpul bersama mereka biar terdorong.” 24 April 2016. Berdasarkan data wawancara, diketahui bahwa dukungan dari keluarga terutama dari orang tua dan adiknya sangat tinggi bahkan menuntut SN untuk segera menyelesaikan skripsi, kemudian dukungan dari dosen juga ada meskipun SN menganggapnya hanya sedikit membantu, dan dari SN sendiri sudah menyiapkan langkah-langkah untuk segera menyelesaikan skripsinya meliputi fiksasi apa yang akan dikerjakan, mencari teori, berkumpul dengan adik angkatan maupun teman se angkatan yang masih mengerjakan skripsi dan banyak bertanya terhadap mereka. Namun pada kenyataannya sampai saat ini SN belum menemukan fiksasi permasalahan penelitian dan SN tidak pernah lagi terlihat di kampus. Dengan demikian SN termasuk ke dalam maladaptive coping. 2 Subjek TO Subjek TO mengakui bahwa dosen pembimbing skripsi sebenarnya sudah memberikan banyak kesempatan terhadapnya, bahkan beliau sangat terbuka untuk membantu TO menyelesaikan skripsi dengan cepat. Berikut penuturannya. “Kalau dari dosen, dulu waktu pas semester tujuh, semester delapan tu kan saya masih sering ketemu sama beliaunya, nah beliau itu sebenarnya orangnya itu terbuka, gitu lhoo kan beliau 86 tiap hari tu dipastikan ada lah.. minimal tiap hari tu ada dikampus. Jadi, beliau juga yang nyaranin, “Gimana kalau seminggu dua kali? Biar cepet selesai.” Dia juga sering ngomongnya kaya’ gitu, haa tapi akhir-akhir ini kan karna saya jarang ketemu sama beliau, jadi yoo jarang komunkasi, nggak ada komunikasi bahkan.”4 April 2016. Selain dari dosen, dirinya mengatakan bahwa TO sendiri pun sudah berusaha memotivasi diri dengan cara mengajak teman untuk mengerjakan bersama. Berikut penuturannya. “Eee..untuk memotivasi diri, biar cepet selesai gitu ya? Eeee… yaaa yang saya lakukan sh biasanya ngejak temen mas.”4 April 2016. Jawaban TO diatas sesuai pengamatan yang dilakukan peneliti, peneliti setiap berpapasan dengan TO atau bertemu dikampus, TO selalu bersama dengan teman-temannya. TO jarang sendirian saat berada dikampus. Berikut ini TO menegaskan kembali untuk memotivasi adalah dengan mengajak teman mengerjakan bersama. “Hooh, ngajak temen. Ngerjain bareng atau pergi ke perpus bareng, tanya-tanya gimana yang bab ini-ini-ini, caranya gimana, tu biar cepet. Biar sama-sama cepet selesai sih mas. Kan masuk bareng, keluar bareng kalo’ bisa.”4 April 2016. Selain mengajak teman, TO juga membuat jadwal baru atau rencana. Berikut penuturannya. “...Saya merencanakan target baru. Cuman sebulan harus selesai ini, seminggu harus selesai ini. Tapi yang sering-sering terjadi tu, kadang meleset e mas, targetnya tu.”4 April 2016. TO semangat saat mengungkapkan jawaban tersebut diatas. Subjek TO menegaskan kembali pernyataan diatas pada tanggal 22 Mei 2016 87 bahwa dia membuat target-target baru dan harus fokus. Berikut penuturannya. “Oh ya harus fokus, Mas. Jadi kan, kalau kemarin itu kan, sering nggak fokus ngerjainnya, disambi-sambi, nah untuk kedepannya, rencananya sih mau bener-bener difokuskan terus, jadi ayo siap nggak siap harus siap ngerjainnya, gitu.”22 Mei 2016. TO semangat saat mengungkapkan jawaban diatas. Selain dukungan dari dosen dan motivasi dari diri sendiri, TO juga memperoleh motivasi dari orang tuanya terkait penyelesaian skripsi dengan sering menanyakan dan menyuruhnya untuk segera selesai. Berikut penuturannya. “...karena orangtua saya kan nggak terlalu tahu ya gimana jalannya proses skripsi itu. Jadi mereka cuman ngasih semangatnya, mbok ndang gek dirampungke. Buruan diselesaikan.. Gitu aja sih ..”22 Mei 2016. Saat peneliti bermain dirumah TO, peneliti sering melihat bahwa orangtua sering menyuruhnya agar cepat selesai. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dukungan dari dosen sangat baik, dari orang tua juga sudah mengingatkan untuk segera diselesaikan. Selain dari dosen dan dari orang tua, TO sendiri mengaku menyiapkan target-target baru dan harus memulai fokus terhadap skripsinya. Meskipun kemajuannya sedikit, TO mengalami adaptive coping. 3 Subjek EN Subjek EN mengakui bahwa orangtuanya sering menanyakan kemajuan skripsinya, menurutnya hal tersebut menjadi beban, namun 88 dengan demikian ortunya sudah membantu dan bukan untuk menekan. Berikut penuturannya. “Kalau orang tua tu sebenernya gak nekan mas, cuman tanya gimana skripsinya, tanya piye skripsine, mah jadi tekanan tu lho mas. Tapi ketoke dia tu nggak mengharuskan mas. Tapi saya aja yang ngerasa malah jadi panik, ngerasa nggak enak sama orang tua.”12 April 2016. Saat mengungkapkan jawaban diatas, EN terlihat sedikit panik dan takut. Ditegaskan kembali oleh EN pada wawancara tanggal 9 Mei 2016 bahwa orang tuanya masih mengingatkan, namun tidak menekan. Meskipun EN merasa bahwa orang tua tidak mendukung, namun dengan mengingatkan dan sering menanyakannya artinya orang tua sudah memberikan dukungan tanpa disadari oleh EN. “...Orangtua mengingatkan saja, tapi nggak dukung atau nggak menekan.”9 Mei 2016. Selain dukungan dari orang tua, dosen pun ikut memberikan semangat kepada EN. Berikkut pengakuannya. “Kalau dosen pembimbing saya kan dua mas, ya gimana ya mas, kadang yang satu ngasih semangat tapi yang satu ngasih semangat juga tapi pas ditemuin nggak bisa, malah jadi gimana tu lho mas.”12 April 2016. EN terlihat sedikit kecewa saat mengungkapkan jawaban diatas. Meskipun menurut EN dosen hanya memberikan sedikit semangat, tidak bisa dipungkiri bahwa peran dosen sebagai pembimbing sudah berusaha memberikan dorongan semangat yag baik. Berikut penegasan EN pada wawancara 9 Mei 2016. “Yaa sebenernya sih membantu pak, tapi sedikit. Tapi yaa gimana pak ya, ya dosen kan kayak gitu lah pak. Intinya itu membantu sih 89 membantu tapi yaa, ya kayak gitu lah pak. Yaa kayak itu pak, ya seperti tadi pak, bimbingan agak susah, terus njelasin tapi nggak jelas tu lho pak.”9 Mei 2016. Selain dari orang tua dan dosen, EN juga mengaku mendapatkan semangat dari teman-temannya, bahkan membantu dalam mengerjakan skripsi milik EN. Berikut ini pengakuannya. “Temen-temen saya membantu pak, membantu sekali pak, membantu mengerjakan, terus membantu mengingatkan, banyak kok pak.”9 Mei 2016. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan, peneliti sering melihat skripsi EN dikerjakan oleh teman-temannya saat berada di kost. EN mengaku dari dirinya sendiri pun juga memiliki langkah-langkah untuk segera menyelesaikan skripsinya. EN berencana membuat jadwal, menata niat, dan segera mengerjakan agar cepat selesai. “Yaa, mungkin ya itu pak, membuat jadwal, tapi yaa jadwal tu yaa nggak terlalu efektif pak. Cuman jadwal cuman tinggal jadwal, kalo nggak ada niat juga nggak bisa pak. Intinya tu niat pak. Kalau saya sendiri tu cenderung ke itu pak, gimana ya pak yaa, liat temen-temen udah lulus, terus orangtua kayak gitu, kan timbul kayak cemas, tapi cemasnya tu yaa ada positifnya ada negatifnya pak. Positifnya tu jadi buru-buru ngerjain, negatifnya jadi nggak tenang, tu lho pak.”9 Mei 2016. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa EN mendapat dukungan dari orang tua yaitu berupa peringatan, dosen juga memberikan semangat kepadanya, kemudian teman dekatnya juga selalu memberikan semangat bahkan membantu dalam mengerjakan skripsi, serta dirinya sendiri berencana membuat jadwal, menata niat, dan segera mengerjakan agar cepat selesai. Dalam hal ini EN mengalami adaptive coping. 90 4 Subjek IR IR mengakui selama mengerjakan skripsi mendapatkan dorongan dari banyak pihak, salah satu yang paling utama yaitu orang tuanya. Orang tuanya selalu mendoakan, menanyakan kemajuan skripsi, dan menuntut untuk harus segera selesai. Berikut ini pengakuannya. “Orang tua selalu mendoakan agar cepet selesai, kalo pulang selalu ditanyain kapan selesai biar gentian dengan adiknya, gitu. Orang tua menuntut, pokoknya harus selesai gitu, dikejar daripada nganggur- nganggur gitu.”12 April 2016. Selain dari orang tua, dosen juga selalu menanyakan kabar IR dan kemajuan skripsinya, serta selalu memberikan semangat agar segera diselesaikan. “Kadang kalo ketemu sih ditanyain ‘lama gak nongol mas, udah sampe mana ini?’ ya dosennya menyemangati gitu lho sampek bilang ke temen saya itu ‘mbok itu mas itu di semangati biar cepet selesai’ bilang ke temen saya gitu. .”12 April 2016. Hal ini diperkuat oleh pengakuannya saat wawancara pada 9 Mei 2016 bahwa dukungan dari dosen sangatlah banyak. “Dosen ya udah lebih-lebih lah memberi semangatnya. Kemarin bilang, ‘Ayo mas, Mei bentar lagi..’. Suruh ngejar Mei, mau nggak mau terakhir kan buat angkatan 2011,” 9 Mei 2016. Selain dorongan dari orang tua dan dosen, IR mengaku dirinya mendapat semangat dari teman-temannya, bahkan sering diantar untuk bimbingan dengan dosen dan membantu mengerjakan. “Iya membantu bisa, membantu juga sering, terus dianter tu lho kalau mau bimbingan. Ya digituin biar, biar kamu cepet selesai, ayo-ayo tak kancani ayo, gitu. Malem biasanya mbantuin ngerjain. Kalau siang kadang ngerjain tapi nggak terlalu ini, biasanya kalau 91 ndadak kayak gitu lho, malem ngerjain dari pagi sampai malem itu lho. “9 Mei 2016. Pengakuan IR diatas juga sesuai dengan pengamatan, peneliti sering melihat IR dikelilingi oleh teman-temannya saat ingin bimbingan dengan dosen pembimbing. IR mengaku bahwa dirinya juga merencanakan untuk tidak menunda lagi. “Ya mulai gak menunda-nunda lagi , bulan Mei dah deket kan mau nggak mau saya harus menyelesaikannya, kalau misal Februari- Maret gak bisa ujian kan tinggal bab 4-5 tinggal finishing .” 12 April 2016. Berdasarkan data yang diperoleh diatas diketahui bahwa IR mendapatkan dorongan dari banyak pihak yaitu orang tua, dosen, teman- temannya, dan dari dirinya sendiri. Orang tuanya selalu mendoakan, menanyakan kemajuan skripsi, dan menuntut untuk harus segera selesai, dosen sering menanyakan kemajuan skripsi dan menyemangati untuk bimbingan dan segera selesai. Teman-temannya membantu mengerjakan dan sering menemani untuk bertemu dengan dosen, dan motivasi dari dirinya sendiri adalah untuk segera menyelesaikan dan mulai tidak menunda-nunda lagi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa IR mengalami adaptive coping. 5 Subjek DR DR mengakui selama mengerjakan skripsi mendapatkan dorongan dari banyak pihak, salah satu yang paling utama yaitu orang tuanya. Orang 92 tuanya menyuruh sebisa mungkin dikerjakan, namun tidak menuntut untuk cepat selesai. Berikut pengakuannya. “Kalau orang tua sendiri itu, itu yaa skripsi saya beliau nggak terlalu membebankan agar anaknya itu cepet lulus mas. Jadi ya sebisa mungkin dikerjakan, tapi nggak nuntut agar cepet-cepet selesai.”19 April 2016. DR menegaskan kembali bahwa orang tua menjadi motivator bagi dirinya agar lancar dalam mengerjakan skripsi. “…Ya jadi yang dari orang tua tu jadi motivasi agar cepat lancar aja.” 19 April 2016. Saat ditemui dirumahnya, DR pernah di nasehati orangtuanya untuk segera selesai. Selain dari oranng tua, DR mengakui bahwa dosennya juga memberikan dorongan kepadanya, awalnya DR merasa takut dengan ketegasan dosen pembimbingnya, namun seiring berjalannya waktu DR memahami arti ketegasan dosen pembimbingnya adalah untuk membimbing DR. “Kalau dosen saya, ee..itu sejauh ini sangat membantu saya, memang di awal itu saya agak punya ketakutan pribadi karena agak tegas suaranya dan agak keras gitu, tapi makin kesini saya makin paham bahwa ketegasan itu adalah untuk membimbing saya.” 19 April 2016. DR menjelaskan pada wawancara tanggal 24 Mei 2016 tentang bagaimana dosennya memberikan bimbingan terhadap dirinya agar cepat menyelesaikan skripsinya. “Kalau dosen saya sih eee gini, seringnya hari itu bimbingan, hari itu ditunjukkan mana yang benar mana yang salah, nah yang salah itu kalau bisa segera setelah bimbingan itu segera dibenerin tu lho Mas. Jadi, besok pagi kalau mau bimbingan pun, nggak papa. Dosen saya enaknya disitu. Setiap hari bisa ditemui.”24 Mei 2016. 93 Selain dorongan dari orang tua dan dosen, DR mengaku dirinya juga berusaha memotivasi dirinya agar cepat selesai dengan memperbanyak intensitas bimbingan dengan dosen. “Ya itu tadi eee saya kan udah nggak ada kerjaan juga dirumah, udah nggak ada kuliah, jadi saya banyak-banyakin bimbingan tadi, itu Mas. Seminggu tu minimal dua kali. Kalau bisa tiga kali-empat kali ya nggak papa, kayak itu.” 24 Mei 2016. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa DR mendapatkan dorongan dari orang tua, dosen, serta motivasi dari dirinya sendiri untuk segera menyelesaikan skripsinya. Orang tuanya menyuruh sebisa mungkin dikerjakan, namun tidak menuntut untuk cepat selesai. Dosen pembimbing selalu memberitahu agar setelah bimbingan dan tahu kesalahannya segera dibenarkan dan segera bimbingan lagi kalau sudah dibenarkan, sedangkan dirinya memotivasi diri sendiri agar cepat selesai dengan memperbanyak intensitas bimbingan dengan dosen. Dalam penelitian ini DR mengalami adaptive coping. 7. Display Data Dinamika Psikologis Mahasiswa BK UNY yang Mengalami Prokrastinasi terhadap TAS Dari hasil data yang telah direduksi diatas, data-data tersebut secara rinci dituliskan dalam data display berikut ini : 94 Subjek I SN Subjek II TO Subjek III EN Subjek IV IR Subjek V DR 1. Jenis Prokrastinasi Avoidance procrastinatio n. Functional procrastinatio n. Decisional procrastinatio n. Avoidance procrastinatio n. Functional procrastinati on. 2. Proses Pengerjaan TAS Pengajuan judul asal- asalan, kesulitan mencari teori, dan sampai saat ini SN masih mencari judul. Mengerjakan skripsi semester tujuh, kurang teori, dan TO sampai saat ini berhenti di bab 2. Mengerjakan skripsi sejak 2014, belum menguasai jenis penelitian, skripsi jalan di tahun 2015, kesulitan dengan judul, dan April 2016 EN masih bab 3. Mengerjakan skripsi sejak Januari 2015, kecanduan game online, malas, dan pada April 2016 IR masih mengerjakan bab 4. Dari awal semester 8 sudah mengerjakan , Bertemu dengan dosen seminggu 2 kali, dan April 2016 DR sampai bab 5. 3. Penyebab Prokrastinasi 95 Malas, kurangnya dorongan dari lingkungan, kesulitan terhadap judul, sulit mengambil data, kurang sinkronnya teori yang diambil, dan SN memiliki sebuah usaha. Sulit mencari teori dan referensi, aktivitas privat les, sering main, malas, merasa kurang perfect, putusnya komunikasi dengan dosen, tidak adanya teman, dan gangguan internet. Meremehkan TAS, malas, belum menguasai jenis penelitian, banyak bermain, dan sulit bertemu dosen. Kecanduan game online, malas, dan terlalu menyepeleka n TAS. Kurang menguasai teori, merasa kurang perfect, dan terlalu lama membuat instrumen penelitian. 4. Akibat Prokrastinasi Kecewa, merasa kukrang perfect. Merasa bersalah, sedih, dan khawatir. Perasaan cemas, panik, menyesal, dan merasa mengecewak an orang tua. Perasaan tertekan, menyesakkan, menyesal, dan malu. Perasaan takut dan beban. 5. Coping Maladaptive coping. Adaptive coping. Adaptive coping. Adaptive coping. Adaptive coping. 96

B. Pembahasan