Latar Belakang Masalah Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk (Studi Etnografi Petani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan petani jeruk mengenai hama dan penyakit tanaman jeruk yang ada di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Desa Sukanalu adalah salah satu desa penghasil jeruk dan Kecamatan Barus Jahe merupakan kecamatan terbesar penghasil jeruk di Kabupaten Karo 1 . Jenis jeruk yang dibudidayakan di Desa Sukanalu beragam, yaitu jenis jeruk wahsington Citrus maxima , jeruk gunting Citrus deliciosa, jeruk bunga Citrus lemon, jeruk kuku harimau 2 , jeruk purut Citrus hystrix, jeruk nipis Citrus aurantifolia dan jeruk siam madu Citrus sinensis 3 Jenis jeruk siam madu menjadi primadona, karena permintaan pasar yang besar dan dipasarkan hingga ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia . 4 1 Data Kabupaten Karo,”karokab”http:www.karokab.go.idiakses 11 Februari 2011 2 Salah satu jenis jeruk yang dibudidayakan di Desa Sukanalu, namun nama secara ilmiah tidak ada, sehingga nama jeruk yang dilampirkan sesuai dengan nama jeruk yang ada di Desa Sukanalu nama lokal. 3 Adinata, “Nama Latin Tanaman Hortikultura” http:id.answers.yahoo.comquestionindex?qid=20090828065324AAJVRBbakses 16 april 2011 4 “Hasil jeruk yang di espor http:www.litbang.deptan.go.idspecialpublikasidoc_hortikulturajerukjeruk-bagian-b.pdfakses 16 April 2011 . Selain Universitas Sumatera Utara itu, jenis jeruk siam madu juga memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya yang dibudidayakan di Desa Sukanalu 5 Saat ini, jeruk siam madu menjadi tanaman yang dominan di Sukanalu. Selain dikarenakan jeruk siam madu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, jeruk ini juga cocok dengan kondisi iklim – topografi, ketinggian, dan cuaca. Sehingga hampir 70 lahan pertanian dipergunakan untuk membudidayakan tanaman jeruk siam madu Ingan Sitepu, wawancara, April 2012 . Jeruk siam madu mulai dibudidayakan di Desa Sukanalu pada tahun 1980an Kepala Desa sukanalu, wawancara, 11 april 2012. Jeruk siam madu ini dibudidayakan di Desa Sukanalu diawali dari melihat keberhasilan desa lain seperti Desa Ajijahe, Ajijulu dan Seberaya yang terlebih dahulu menanam jeruk siam madu dan berhasil membudidayakannya. Sehingga masyarakat desa yang telah berhasil membudidayakan jeruk berbagi pengalaman mengenai keberhasilannya dalam menanam jeruk dengan kerabatnya yang ada di Desa Sukanalu. Melalui pertemuan di pesta adat dan kerja tahun berbagai pengalaman itu pada umumnya berlangsung. Sehingga masyarakat Sukanalu mulai membudidayakan jeruk siam madu di ladang pertaniannya sampai dengan sekarang. 6 Sejak petani Sukanalu membudidayakan jeruk, banyak masalah yang dihadapi petani. Mulai dari masalah langkanya pupuk, biaya perawatan jeruk yang tinggi, beredarnya pupuk palsu, harga jeruk yang tidak stabil dan mencapai puncaknya pada . 5 Harga jeruk siam madu pada tahun 2011 di Sukanalu mencapai 7000kg, sedangkan jeruk lain seperti jeruk wahsington, jeruk bunga, jeruk nipis hanya 4000kg. 6 Ingan Sitepu menjabat sebagi Kepala Desa Sukanalu 2010-2014. Universitas Sumatera Utara tahun 2011 adalah serangan hama dan penyakit jeruk yang begitu mengganas. Sebelumnya pada tahun 2002 misalnya, penyakit yang ditakuti oleh petani jeruk Sukanalu adalah penyakit buah gopong. Penyakit ini mengakibatkan buah jeruk menjadi seperti buah jeruk purut menggrutu, sehingga tidak menarik dan tidak laku di pasaran. Sekarang ini, serangan penyakit buah gopong dapat diatasi oleh petani jeruk Desa Sukanalu dengan berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan pertaniannya. Saat ini, hama lalat buah menjadi masalah yang paling ditakuti oleh petani Desa Sukanalu. Hama lalat buah mengakibatkan buah jeruk berjatuhan pada saat buah mulai menguning. Hama lalat buah mulai mengganas sejak tahun 2011 di Desa Sukanalu. Berdasarkan informasi yang didapat ketika observasi pendahuluan, petani menjelaskan bahwa 9 dari 10 petani jeruk Desa Sukanalu mengalami gagal panen akibat serangan hama lalat buah. Hama lalat buah tidak lagi dapat dikontrol dengan pestisida yang selama ini dianggap “ampuh” oleh petani untuk membasmi hama lalat buah, bahkan lalat buah sekarang ini seperti kebal resisten terhadap segala macam bentuk pestisida yang dipakai petani jeruk. Sekitar tahun 1980 - 2006 serangan hama lalat buah ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena hama lalat buah hanya menyerang pada saat buah jeruk sedikit tidak musim. Musim jeruk biasanya berlangsung pada bulan Juni sampai Juli dan Desember sampai Januari 7 7 Jeruk musim dua kali dalam satu tahun di Desa Sukanalu. , di bulan bulan ini biasanya jeruk di Desa Sukanalu tidak diserang oleh hama lalat buah. Pola musim jeruk tersebut dapat berubah akibat Universitas Sumatera Utara penundaan penjualan jeruk dan perubahan iklim, sehingga musim jeruk akan berganti ke bulan lain. Akan tetapi, sekitar tahun 2006 sampai sekarang, serangan hama lalat buah terus meningkat dan sangat meresahkan para petani. Karena serangan lalat buah menurunkan hasil panen petani jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, hingga 60 persen KOMPAS.com, akses 15 Juni 2011. Petani mendesak agar pemerintah membantu mereka mengatasi serangan hama lalat buah. Serengan hama lalat buah semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir. Lalat menyuntik telurnya ke dalam buah jeruk, sehingga jeruk membusuk dan menjadi tempat perkembangbiakan lalat buah.Bisa dibilang, 70 persen jeruk saya gagal panen karena serangan lalat buah, kata Usaha Barus 55, petani jeruk di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Rabu 7122011 8 Petani di Desa Sukanalu menjelaskan kepada penulis dengan perbandingan bahwa hanya 10 dari 1000 buah jeruk yang diserang oleh lalat buah atau sekitar 101000100=1 pada tahun 1980-2006 kondisi ini tidak mengkhawatirkan bagi petani jeruk Desa Sukanalu. Keadaan berbeda sejak 2011, karena hampir semua buah jeruk luluh lantah ke tanah akibat serangan hama lalat buah. Petani jeruk di Sukanalu menjelaskan bahwa, hama yang menyerang jeruk di Sukanalu sifatnya berpindah- pindah. Pada awalnya Desa Sukanalu belum diserang hama dengan tingkat keganasan seperti sekarang ini. Desa yang lebih dulu diserang adalah desa yang berbatasan dengan Desa Sukanalu yakni Desa Seberaya, Ajijahe, Ajijulu, dan Sukajulu. Pada . 8 Boyrans Gintings,”Serangan Hama Lalat Buah ; Ribuan Ton Jeruk asal Tanah Karo Gagal Panen” http:regional.kompas.comread2011120718272599Lalat.Buah.Turunkan.Hasil.Panen.Jeruk akses15 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara akhirnya, Desa Sukanalu juga terkontaminasi serangan hama lalat buah sehingga mengakibatkan petani jeruk yang ada di Sukanalu gagal panen. Hal ini juga senada dengan ungkapan Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara di dalam Analisa 2012, M Roemdi, bahwa puluhan hektar kebun jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara terserang hama dan penyakit sehingga menurunkan jumlah produksi buah jeruk ujar Roemdi: Ada dua jenis hama dan penyakit yang cukup mengganggu yaitu dua jenis hama yang menyerang kebun jeruk di Tanah Karo itu adalah hama lalat buah yang menyerang sekitar 60 hektar ha dari 100 ha lahan jeruk, atau sekitar 60 lahan jeruk yang diserang, hama penggerek buah yang menyerang sekitar 7 ha dari 100 ha, sekitar 7 lahan jeruk yang diserang, termasuk Kecamatan Merek, dan penyakit embun tepung yang mengenai 2 ha dari 100 ha 2 lahan jeruk yang diserang yang menyerang kebun jeruk masyarakat 9 Tidak hanya tingkat provinsi yang khawatir akan serangan hama ini, tingkat kementerian pertanian juga khawatir akan serangan hama ini yang tercermin dari tanggapan yang diberikan di media massa lokal Analisa, 2012 menjelaskan bahwa serangan hama kali ini tidak hanya menjadi masalah petani saja, pemerintah juga peduli akan keadaan ini. Dampak serangan hama lalat buah yang menyerang perkebunan jeruk di Kabupaten Karo tidak hanya merusak citra kualitas produksi jeruk itu sendiri, tapi juga mengganggu proses ekspor ke pasar luar negeri. Menteri . 9 “Serangan Hama Lalat Buah di Karo Jadi Perhatian Menteri Pertanian” Analisa” Sumut - Rabu, 18 Jan 2012 01:10 WIB halaman 5. Universitas Sumatera Utara Pertanian juga menaruh perhatian yang cukup besar terhadap persoalan hama lalat buah agar sesegera mungkin diselesaikan. Eksistensi jeruk Tanah Karo bukan hanya kepentingan bagi masyarakat Tanah Karo dan Sumatera Utara saja, tapi juga merupakan kebutuhan skala nasional. Jika jeruk Kabupaten Karo terserang lalat buah, bukan petani jeruk saja yang rugi atau kecewa, tapi pihak kementerian juga ‘panas dingin’. Tidak hanya hama lalat buah, berbagai jenis penyakit jeruk juga menyerang tanaman jeruk petani Sukanalu, namun sampai saat ini belum terlalu mengkhawatirkan, karena penyakit yang menyerang jeruk Desa Sukanalu hanya menyerang dengan jumlah sedikit. Salah satu jenis penyakit yang menyerang adalah batang imenen yang berbentuk serangan terhadap batang jeruk dan membuat batang jeruk bernanah sehingga jeruk akan mati. Serangan ini hanya sedikit 1 Joni sitepu, wawancara, 11 April 2012. Bagaimana sebenarnya konsep pengenalan petani akan hama dan penyakit dan bagaimana petani membedakannya? Menyikapi serangan hama dan penyakit jeruk tersebut, petani di Desa Sukanalu tidak hanya berdiam diri. Studi pendahuluan menunjukkan beberapa hal sudah dilakukan petani untuk mengendalikan hama dan penyakit jeruk, antara lain intensitas penyemprotan pestisida ditingkatkan, penggunaan perangkap lalat buah secara massal dan meningkatkan penggunaan dosis pestisida. Selain ke tiga tindakan tersebut, banyak hal-hal yang telah dilakukan oleh petani untuk membasmi hama dan penyakit, bagaimana sebenarnya petani dapat menyimpulkan setiap tindakan serta dari mana petani mengetahui cara-cara tersebut? Universitas Sumatera Utara Petani di Desa Sukanalu menjelaskan bahwa berbagai upaya penanggulangan ada yang berhasil dan ada yang gagal. Tetap ini menjadi bahan pembelajaran bagi petani jeruk yang ada di Desa Sukanalu, sehingga tetap berkreasi karena tidak pernah puas akan hasil yang di dapat karena hama dan penyakit tetap ada, sehingga setiap petani selalu mengembangkan pengetahuannya untuk mendapatkan hasil produksi jeruk yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut, banyak percobaan-percobaan dilakukan oleh petani. Percobaan-percobaan yang dilakukan tersebut akan menjadi sebuah pembelajaran yang diperoleh petani dalam membudidayakan tanaman jeruk sehingga menjadi sebuah pengetahuan bagi petani. Warren berpendapat bahwa petani memiliki pengetahuan sendiri seperti dikutip Sembiring 2002:2. Warren juga menjelaskan, pengetahuan lokal itudigunakan oleh masyarakat setempat untuk mencari nafkah di lingkungan tertentu. Konsep ini mencakup pengetahuan teknis lokal, pengetahuan lingkungan tradisional, pengetahuan pedesaan, dan pengetahuan petani lokal. Secara umum, pengetahuan tersebut berkembang di lingkungan setempat, sehingga secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Hal ini juga bersifat kreatif dan eksperimental, terus-menerus menggabungkan pengaruh dari luar dan inovasi dalam memenuhi kondisi baru Sembiring 2002:2. Sembiring 2002:1 10 10 Srialem Sembiring,”Dalam tulisan pengetahuan dan setrategi petani hortikultura:kompetisinya dalam peningkatan pendapatan petani dan setabilitas ekosistem ladang” tesis, medan, 2002:i juga menjelaskan bahwa pengetahuan lokal itu merupakan bahasan aktual yang menekankan pada kompleksitas pada pengetahuan Universitas Sumatera Utara lokal sebagai sebuah proses. Sembiring melanjutkan bahwa studi seperti ini berhubungan dengan pengetahuan petani yang diletakan dalam lingkup sistem sosial budaya dengan sistem ekologi dan dalam satu konteks yang memandang bahwa pengetahuan petani itu berkembang sehingga pengetahuan lokal itu tidak bisa dipandang rendah. Dari apa yang dijelaskan Sembiring 2002:1-5 bahwa petani kaya akan pengetahuan yang diperoleh dari petani pendahulu dan pengalaman, serta uji coba yang sering dilakukan oleh petani. Namun hal ini tidak dimanfatkan oleh pemerintah. Ini juga sesuai dengan pernyataan Hobart seperti dikutip Sembiring 2002:2 11 yang mengemukakan bahwa sering kali pengetahuan yang dimiliki oleh petani dengan mencoba dan mengetahui pengendalian hama diabaikan oleh pihak terkait pemerintah. Hobart menjelaskan bahwa dalam penerapan pengetahuan ilmiah oleh para ahli ataupun pembuat kebijakan yang ditujukan kepada petani sering kali terjadi diabaikannya pengetahuan lokal dan kemampuan potensi mereka petani untuk berkembang. Winaro dan Choesin seperti dikutip Sembiring 2002:2 menegaskan “tidak dapat disangkal bahwa berbagai proyek pembangunan masih dirancang secara ‘top down’ tanpa melibatkan partisipasi penduduk setempat, proyek-proyek pembangunan sering melibatkan asumsi bahwa pengetahuan ilmiah yang lebih superior atau lebih ‘benar’ dari pada pengetahuan lokal 12 11 Hobart,The Growth of Anorance:London: London Raulede,1993 Hal 1-30 12 Winaro dan Choesin,“Pengetahuan Lokal dan Pembangunan”. Jurnal Antropologi Indonesia, no 55 Th xii, 1998. halaman 2. . Universitas Sumatera Utara Peneliti berasumsi bahwa petani jeruk Desa Sukanalu juga memiliki cara tersendiri untuk mengelola tanaman jeruk mereka, mulai dari pemilihan bibit yang baik, mengolah tanah, mengendalikan hama dan cara merawat jeruk hal ini terlihat dari tindakan yang dilakukan oleh petani dalam membasi hama dan penyakit. Salah satu penelitian khusus tentang hama dan penyakit adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarto tentang petani padi. Winarto mengatakan bahwa petani memiliki konsep dan pengetahuan sendiri tentang padi yang sehat dan padi yang sakit, dan juga tentang hama dan penyakit serta penanggulangannya, Winarto juga menegaskan bahwa pengetahuan itu terus berkembang dan akan menuju pada peningkatan produksi Winarto 1998: 53-58. Demikian juga halnya petani jeruk di Desa Sukanalu, tentu memiliki pengetahuan tersendiri tentang hama dan penyakit jeruk. Hal inilah yang ingin dikaji dalam penelitian ini, bahwa bagaimana sebenarnya pengetahuan petani dalam pengendalian hama, penyakit tanaman jeruk dan apa saja variasi pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani jeruk di Desa Sukanalu.

1.2. Tinjauan Pustaka