Konsep Petani Tentang Hama

Penuturan salah satu petani di atas bahwa pinakit itu adalah yang diakibatkan oleh hewan akan tetapi sebutan pinakit berarti luas bagi petani jeruk Desa Sukanalu, di mana petani lain mengungkapkan Bapak Roni Sitepu 50 tahun, wawancara 23 Agustus 2012 pengalaman bertani 5 tahun mengungkapkan bahwa: “Gundari pinakit enda gokin reh arah hawa e, ekap erbansa rimo e ceda, janah adai go kena pinakit teren mate, bulungna e megersing banna,ence la galang galang rimo e, e hawa krina erbansa”. Artinya: Sekarang penyakit datang dari udara, udara yang mengakibatkan jeruk rusak, sehingga jika terkena penakit pasti mati, yang mengakibatkan daun kuning, dan batang jeruk tidak berkembang, ini disebabkan oleh udara. pen. Dari pengertian hawa di atas dapat dipahami bahwa hawa adalah penyebab jeruk sakit. Akan tetapi penyebab jeruk sakit tersebut tidak dapat dilihat oleh kasat mata, atau tidak bisa disebutkan oleh petani apa penyebabnya. Sehingga petani menyebutnya hawa cuaca yang tidak baik lagi. Dengan demikian, sangat jelas bahwa petani dapat membedakan hama dan penyakit jika di telusuri lebih dalam. Karena itulah, peneliti mengklasifikasikan hama dan penyakit di dalam masing- masing pembahasan yang terpisah sehingga dapat dilihat bagaimana pengetahuan petani Desa Sukanalu akan hama dan penyakit.

3.1. Konsep Petani Tentang Hama

Masing-masing petani di Desa Sukanalu memiliki konsep yang berbeda tentang hama. Konsep yang berbeda tersebut disebabkan karena pengetahuan dan pengalaman yang dialami petani selama bertani berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Beberapa petani Desa Suakanlu mengartikan bahwa hama Universitas Sumatera Utara merupakan semua binatang pengganggu yang dapat merusak tanaman jeruk yang penyebabnya dapat dilihat secara kasat mata dan hama juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman jeruk. Petani Desa Sukanalu memberi sebutan binatang untuk segala jenis hewan, baik yang berukuran kecil maupun berukuran besar. Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh binatangpengganggu hama tersebut dapat terjadi pada bagian daun, batang, dan buah. Hal tersebut sesuai dengan beberapa pendapat yang diungkapkan oleh informan. Bapak Mulia Sitepu 45 tahun, wawancara 5 juli 2012 memulai membudidayakan tanaman jeruk pada tahun 1997 mengunkapkan bahwa: “ Hama emkapkenBinatang si engkarati sierbansa rimo macik ras sakit jenari baci banna mate, janah hama biasana kabang salah sada contohna cit cit.Artinya: Hama adalah binatang yang menggigit serta mengakibatkan jeruk busuk dan sakit sehingga bisa mengakibatkan kematian, biasanya sifatnya terbang salah satu contohnya lalat buah pen. Pernyataan ini menyebutkan bahwa Bapak Mulia beranggapan hama dapat menimbulkan penyakit sehingga timbulnya penyakit disebabkan oleh hama. Akan tetapi Bapak Mulia melihat hama adalah binatang yang menyerang buah sehingga buah akan menjadi busuk. Petani menyebutkan bahwa hama dapat menyebabkan jeruk mati karena petani akan putus asa sehingga tidak merawat jeruk lagi sehingga petani mengurangi perawatan sehingga mengakibatkan jeruk mati, terlihat bahwa Universitas Sumatera Utara kematian jeruk bukan langsung akibat dari hama akan tetapi dampak yang dapat dihasilkan oleh hama dapat mengakibatkan jeruk mati. Bapak Anta Perangin-angin 55 tahun, wawancara, 10 Agustus 2012 yang mulai menanam jeruk pada tahun 1990 juga mengatakan :“ Hama emkapken rengit sikabang – kabang ras binatang sideban sierbanca rimo ceda” Artinya : serangga yang terbang dan binatang lain yang membuat jeruk rusakpen. Bapak Anta melihat bahwa hama tidak sekedar hama yang menyerang buah akan tetapi keseluruhan binatang pengganggu yang mengakibatkan jeruk rusak baik batang, daun, buah, dan akar dan sifat dari hama yang dilihat oleh bapak Anta adalah hama yang terbang tetapi tidakhanya yang mengakibatkan kerusakan bagian buah akan tetapi keseluruhan bagian jeruk yang dapat diserang hama. Bapak Reja Sitepu umur 40 tahun, wawancara, 23 Juli 2012. yang membudidayakan jeruk mulai pada tahun 2004 mengatakan: “ Hama emkapken krina binatang singganggui ras encedai rimo, biasana bagi cit-cit keong, ras kutu kutu. Artinya : hama adalah semua binatang yang merusak dan mengakibatkan jeruk rusak, biasanya seperti serangga penggigit, keong, dan kutu- kutupen. Reja Sitepu beranggapan bahwa semua binatang pengganggu jeruk disebut hama sehingga segala binatang yang mengganggu perkembangan jeruk baik perkembangan akar, batang, daun dan buah adalah hama. Sehingga terlihat jelas perbedaan pandangan petani Desa Sukanalu mengenai hama. Universitas Sumatera Utara Beberapa pendapat petani tersebut menunjukan bahwa semua binatang yang dapat merusak dan mengurangi hasil tanaman jeruk serta yang dapatmenyebabkan penyakit pada tanaman jeruk disebut dengan hama. Hama yangdimaksud petani yaitu semua binatang pengganggu tanaman jeruk yaitu binatang yang ukuran tubuhnya kecil seperti serangga sampai ukuran besar seperti keong, pada umumnya petani jeruk Desa Sukanalu menyebut hama jeruk kecil jika di banding dengan ukuran tanaman jeruk. Beberapa petani mengatakan bahwa yang termasuk hama adalah binatang- binatang kecil binatang sikitik-kitik yang binatang-binatang kecil yang berterbangan di sekitar tanaman jeruk seperti serangga dan binatang melata lainnya. Jenis binatang yang termasuk kategori hama menurut beberapa petani tersebut yaitu semua binatang yang mengganggu dan merusak jeruk adalah hama. Namun, dari beberapa penuturan petani bahwa hama itu hanya serangga yang merusak buah jeruk saja seperti menurut: Bapak Juai Tarigan umur 55 tahun, wawancara, 23 Agustus 2012 pengalaman bertani 15 tahun mengungkapkan bahwa: “ Hama emkapken cit cit si terbang-terbang si erbanca rimo macik, si engkarati rimo jenari ndabuh banna. Cit cit e nge hama ningen e, keribanna rimo ndabuh, lang adi sidebanna e lo masalah ban bulungna nge banna ceda me tetap nge kita nulak rimo, jadi labo merugiken. Artinya: Hama adalah binatang pegigit buah jeruk yang terbang yang membuat buah jeruk busuk. Yang menggigit jeruk sehingga jatuh, serangga inilah yang disebut hama, yang membuat jeruk habis berjatuhan, bintang penggigit lain yang merusak Universitas Sumatera Utara daun bukan menjadi masalah karena tidak mengurangi produksi jeruk. pen . Bapak Riau Sitepu umur 47 tahun, wawancara, 27 September 2012 mengatakan. “Hama emkapken sierbanca buah rimo ndabuh, jadi adi labanna buah rimo ndabuh e labo hama, hama si mehatuna emkapken cit cit e keri kel banna rimo ndabuh. Mbunuhsa pe mesera emaka kisat nge kita gundari er rimo.Artinya : Hama adalah yang membuat buah jeruk jatuh, jadi jika hewan yang tidak membuat jeruk jatuh bukan disebut hama, hama yang paling ganas adalah lalat buah, yang dapat membuat jeruk luluh lantah karena busuk. Dan sulit untuk diberantas sehingga membuat petani jeruk mengganti dengan tanaman yang lain. pen. Dari penuturan Bapak Juai dan Riau bahwa hama hanya yang membuat buah jeruk jatuh, sehingga diluar dari itu disebut binatang yang hidup di pokok jeruk dan bukan hewan pengganggu. Beberapa pendapat mengenai konsep hama pada tanaman jeruk yang diketahui oleh masyarakat Desa Sukanalu seperti menurut Bapak Seh Milala umur 55 tahun, wawancara 27 Oktober 2012 yang merupakan anak dari orang yang pertama kali menanam jeruk di Desa Sukanalu dan penjual pupuk dan pestisida di Desa Sukanalu. Menurut beliau hama adalah “ kerina binatang baik terbang ras gawang si erbanca rimo ceda baik bulungna,batangna ras buahna e ikataken hama.”Artinya : semua binatang baik terbang dan melata yang membuat jeruk rusak, baik bagian batang, daun dan buah adalah hama. pen. Universitas Sumatera Utara Inilah konsep petani Desa Sukanalu mengenai hama, ini bisa berbeda karena berbeda pengalaman dan informasi yang didapat selama menjadi petani. Pengetahuan ini akan terus berkembang untuk meningkatkan produksi jeruk dengan membasmi hama dan penyakit pada tanaman jeruk yang ada di Desa Sukanalu. Akan tetapi tidak sedikit petani lebih memilih mengkonfersi tanaman jeruk mereka ke tanaman lain seperti kopi, cabe, tomat, dll. Ini bukti keputusasaan beberapa petani Desa Sukanalu.

3.1.1 Sumber Hama

Dari penuturan petani jeruk Desa Sukanalu, terungkap bahwa terdapat berbagai sumber hama. Menurut hasil pengamatan petani hama berasal dari berbagai sumber.

A. Penggunaan Pupuk Berlebihan

Penggunaan pupuk berlebihan bisa mengakibatkan pertumbuhan hama karena dosis yang dipakai tidak sesuai dengan anjurandosis yang tepat. Sehingga sering terjadi pengkebalan hama. Petani umumnya menggunakan dosis sesuka hati petani atau dengan kata lain hanya menggunakan perasaan, pengamatan, dan pengalaman. Bukan berdasarkan dosis yang disarankan sesuai dengan produk pupuk yang dipakai. Sehingga penggunaan yang berlebihan ini, berakibat pada rangsangan yang terlalu besar terhadap jeruk sehingga menghabiskan hara tanah secara cepat dan dapat mengkibatkan hama kebal akan pupuk yang akan digunakan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Joni Sitepu umur 50 tahun, wawancara 11 November 2012 bahwa: Universitas Sumatera Utara “Hama e reh deba ban kubang mauk e nge, rengit rengit bas kubang manuk bastaneh panas ah she kujenda mebaci ia kawin ras rengit rengit sejenda e, jadi turah me hama baru meterpaksa ka nge darami obat simbaru mbunuh hama baru e.”. Artinya: Hama datang dapat diakibatkan dari pemakian pupuk kandang ayam, binatang yang ada di dalam pupuk kandang ayam tersebut yang datangnya dari tanah panas sehingga kawin dengan binatang yang ada di ladang kita, sehingga timbullah binatang baru yang, sehingga dari timbulnya hama baru kita harus belajar lagi membasmi hama baru tersebut. pen. Penggunaan pupuk kandang juga mengakibatkan munculnya hama baru. Pupuk kandang yang dipakai petani umumnya pupuk kandang dari kotoran lembu dan kotoran ayam. Di dalam pupuk kandang ini terdapat binatang baru yang berpotensi berkembang biak. Dari penuturan Bapak Anta Perangin-angin juga diungkapkan bahwa, ‘Terjadi perkawinan hama dari pupuk kandang yang datang dari daerah Kota Medan bersuhu panas dengan dataran tinggi karo bersuhu udara dingin yang mengakibatkan terjadinya sepesies baru yang kebal terhadap pestisida. Sehingga petani harus kembali mempelajari bagaimana cara membasmi serangga baru ini’ kedua pendapat petani diatas sangat masuk akal akan terjadinya perkawinan hama yang mengakibatkan timbulnya hama baru. Hal ini mengakibatkan petani harus terus belajar untuk membasmi hama, karena dari waktu ke waktu ada pertumbuhan hama baru. Kondisi ini diperburuk, minimnya perhatian dan tidak adanya perhitungan oleh Pemerintah Daerah atau Dinas Pertanian untuk mengatasi pertumbuhan hama baru ini. Sehingga pupuk dan kandang bebas masuk ke Daerah Tanah Karo, tanpa diperhitungkan akibat yang Universitas Sumatera Utara akan terjadi pada masa yang akan datang. Barangkali patut kita pertanyakan, apakah penelitian seperti ini pernah dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Karo? Haruskah petani berjuang sendiri untuk mengatasinya? Hal ini penting untuk mendapat perhatian.

B. Penggunaan Pestisida Berlebihan

Penggunaan pestisida yang tidak teratur juga bisa menghasilkan hama baru. Dari penuturan petani “Bapak Riau sitepu, bahwa dengan penggunaan pestisida yang tidak teratur mengakibatkan hama kebal dan malah berkembang menjadi sepesies baru sehingga petani makin sulit untuk menghadapi hama tersebut”. Terlepas dari kurangnya petani mengikuti aturan pakai, kondisi diperburuk dengan maraknya peredaran pestisida palsu. Unjungnya berdampak petani merugi dan dapat menghasilkan hama baru yang sulit diberantas. Kedua sumber datangnya hama di atas berakibat dari suatu produk atau tindakan, namun jika dilihat dari bagaimana cara datang hama dapat dibagi dua yakni dari areal pertanian petani dan di luar pertanian. Salah satu datang dari luar areal pertanian karena sifat dari hama terbang dan jika terganggu di suatu lahan, maka hama akan berpindah ke lahan pertanian lain. Hal inilah yang disebut datang dari lahan pertanian lain atau diluar dari lahan pertanian. Sehingga ada istilah rebu tanaman dituturkan oleh petani Desa Sukanalu. Rebu pertanian ini yakni serentak dalam penanaman dan pemompaan sehingga setiap hama tidak tahu lagi harus pergi ke mana, karena semua petani melakukan penyemprotan di dalam waktu yang sama sehingga mengakibatkan hama mati. Jika pemompaan tidak serentak akan hanya Universitas Sumatera Utara mengusir hama dari satu tempat ke tempat lain. Dan akan datang kembali hama yang seperti ini biasanya yang dapat terbang, contohnya hama lalat buah. Sifat satu lagi yakni ada di lahan pertanian sendiri, namun hama sering menjadi kebal akibat dosis yang tidak teratur, sifat dari hama seperti ini biasanya tidak bisa terbang sehingga dari penuturan petani jenis hama seperti ini lebih gampang memberantas karena tidak bisa berpindah dan berkembang dilahan pertanian saja. Beberapa jenis hama seperti ini yakni hama kutu buluh, kutu merah, bunga bentar, dan keong.

3.1.2 Gejala Jeruk Terserang Hama

Gejala jeruk terserang hama yakni jika dilihat di bagian buah. Buah jeruk akan menguning dan ada titik hitam yang mengakibatkan kebusukan pada buah jeruk sehingga terjadi keguguran buah. Gejala terlihat pada tanaman jeruk biasanya tidak langsung, namun terjadi beberapa hari kemudian akan kelihatan misalnya juga pada daun terlihat daun jeruk dan kriting akibat telur dari hama berkembang sehingga daun yang menjadi wadah tempat hama bertelur rusak dan gugur. Di bagian batang juga dapat terlihat indikasinya, bagaimana jeruk terserang hama. Biasanya mengakibatkan kekeringan dan mati, namun pada batang dan daun tidak terlalu dikhawatirkan petani karena serangannya sedikit dan tidak pada bagian buah, tutur seorang petani Bapak Agen sitepu umur 60 tahun, wawancara 23 September 2012 mengatakan “buahna ngekita perlu rimo enda jadi e si pentinggna jadi, janah mejile pe bulungna me lo lako dayaken.jadi buah e si perluna ijagai tapi e Universitas Sumatera Utara kange si serang lalat buah em erbansa maka go latih kel,keri kel banna rimo ndabuh.”Artinya: buah jeruk yang kita butuhkan sehingga itu yang terpenting dirawat dan dijaga karena daun dari jeruk tidak lalu dijual. Sehingga buahlah yang paling penting untuk dijaga, tetapi buah juga yang diserang oleh lalat buah sehingga mengakibatkan kerugian dan jeruk berjatuhan. pen. Sehingga, buah sangat dijaga oleh petani karena buahlah yang menghasilkan. Dari penuturan petani hama sangat senang berkembang biak di dalam buah jeruk. Biasanya yang disuntikan ke dalam jeruk adalah telur dari hama tersebut namun suntikan dan telur mengakibatkan jeruk busuk sehingga bagian yang sangat parah diserang hama adalah buah. Beberapa gejala jeruk terkena hama dilihat dari Gamabar: 3.1 Dampak serangan hama Gambar: 3.2 Dampak serangan hama.

3.1.3 Klasifikasi Hama

Hama yang menyerang tanaman jeruk di Desa Sukanalu beraneka ragam. Petani membuat klasifikasi sendiri tentang hama yang menyerang tanaman jeruk mereka. Klasifikasi tersebut berdasarkan berbagai kriteria yaitu: berdasarkan waktu Universitas Sumatera Utara serangan hama, berdasarkan ukuran tubuh hama, berdasarkan bagian jeruk yang diserang, berdasarkan musim, berdasarkan tingkat kerusakan serangan hama dan berdasarkan kesulitan memberantas hama.

3.1.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Waktu Kemunculan Hama

Pengklasifikasian hama berdasarkan waktu didasarkan pada masawaktu parahnya penyerangan hama. Berdasarkan hal tersebut, petani Desa Sukanalu membedakan adanya hama simbarenda hama dulu dan hama sigundari hama sekarang. Hama simbareda adalah hama yang sangat ganas menyerang tanaman Jeruk milik petani sekitar 10 tahun yang lalu atau kira-kira tahun 1990-an. Hama tersebut adalah kutu babi. Petani menyebut kutu babi sebagai hama mabrenda karena pada waktu tersebut hama kutu babi merupakan hama yang paling parah menyerang tanaman jeruk milik petani. Hama Kutu babi juga pernah menyebabkan hampir sebagian besar pucuk dari tanaman jeruk rusak. Mengakibatkan berkurangnya bunga jeruk yang berkembangan menjadi buah, akibat rusaknya pucuk dari tanaman jeruk tersebut. Selain dari kutu babi, kutu merah, dan kutu abamisap juga dikatagorikan petani Desa Sukanalu hama si mbarenda. Pengkategorian hama ini dari tingkat serangan paling tinggi. Namun berbagai hama telah ada di tanaman jeruk petani namun tidak terlalu mengkhawatirkan berbagi macam hama yang telah datang dan menyerang tanaman jeruk petani tidak terlalu mengkhawatirkan karena tidak mengakibatakan petani mengalami gagal panen dan masih tetap menghasilkan, hanya mengurangi produksi jeruk saja tetapi tetap menguntungkan. Universitas Sumatera Utara Berbeda halnya dengan serangan hama sigundari yakni hama lalat buah. Pada saat ini merupakan masa paling buruk sepanjang petani Desa Sukanalu menanam jeruk. Karena pada tahun 2010-2012, hampir 80 petani jeruk Desa Sukanalu gagal panen akibat lalat buah. Bahkan 78 pada tingkat Daerah Tanah Karo petani jeruk gagal panen akibat lalat buah. Sehingga kejayaan tanaman jeruk tanah karo pada dua tahun terakhir ini sangat memprihatinkan. Hama lalat buah sebenarnya telah ada pada awal petani menanam jeruk. Namun dulu tidak terlalu mengkhawatirkan bagi petani karena dikatagorikan hama yang dapat dikendalikan tidak seperti sekarang serangan hama sangat mengganas dari tahun ke tahun. Hama lalat buah menyuntikan sesuatu ke dalam buah jeruk sehingga mengakibatkan jeruk busuk. Salah satu penuturan petani Bapak Jiwa Sitepu umur 50 tahun, wawancara, 12 September 2012 pengalam bertnai 12 tahun mengunkapkan bahwa “Si suntiken cit cit e ku buah rimo e telorna nge kukap, kuidah tambah lalap cicit nai adi go kena rimota”.Artinya: yang disuntikan oleh lalat buah terhadap jeruk saya rasa telornya, karena saya mengamati bahwa lalat buah akan bertambah terus jika jeruk kita telah terkena hama.pen. Bapak jiwa berpendapat Bahwa buah jeruk merupakan salah satu wadah yang baik untuk lalat buah berkembang biak sehingga Jiwa berpendapat, bahwa yang disuntikan oleh lalat buah ke dalam jeruk adalah telur dari lalat buah itu sendiri. Lalat buah biasanya menyerang pada saat buah jeruk mulai menguning sehingga sangat merugikan bagi petani karena modal untuk merawat jeruk sangat besar, namun harus luluh lantah diserang oleh lalat buah di dalam waktu yang sekejap. Lalat buah seakan Universitas Sumatera Utara tak ada habisnya, beberapa cara telah dilakukan namun lalat buah tetap saja menyerang dengan sangat ganas. Sampai sekarang hama lalat buah masih menjadi pergumulan yang sangat memperihatinkan bagi petani Desa Sukanalu dan tanah karo. Sebelum serangan lalat buah petani jeruk Desa Sukanalu termasuk petani yang mengalami masa puncak kejayaannya. Karena setiap petani akhirnya dapat sejahtera dan dapat digolongkan sebagai kelas menengah. Namun saat ini para petani, mulai beralih tanam, dari jeruk menjadi kopi. Tetapi petani yang tetap mempertahankan tanaman jeruk pada umumnya masih gagal panen karena dari data lapangan bahwa 80 petani Desa Sukanalu gagal panen. Pada tahun 2000 produksi jeruk pertahunnya, jika jeruk berumur 5 tahun ke atas dengan lahan 1 Ha bisa menghasilkan 30 ton pertahun. Namun pada saat ini akibat serangan hama lalat hanya menghasilakn 5 ton jeruk. Bahkan yang dihasilkan itu juga karena di petik pada saat buah jeruk belum terlalu menguning masak atau disebut masyarakat desa dijual sebagai jeruk peras. Menarik yang dituturkan oleh Bapak Anta Perangin-angin bahwa hama lalat buah ini mulai mengganas pada saat Gunung Sinabung meletus. Secara ilmiah hubungan serangan hama semakin ganas ketika gunung merapi meletus tidak dapat dijelaskan oleh Bapak Anta, namun inilah pengamatan beliau mulainya serangan hama lalat buah.

3.1.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Tubuh

Berdasarkan ukuran tubuh hama, petani mengkategorikan semua hama jeruk tergolong kitik kecil akan tetapi ukuran kecil ini dikategorikan lagi dalam terkitiken Universitas Sumatera Utara lebih kecil dan kitik kel di mana beberapa hama pada tanaman jeruk tidak dapat terlihat oleh kasat mata.

a. Hama kitik.