Tinjauan Pustaka Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk (Studi Etnografi Petani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

Peneliti berasumsi bahwa petani jeruk Desa Sukanalu juga memiliki cara tersendiri untuk mengelola tanaman jeruk mereka, mulai dari pemilihan bibit yang baik, mengolah tanah, mengendalikan hama dan cara merawat jeruk hal ini terlihat dari tindakan yang dilakukan oleh petani dalam membasi hama dan penyakit. Salah satu penelitian khusus tentang hama dan penyakit adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarto tentang petani padi. Winarto mengatakan bahwa petani memiliki konsep dan pengetahuan sendiri tentang padi yang sehat dan padi yang sakit, dan juga tentang hama dan penyakit serta penanggulangannya, Winarto juga menegaskan bahwa pengetahuan itu terus berkembang dan akan menuju pada peningkatan produksi Winarto 1998: 53-58. Demikian juga halnya petani jeruk di Desa Sukanalu, tentu memiliki pengetahuan tersendiri tentang hama dan penyakit jeruk. Hal inilah yang ingin dikaji dalam penelitian ini, bahwa bagaimana sebenarnya pengetahuan petani dalam pengendalian hama, penyakit tanaman jeruk dan apa saja variasi pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani jeruk di Desa Sukanalu.

1.2. Tinjauan Pustaka

Pertanian merupakan ujung tombak perekonomian Indonesia, karena Indonesia merupakan negara agraris. Konsep petani itu sendiri sangat beragam, menurut Scott petani itu tergantung bagaimana masyarakat desa mengelola lahan pertaniannya. Petani tidak mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya merujuk kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja. Artinya, petani adalah orang yang bercocok tanam di lahan pertanian. Dengan demikian, orang yang Universitas Sumatera Utara tinggal di desa belum tentu seorang petani Scott, 1994:32-34. Menurut Witrianto 2011:1-2, petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Witrianto 2011:1-2 menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian besar diantaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di Asia Tenggara hidup di bawah garis kemiskinan 13 Marzali 1998:85-98 juga memiliki konsep sendiri tentang apa itu petani. Petani menurut Marzali adalah petani yang identik dengan kehidupan pedesaan. Marzali membedakannya menjadi peladang atau pekebunan, peisan dari bahasa Inggris peasant, dan petani pengusaha atau farmer. Sebagian besar petani yang ada di Indonesia merupakan peasant atau petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan pertanian yang mereka miliki. Setelah Marzali membaca beberapa pendapat ahli tentang petani, sehingga Marzali membagi pendapat ahli tersebut dalam tiga konsep mengenai peasant sekurang-kurangnya mengacu pada tiga pengertian yang berbeda. Konsep pertama yang menyatakan bahwa istilah peasant ditujukan kepada semua penduduk pedesaan secara umum, tidak peduli apapun pekerjaan mereka . 14 13 Witrianto,”Apa dan Siapa Petani” . Konsep kedua yang menyatakan bahwa peasant tidak mencakup seluruh pedesaan, file:E:Witrianto,20S.S.,20M.Hum.,20M.Si.20C2BB20Apa20dan20Siapa20Pet ani.htm akses 5 Januari 2012 14 Marzali 1997 mengacu pada pandangan Gillian Hart 1986, Robert Hefner 1990, dan Paul Alexander dkk 1991. Universitas Sumatera Utara tetapi hanya terbatas kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja 15 . Konsep ketiga atau terakhir yang menyatakan bahwa peasant ditujukan untuk menunjukkan golongan yang lebih terbatas lagi yaitu hanya kepada petani yang memiliki lahan pertanian, yang menggarap sendiri lahan tersebut untuk mendapatkan hasil yang digunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya, bukan untuk dijual atau yang di Indonesia biasa disebut sebagai petani pemilik penggarap 16 . Marzali, 1998 17 Sedangkan konsep mengenai farmer atau petani pengusaha adalah petani kaya yang memiliki tanah luas dan memiliki banyak buruh atau tenaga kerja yang bekerja untuk mendapatkan upah darinya. Hasil lahan pertaniannya terutama adalah untuk dijual. Pengolahan lahan sudah menggunakan peralatan teknologi modern, seperti mesin bajak, traktor, rice milling, sprayer, dan lain-lain Marzali, 1998:85-98. Melihat perbedaan pandangan mengenai petani di atas, sulit kiranya menetapkan petani jeruk Sukanalu berada di posisi pandangan ahli tertentu. Karena petani yang dimaksutkan dalam tulisan ini adalah orang-orang yang bercocok tanam mengolah lahan pertanian baik itu lahan pertanian milik sendiri dan lahan pertanian yang . Marzali menempatkan posisi masyarakat peasant dalam proses evolusi masyarakat manusia sebagai masyarakat antara. Yaitu berada pada posisi antara masyarakat primitif dan masyarakat modern yang sama-sama menetap di pedesaan. Hasil panen petani peasan tidak dijual, hanya untuk dimakan dan keperluan adat. 15 Marzali 1997 mengacu pada pandangan James C. Scott 1976 dan Wan Hashim 1984. 16 Marzali 1997 mengacu pada pandangan Eric Wolf yang kemudian diikuti oleh Frank Ellis 1988. 17 Amri Marzali, “Konsep Peisan dan Kajian Masyarakat Pedesaan di Indonesia, Antropologi Indonesia no 45 Th XXI.1998.halaman 8. Universitas Sumatera Utara disewa. Hasil dari bercocok tanam bisanya dijual dan hasil penjualan dipakai untuk kebutuhan hidup. Teknologi yang dipakai beragam, penulis menyimpulkan kedalam kata-kata semi-modern karena petani jeruk Desa Sukanalu juga menggunakan traktor alat moderndan juga alat-alat tradisonal lain seperti cangkul, rauka dan lain-lain. Sehingga sulit untuk menerapkan pengertian petani menurut ahli tertentu terhadap petani jeruk yang ada di Desa Sukanalu. Dalam kehidupan petani hama dan penyakit adalah masalah yang tidak pernah lepas dari kehidupan petani. Petani jeruk Sukanalu telah mengenal hama dan penyakit sejak membudidayakan jeruk 1980, sehingga hama dan penyakit pada tanaman jeruk bukanlah masalah baru bagi petani jeruk Sukanalu. Namun pada tingkat keganasan serangan hama dan penyakit yang membuat petani terus bersikap dan melakukan percobaan demi percobaan di lahan pertanian untuk mengoptimalkan hasil panen jeruk mereka. Jika dilihat dari sudut pandang ilmu pertanian, hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Hama menyuntikan sesuatu ke dalam buah jeruk sehingga mengakibatkan jeruk busuk. Sedangkan penyakit adalah sesuatu yang merusak yang datangnya dari dalam atau tidak bekerjanya organisme secara baik sehingga menimbulkan sebuah gejala yang disebut penyakit 18 18 Membedakan penyakit dan hama perlu kejelian, hama biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang, umumnya dari golongan hewan seperti tikus, burung, ulat, serangga dan sebagainya. Hama juga cenderung hanya menyerang bagian tertentu hingga jarang mengakibatkan kematian, biasanya hanya mengurangi hasil produksi dan secara fisik hama lebih gampang diatasi karena terlihat oleh mata. . Universitas Sumatera Utara Apa yang dilakukan petani dengan pengetahuan penduduk setempat dan melakukan berbagai percobaan untuk membasmi hama dan penyakit di dalam kegiatan pertaniannya bisa di sebut dengan pengetahuan lokal. Senada dengan Winarto 1999:69-70 bahwa petani sebenarnya memiliki pengetahuan lokal yang sangat kaya. Pengetahuan petani tersebut melibatkan pengetahuan ekologi yang cukup beragam. Winarto memberi contoh satu jenis pengetahuan lokal pada petani padi. Bahwa padi yang dipilih petani yang memiliki karakteristik genetika tertentu yang perlu dikenali oleh petani, apakah itu menyangkut prilaku air, pupuk, pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyakit, umur padi, kemajuan produksi, kualitas gabah, serta cita rasa dari jenis padi yang ditanam. Ini semua merupakan hal- hal yang sangat penting bagi petani dalam proses belajar mereka. Winarto mengatakan bahwa petani selalu melakukan pengamatan atas apa yang terjadi dengan tanaman mereka Winarto 1999:69-70. Apa yang dikemukakan winarto tersebut menunjukan bahwa adanya pengamatan terus menerus yang dilakukan petani untuk mengamati apa yang terjadi dengan tanaman mereka. Winarto dalam hal ini senada dengan pandangan Keller. Keller seperti dikuti Winarto 1998 : 54-60 menjelaskan bahwa pengetahuan selalu mengalami penyempurnaan, pengayaan ataupun perbaikan melalui pengalaman Sedangkan penyakit adalah sesuatu gangguan yang terjadi pada tanaman sehingga menyebabkan kematian pada tanaman. Penyakit tidak hanya mengurangi produksi melainkan mengakibatkan kematian secara perlahan, ciri-ciri penyakit itu sendiri sukar dilihat dengan mata telanjang, bisanya yang menyerang seperti virus, bakteri, jamur dan lain-lain. Cara kerjanya lambat sehingga mengakibatkan kematian dalam jangka waktu yang relatif lama http:ghaibnet.blogspot.com200911perbedaan-hama-dan-penyakit.html.akses 2010. Universitas Sumatera Utara para pelakunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu. Berbicara tentang petani berarti juga berbicara tentang teknik dan hasil pertanian serta faktor-faktor pendukung lainnya, misalnya faktor alam, manusia, maupun sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang alam atau lingkungan tersebut. Scott juga menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh petani melalui pengalaman dan yang diperoleh dari nenek moyang mereka akan dipergunakan untuk menghadapi dunia sekeliling mereka. Dalam penelitiannya tentang padi, Scott memandang bahwa “banyaknya padi yang dihasilkan suatu keluarga untuk sebagian tergantung kepada nasib, akan tetapi tradisi setempat yang mengenal soal jenis bibit, cara menanam dan penetapan waktu telah digariskan berdasarkan pengalaman selama berabad, dengan tujuan menghasilkan panen yang lebih mantap dan dapat diandalkan menurut keadaan” Scott 1985:53. Sehingga peneliti tertarik mencermati bagaimana pengetahuan petani mengenai hama dan penyakit, dan dari mana pengetahuan itu diperoleh dan mengapa pengetahuan itu digunakan dalam kehidupan pertanian mereka, serta bagaimana cara petani membasmi hama dan penyakit dengan pengetahuan yang dimiliki oleh petani jeruk yang ada di Sukanalu. Pengetahuan petani jeruk Sukanalu untuk mengatasi hama dan penyakit tersebut berlangsung seiring dengan pengamatan dan pengalaman yang selalu mengalami perubahan. Pengetahuan itu berada pada pikiran mind petani itu sendiri. Untuk melihat mind petani tentang hama dan penyakit dapat digunakan pendekatan antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai sebuah sistem Universitas Sumatera Utara pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan dipergunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya dan sekaligus untuk menyusun strategi prilaku dalam menghadapi dunia sekelilingnya Spradley:1997:11. Borofsky 1994:343 juga berpandangan bahwa individu individu itu selalu berinteraksi dengan berbagi pemahaman dan pengalaman dari waktu ke waktu. Dari interaksi yang mereka lakukan akan menghasilkan sebuah pandangan baru dan tindakan baru dari hasil interaksi yang dilakukan oleh individu petani tersebut. Melihat pandangan Spradley 1997:11 dan Borofsky 1994:343 peneliti menjadi tertarik untuk melihat bagaimana dan dari mana sebenarnya pengetahuan petani Desa Sukanalu tersebut mengenai hama dan penyakit, dan bagaimana konsep petani untuk membedakan hama dan penyakit dan bagaimana cara petani menerapkan pengetahuan atau mengorganisasikan pengetahuan itu di dalam pikiran petani sehingga menjadi sebuah keputusan untuk membasmi hama dan penyakit pada petani khususnya Desa Sukanalu. Sesuai dengan pandangan Spradley juga bahwa mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Karena itu, objek kajiannya bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomenal material tersebut diorganisasikan dalam pikiran mind manusia Spradley : 1997. Choesin 2002:1-10 memberikan sebuah model pengetahuan yang disebut dengan connectionism 19 19 Chosin menjelaskan bahwa cara atau sekema untuk melihat pengetahuan, dengan mempergunakan metaphor sebuah jaringan syaraf untuk unsur-unsur kognitif yang ada dalam benah individu, dan perlu yaitu sebuah model pengetahuan yang memperlihatkan Universitas Sumatera Utara bahwa informasi diperoleh secara paralel, sehingga dapat dilihat bagaimana individu belajar, membuat skema-skema untuk memahami situasi dan mengatasi masalah. Pembentukan skema adalah hasil intraksi individu dengan unsur-unsur di sekitarnya, dan unsur-unsur di sekitarnya dapat berasal dari masyarakat sendiri, baik dari luar maupun percampuran antara keduanya 20

1.3. Rumusan Masalah