b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Analisis dengan Grafik Plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit
jumlah pengamatan, semakin sulit untuk mengintepretasikan hasil grafik plot Gozali, 2011:141.
Untuk mengatasi kelemahan dari Grafik Plots tersebut, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji statistik untuk menjamin keakuratan hasil
pengujian. Uji statistik yang dipilih adalah uji Glejser, dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser adalah :
1. Apabila sig. 2-tailed α = 0.05, maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Apabila sig. 2-tailed α = 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8 Teknik Analisis Data
Berdasarkan judul, latar belakang, dan perumusan masalah maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda., yang bertujuan untuk meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel independen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktur dimanipulasi Sugiyono, 2012:277. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program komputer SPSS 19. Adapun model
yang digunakan dari regresi linear berganda menurut Supranto, 2009:250 yaitu :
Ŷ= b + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ b
6
X
6
+ e
Keterangan : Ŷ
= Pertumbuhan Laba
Universitas Sumatera Utara
b = Koefisien Konstanta
X
1
= WCTA X
2
= DER X
3
= ITO X
4
= TATO X
5
= GPM X
6
= OPM e
= Koefisien Error Variabel Pengganggu
3.9 Test of Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi R
2
, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis daerah dimana H ditolak. Sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H diterima.
3.9.1 Koefisien Determinasi R
2
Menurut Ghozali 2011:97 : ‘’koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel
independen’’. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas,
sebaliknya nilai R
2
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
Universitas Sumatera Utara
variabel dependen Ghozali, 2011:97. Nilai koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai adjusted R
2
karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari dua variabel. Selain itu
nilai adjusted R
2
dianggap lebih baik dari nilai R
2
, karena nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model
regresi Ghozali, 2011:97.
3.9.2 Uji Signifikan Simultan Uji F
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test . Menurut Ghozali 2011:98 : “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
varibel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependenterikat”.
Di dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji hipotesis H
1
yaitu pengaruh WCTA, DER, ITO, TATO, GPM, dan OPM secara simultan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Menurut Ghozali 2011:98, uji F dilakukan dengan
membandingkan signifikansi F
hitung
dengan F
tabel
dengan ketentuan : 1. H
diterima dan Ha ditolak jika F
hitung
F
tabel
untuk α = 0,05 2. H
ditolak dan Ha diterima jika F
hitung
F
tabel
untuk α = 0,05
3.9.3 Uji Signifikan Parsial Uji t
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test . Menurut Ghozali 2011:98 “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji hipotesis
Universitas Sumatera Utara
H
2
, H
3
, H
4
, H
5
, H
6
, dan H
7
yaitu pengaruh WCTA, DER, ITO, TATO, GPM, dan OPM secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Menurut Ghozali 2011:99, uji t dilakukan dengan membandingkan signifikansi t
hitung
dengan t
tabel
dengan ketentuan : 1. H
diterima dan Ha ditolak jika t
hitung
t
tabel
untuk α = 0,05 2. H
ditolak dan Ha diterima jika t
hitung
t
tabel
untuk α = 0,05
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Deskripsi Data Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan industri pengolahan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Sebuah perusahaan dapat dikatakan
sebagai perusahaan manufaktur apabila ada tahapan input-proses-output dalam kegiatan bisnisnya. Sebagian besar perusahaan-perusahaan manufaktur di
Indonesia telah go public dan listing di BEI. Dari segi produk yang dihasilkan, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dibagi menjadi tiga sektor, yaitu :
1. Sektor industri dasar dan kimia 2. Sektor aneka industri
3. Sektor industri barang konsumsi Objek dari penelitian ini hanya perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008- 2012. Sektor industri barang konsumsi terdiri atas 5 lima subsektor industri,
tabel 4.1 berikut menampilkan perkembangan jumlah perusahaan yang listing di setiap subsektor selama periode 2008-2012.
Tabel 4.1 Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012
No Subsektor
Tahun Jumlah Perusahaan Terdaftar di BEI
2008 2009
2010 2011
2012
1 Makanan dan Minuman
14 14
15 14
14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012
Lanjutan
No Subsektor
Tahun Jumlah Perusahaan Terdaftar di BEI
2008 2009
2010 2011
2012
2 Rokok
4 4
3 3
3 3
Farmasi 10
10 10
10 10
4 Kosmetik dan Barang
Keperluan Rumah Tangga 4
4 3
4 4
5 Peralatan Rumah Tangga
3 3
3 3
3 TOTAL
35 35
34 34
34 Sumber : idx fact book 2008 hingga 2012, diolah penulis, 2013
Melalui pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 23 perusahaan sebagai sampel penelitian dengan periode penelitian sebanyak 5 lima
tahun mulai dari tahun 2008 hingga 2012, sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 115 pengamatan 23 perusahaan x 5 periode. Tabel 4.2
berikut menampilkan daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian dari masing-masing subsektor industri.
Tabel 4.3 Daftar Sampel Penelitian
No Nama
Perusahaan Kode
Saham Tanggal Listing
I Subsektor : Makanan dan Minuman
1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
AISA 11 Juni 1997
2 Cahaya Kalbar Tbk
CEKA 9 Juli 1996
3 Delta Djakarta Tbk
DLTA 12 Februari 1984
4 Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF 14 Juli 1994
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Daftar Sampel Penelitian Lanjutan
No Nama
Perusahaan Kode
Saham Tanggal Listing
I Subsektor : Makanan dan Minuman
5 Multi Bintang Indonesia Tbk
MLBI 17 Januari 1994
6 Mayora Indah Tbk
MYOR 4 Juli 1990
7 Sekar Laut Tbk
SKLT 8 September 1993
8 Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk ULTJ
2 Juli 1990
II Subsektor : Rokok
1 Gudang Garam Tbk
GGRM 27 Agustus 1990
2 HM Sampoerna Tbk
HMSP 15 Agustus 1990
III Subsektor : Farmasi
1 Darya-Varia Laboratoria Tbk
DVLA 11 November 1994
2 Indofarma Tbk
INAF 17 April 2001
3 Kimia Farma Tbk
KAEF 4 Juli 2001
4 Kalbe Farma Tbk
KLBF 30 Juli 1991
5 Merck Tbk
MERK 23 Juli 1981
6 Pyridam Farma Tbk
PYFA 16 Oktober 2001
7 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
SQBB 29 Maret 1983
8 Tempo Scan Pasific Tbk
TSPC 17 Juni 1994
IV Subsektor : Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
1 Mustika Ratu Tbk
MRAT 27 Juli 1995
2 Mandom Indonesia Tbk
TCID 23 September 1993
3 Unilever Indonesia Tbk
UNVR 11 Januari 1982
V Subsektor : Peralatan Rumah Tangga
1 Kedawung Setia Industrial Tbk
KDSI 29 Juli 1996
2 Langgeng Makmur Industry Tbk
LMPI 17 Oktober 1994
Sumber : idx.co.id diolah penulis, 2013
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Deskripsi Data Penelitian
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum dan maksimum, rata-rata mean, dan standar deviasi
Ghozali, 2011:19. Nilai minimum dan maksimum menunjukkan nilai tertinggi dan terendah dari data penelitian, sementara itu nilai mean menunjukkan nilai
rata-rata dari data penelitian. Standar deviasi merupakan ukuran penyebaran yang memberikan informasi sebagaimana data menyebar. Nilai ukuran penyebaran
yang besar menunjukkan bahwa data sangat beragambervariasi, sedangkan ukuran penyebaran yang kecil menunjukkan bahwa data lebih kompak atau
homogen. Statistik deskriptif dari setiap variabel penelitian yang terdapat dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation WCTA
115 -.293
.729 .33993
.229001 DER
115 .104
8.441 .82951
.931766 ITO
115 1.154
15.110 4.30403
2.081424 TATO
115 .364
3.248 1.37113
.523224 GPM
115 .105
.719 .37387
.174311 OPM
115 .007
.471 .13528
.105391 LABA
115 -.634
5.874 .37295
.731114 Valid N listwise
115
Sumber: Ouput SPSS 19, diolah penulis 2013
Berdasarkan statistik deskriptif data yang disajikan pada tabel 4.3 tersebut, dapat dijelaskan hal berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. WCTA minimum yaitu sebesar -0,293 dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia pada tahun 2009. Nilai WCTA diperoleh dari nilai aset lancar yaitu
aset yang perputarannya kurang dari 1 satu tahun dikurangi dengan hutang jangka pendek yang harus dilunasi, kemudian hasil pengurangan tersebut
dibagi dengan jumlah aset yang dimiliki. Rasio WCTA yang hanya -0,239 mengindikasikan jika modal operasional PT Multi Bintang Indonesia sangat
rendah, ini dapat menjadi ancaman bagi kegiatan operasi dari PT Multi Bintang Indonesia.
Rasio WCTA maksimum dimiliki oleh PT Merck Tbk pada tahun 2011 sebesar 0,729. Ini menandakan bahwa PT Merck Tbk memiliki modal
operasional yang cukup tinggi dan paling efisien dalam mengelola aset lancar yang dimiliki sehingga mampu menutupi jumlah hutang jangka pendek yang
harus dilunasi. Adapun mean WCTA yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,339. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012
adalah 0,229. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio WCTA relatif kecil, sehingga rasio WCTA pada sektor industri barang konsumsi
lebih homogen. 2. DER minimum yaitu sebesar 0,104 dimiliki oleh PT Mandom Indonesia Tbk
pada tahun 2010. Nilai DER diperoleh dari jumlah utang yang dimiliki dibagi dengan modal yang dimiliki, dengan rasio DER sebesar 0,104
mengindikasikan bahwa PT Mandom Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
paling sedikit menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan.
Rasio DER maksimum dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009 sebesar 8,441. Ini menandakan bahwa PT Multi Bintang
Indonesia Tbk paling banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang cukup besar
ketika PT Multi Bintang Indonesia Tbk tidak mampu melunasi hutang- hutangnya tersebut.
Adapun mean DER yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,829. Sementara itu nilai
standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,931. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio DER
relatif kecil, sehingga rasio DER pada sektor industri barang konsumsi lebih homogen.
3. ITO minimum yaitu sebesar 1,154 dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2009. Nilai ITO didapat dari harga pokok penjualan yaitu
biaya langsung yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dibagi dengan rata- rata persediaan bahan baku, dengan rasio ITO sebesar 1,154 mengindikasikan
tidak efisisiensinya kinerja PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk dalam memproduksi produk sehingga banyak persediaan bahan baku yang
menumpuk. Rasio ITO maksimum dimiliki oleh PT Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2008
sebesar 15,11. Ini menunjukkan bahwa PT Cahaya Kalbar Tbk merupakan perusahaan yang paling efisien dan produktif dalam kegaitan bisnisnya,
Universitas Sumatera Utara
dimana perputaran persediaan barang yang dimiliki sangat tinggi dibanding perusahaan-perusahaan lain pada sektor industri barang konsumsi.
Adapun mean ITO yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 4,304. Sementara itu nilai standar
deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 2,081. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio ITO lumayan
tinggi, sehingga rasio ITO pada sektor industri barang konsumsi lebih bervariasi.
4. TATO minimum yaitu sebesar 0,364 dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahun 2010. Nilai TATO didapat dari jumlah penjualan bersih
dibagi dengan jumlah aset yang dimiliki, dengan rasio TATO yang hanya 0,364 mengindikasikan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tidak efektif
dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki, sehingga mengakibatkan rendahnya penjualan bersih yang diperoleh.
Rasio TATO maksimum dimiliki oleh PT Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2008 sebesar 3,248. Ini menunjukkan bahwa PT Cahaya Kalbar Tbk
menghasilkan penjualan bersih yang tinggi karena efektif dalam mengelola seluruh aset yang dimiliki.
Adapun mean TATO yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 1,371. Sementara itu nilai
standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,523. Ini menujukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio TATO
relatif kecil, sehingga rasio TATO pada sektor industri barang konsumsi lebih homogen.
Universitas Sumatera Utara
5. GPM minimum yaitu sebesar 0,105 dimiliki oleh PT Kedawung Setia Industrial Tbk pada tahun 2008. Nilai GPM didapat dari jumlah laba kotor
yang dihasilkan dibagi dengan jumlah penjualan bersih selama setahun, dengan rasio GPM yang hanya 0,105 mengindikasikan rendahnya jumlah laba
kotor yang dihasilkan oleh PT Kedawung Setia Industrial Tbk, karena tingginya biaya langsung yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi.
Rasio GPM maksimum dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk pada tahun 2012 sebesar 0,719. Nilai ini menandakan bahwa PT Delta Djakarta Tbk
menghasilkan laba kotor yang paling tinggi dibanding dengan perusahaan lain pada sektor industri barang konsumsi. Selain itu PT Delta Djakarta Tbk lebih
efisien dalam kegiatan produksinya. Adapun mean GPM yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,373. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012
adalah 0,174. Ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio GPM relatif kecil, sehingga rasio GPM pada sektor industri barang konsumsi lebih
homogen. 6. OPM minimum yaitu sebesar 0,007 dimiliki oleh PT Indofarma Tbk pada
tahun 2008. Nilai OPM didapat dari jumlah laba operasi atau laba sebelum pajak yang dihasilkan dibagi dengan penjualan bersih yang diperoleh selama
satu periode, dengan rasio OPM yang hanya 0,007 mengindikasikan laba operasi dari PT Indofarma Tbk sangat rendah, karena PT Indofarma Tbk
banyak melakukan pengeluaran melalui kegiatan operasinya.
Universitas Sumatera Utara
Rasio OPM maksimum dimiliki oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk pada tahun 2011 sebesar 0,471. Nilai ini menandakan bahwa PT Taisho
Pharmaceutical Indonesia Tbk memiliki laba operasi yang paling tinggi dibanding dengan perusahaan lain pada sektor industri barang konsumsi. Ini
juga mengindikasikan bahwa PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk memiliki kegiatan operasi yang efektif.
Adapun mean OPM yang dimiliki oleh industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,135. Sementara itu nilai
standar deviasi dari industri barang konsumsi selama periode 2008-2012 adalah 0,105. Nilai ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran nilai rasio
OPM relatif kecil, sehingga rasio OPM dari sektor industri barang konsumsi lebih homogen.
7. Pertumbuhan Laba minimum yaitu sebesar -0,634 dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk pada tahun 2009. Pertumbuhan
Laba diperoleh dari jumlah laba yang diperoleh tahun saat ini dikurangi jumlah laba yang diperoleh tahun sebelumnya, kemudian hasil pengurangan
tersebut dibagi dengan jumlah laba yang diperoleh tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan laba sebesar -0,634 ini menunjukkan bahwa laba yang
diperoleh PT Ultrajaya Tbk tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun 2008, jika ini terus berlanjut maka dapat mengancam kelangsungan
usaha dari PT Ultrajaya. Pertumbuhan Laba maksimum dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk pada tahun 2008 sebesar 5,874. Nilai ini mengindikasikan bahwa laba tahun 2008 yang diperoleh oleh PT Ultrajaya
Universitas Sumatera Utara
jauh lebih tinggi dibanding laba tahun 2007, karena itu nilai seperti ini harus dipertahankan untuk terus meningkatkan kelangsungan usaha dari PT
Ultrajaya. Adapun mean Pertumbuhan Laba yang dimiliki oleh industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 0,372. Sementara itu nilai standar deviasi dari industri barang konsumsi selama
periode 2008-2012 adalah 0,731. Nilai ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran pertumbuhan laba cukup tinggi, sehingga pertumbuhan laba dari
sektor industri barang konsumsi lebih bervariasi.
4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
4.2.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, model regresi yang
baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal Ghozali, 2011:160. Uji normalitas penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-
Smirnov, berikut adalah tampilan dari uji normalitas dalam penelitian ini. 1. Analisis Grafik
Analisis grafik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan grafik histogram dan grafik P-P Plot. Pada grafik histogram, data yang mengikuti
atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng Ghozali, 2011:163. Berikut ini merupakan hasil uji normalitas
dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis grafik histogram.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber: Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik menceng ke
kiri dan tidak membentuk pola berbentuk bel atau lonceng, maka dapat disimpulkan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas dengan
demikian data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal.
Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik- titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di
sekitar garis diagonal Ghozali, 2011:163. Berikut ini merupakan hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik P-P Plot.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Grafik Normal P-P Plot pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik data
menceng ke kiri dan ke kanan serta menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal.
2. Uji Kolmogorov-Smirnov Uji ini didasarkan pada Kolmogorov–Smirnov Test yang dilakukan terhadap
data residual model regresi. Jika nilai probabilitas atau sig. 2-tailed lebih besar dari 0.05 maka data tersebut terdistribusi normal, tetapi jika nilai
probabilitas sig. 2-tailed lebih kecil dari 0.05 maka distribusi data tersebut
Universitas Sumatera Utara
tidak normal Ghozali, 2011:32. Berikut ini merupakan hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov–Smirnov dalam penelitian ini.
Tabel 4.6 Hasil
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 115
Normal Parameters
a,b
Mean .00000
Std. Deviation .699349
Most Extreme Differences Absolute
.181 Positive
.181 Negative
-.162 Kolmogorov-Smirnov Z
1.945 Asymp. Sig. 2-tailed
.001 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Sesuai dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukkan oleh tabel 4.4 di
atas, dimana nilai probabilitas atau Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,001. Oleh karena itu nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 0,001 0,05 maka H
ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi secara normal.
Melalui uji normalitas yang telah dilakukan, baik melalui analisis grafik maupun uji Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal dan tidak memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator BLUE. Data yang tidak
terdistribusi secara normal dapat disebabkan karena adanya data outlier yaitu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh atau ekstrim
Universitas Sumatera Utara
dari observasi-observasi lainnya Ghozali, 2011:41. Ada 4 empat penyebab timbulnya data oulier yaitu kesalahan dalam mengetri data, gagal menspesifikasi
adanya missing value, outlier bukan merupakan anggota populasi yang diambil sebagai sampel, distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai
ekstrim dan tidak terdistribusi normal Ghozali, 2011:41. Sesuai dengan empat penyebab timbulnya data outlier tersebut, maka
menurut peneliti penyebab timbulnya data outlier dalam penelitian ini karena distribusi dari variabel dalam populasi penelitian ini memiliki nilai ekstrim
sehingga tidak terdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan uji normalitas yang telah dilakukan dimana hasilnya menunjukkan ketidaknormalan distribusi data
dalam penelitian ini, penyebabnya karena beberapa data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai ekstrim dan perbedaan yang terlalu signifikan
dibanding data-data lain. Ketidaknormalan data penelitian dapat diatasi dengan melakukan
transformasi terhadap data tersebut agar menjadi normal Ghozali, 2011:35. Agar residual datanya menjadi normal, maka transformasi data perlu dilakukan untuk
seluruh variabel penelitian. Karena itu data awal dalam penelitian ini akan ditransformasi sesuai dengan bentuk histogram dari setiap variabel penelitian baik
variabel bebas maupun terikat. Penulis melakukan transformasi data ke model akar kuadrat untuk variabel WCTA, DER, GPM dan OPM, sementara itu untuk
variabel ITO, TATO, dan Pertumbuhan Laba penulis melakukan transformasi data ke model Logaritma 10.
Transformasi yang dilakukan terhadap data awal yang berjumlah 115 pengamatan, menimbulkan munculnya 18 pengamatan yang missing value.
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan data dengan SPSS membuat pengamatan yang memiliki missing value ini otomatis dibuang, sehingga jumlah pengamatan setelah ditransformasi adalah
97 pengamatan, ini diperoleh dari 115 pengamatan awal dikurang 18 pengamatan yang missing value. Tabel berikut menunjukkan 18 pengamatan yang memiliki
missing value setelah transformasi.
Tabel 4.7 Missing Value Pengamatan Penelitian
Pengamatan Sampel Perusahaan
Tahun
12 Indofarma Tbk
2008 22
Kedawung Setia Industrial Tbk 2008
24 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2009 31
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 2009
42 Mustika Ratu Tbk
2009 48
Cahaya Kalbar Tbk 2010
53 Sekar Laut Tbk
2010 61
Merck Tbk 2010
63 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
2010 66
Mandom Indonesia Tbk 2010
69 Langgeng Makmur Industry Tbk
2010 75
Mayora Indah Tbk 2011
77 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
2011 94
Cahaya Kalbar Tbk 2012
96 Indofood Sukses Makmur Tbk
2012 101
Gudang Garam Tbk 2012
107 Merck Tbk
2012 115
Langgeng Makmur Industry Tbk 2012
Sumber : Data diolah penulis, 2013
Penulis selanjutnya akan mendeteksi data outlier dari 97 pengamatan tersebut, apabila ditemukan data outlier dari 97 pengamatan tersebut maka data
Universitas Sumatera Utara
outlier tersebut juga akan otomotatis dibuang karena dianggap menjadi pemicu terjadinya ketidaknormalan data dalam penelitian ini. Menurut Hair 1998 dalam
Ghozali, 2011:41 untuk kasus sampel kecil kurang dari 80 maka standar skor dengan nilai
≥ 2,5 dinyatakan outlier, untuk sampel besar standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4. Karena jumlah pengamatan dalam
penelitian ini yang mencapai 97 pengamatan maka data yang memiliki nilai 3 atau -3 akan dianggap sebagai data outlier.
Tabel 4.8 Data
Oulier dari Pengamatan Pengamatan
Sampel Perusahaan NilaiSkor
25 Multi Bintang Indonesia Tbk
5,492 42
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk - 3,263
Sumber : Data diolah penulis, 2013
Kedua pengamatan yang memiliki data outlier tersebut akhirnya dibuang, dengan demikian jumlah pengamatan dalam penelitian ini adalah 95 pengamatan,
setelah 97 pengamatan hasil transformasi tersebut dikurangi 2 dua pengamatan yang memiliki data outlier, dengan demikian jumlah akhir pengamatan dalam
penelitian ini adalah 95 pengamatan. Terhadap 95 pengamatan ini akan dilakukan uji asumsi klasik, analisis linear dan juga test of goodness of fit. Hasil uji
normalitas terhadap data dari 95 pengamatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
1. Analisis Grafik
Gambar 4.3 Grafik Histogram Setelah Transformasi Data dan
Outlier
Sumber: Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Grafik histogram pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa pola distribusi
normal, karena grafik tidak menceng ke kiri atau ke kanan melainkan membentuk pola bel atau lonceng, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi telah memenuhi asumsi normalitas, dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Hasil ini juga
diperkuat dengan hasil uji grafik normal P-P Plot berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot Setelah Transformasi Data dan
Outlier
Sumber: Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Grafik Normal P-P Plot pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa titik-titik data
tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas dengan demikian data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.9 Uji
Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi Data dan Outlier
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS 19 diolah penulis, 2013
Sesuai dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukkan oleh tabel 4.8 di atas, maka diperoleh nilai probabilitas atau Asymp.Sig.2-tailed sebesar
0,994, dengan demikian nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 atau 0,971 0,05, karena itu H
ditolak yang berarti data residual terdistribusi dengan normal.
4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen, model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen Ghozali, 2011:105. Jika nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 95
Normal Parameters
a,b
Mean .00000
Std. Deviation .862564
Most Extreme Differences
Absolute .043
Positive .039
Negative -.043
Kolmogorov-Smirnov Z .424
Asymp. Sig. 2-tailed .994
Universitas Sumatera Utara
Ghozali, 2011:106. Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini.
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
a. Dependent Variable: LABA
Sumber : Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Hasil uji moltikolinearitas pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa keenam
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki tolerance value 0,1 dan VIF 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t
-1
sebelumnya, model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Ghozali, 2011:110. Dalam model regresi
tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du d 4 – du Ghozali, 2011:111,
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
WCTA .352
2.837 DER
.302 3.315
ITO .651
1.536 TATO
.778 1.286
GPM .531
1.883 OPM
.585 1.710
Universitas Sumatera Utara
berikut ini merupakan hasil uji autokorelasi terhadap model regresi dalam penelitian ini.
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .511
a
.261 .211
.891484 1.940
a. Predictors: Constant, OPM, TATO, DER, ITO, GPM, WCTA b. Dependent Variable: LABA
Sumber : Output SPSS 19 diolah penulis, 2013
Hasil uji autokorelasi pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai Durbin- Watson d sebesar 1,940. Nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai pada tabel
Durbin-Watson dengan menggunakan signifikansi 5 dan jumlah pengamatan n 95 serta jumlah variabel independen 6 k=6, maka berdasarkan tabel Durbin-
Watson diperoleh nilai batas atas du sebesar 1,802 dan nilai batas bawah dl sebesar 1,535. Sehingga diperoleh persamaan berikut :
du d 4 – du 1,802 1,940 2,198
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif.
4.2.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain, model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2011:139. Cara yang yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk mendeteksi ada-tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat diagram scatterplot dan uji glejser. Pada scatterplot jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2011:139. Berikut
ini merupakan hasil uji heteroskedastisistas dengan digram scatterplot terhadap model regresi dalam penelitian ini.
Gambar 4.5 Diagram
Scatterplot
Sumber : Output SPSS 19 diolah penulis, 2013
Diagram Scatterplot pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa tidak terbentuk pola yang jelas pada gambar serta titik-titik menyebar secara acak dan tersebar
baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. Untuk memperkuat hasil uji diagram scatterplot tersebut, maka uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini juga dilengkapi dengan uji glejser, tabel 4.10 berikut menampilkan hasil uji glejser terhadap model regresi dalam
penelitian ini.
Tabel 4.12 Hasil Uji
Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .677
.055 12.358
.000 WCTA
.030 .094
.056 .316
.753 DER
-.115 .122
-.179 -.941
.349 ITO
-.035 .069
-.066 -.510
.611 TATO
-.023 .065
-.041 -.348
.728 GPM
-.006 .074
-.012 -.083
.934 OPM
.008 .071
.015 .109
.914 a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Hasil uji glejser pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikan sig.
keenam variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,05 dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi.
4.3 Hasil Analisis Data
Hasil uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi
asumsi klasik, yaitu data terdistribusi normal, tidak terjadi gejala
Universitas Sumatera Utara
multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi dan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak untuk dilakukan analisis regresi Ghozali,
2011:173. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant .007
.092 .079
.937 WCTA
.128 .158
.125 .811
.419 DER
.107 .206
.086 .517
.606 ITO
.102 .117
.099 .872
.385 TATO
-.398 .110
-.377 -3.626
.000 GPM
-.374 .126
-.374 -2.979
.004 OPM
.135 .119
.136 1.133
.260 a. Dependent Variable: LABA
Sumber : Output SPSS 19 diolah penulis, 2013 Sesuai dengan hasil analisis regresi pada tabel 4.12 tersebut maka
diperoleh model persamaan regresi linear berganda berikut :
Ŷ
= 0,007 + 0,128 X
1
+ 0,107 X
2
+ 0,102 X
3
- 0,398 X
4
- 0,374 X
5
+ 0,135 X
6
+ e
Model persamaan regresi linear berganda di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta memiliki nilai 0,007 yang berarti jika WCTA, DER, ITO, TATO,
GPM dan OPM konstan, maka pertumbuhan laba akan mengalami kenaikan sebesar 0,007 satuan.
2. Koefisien regresi untuk WCTA memiliki nilai 0,128 yang berarti setiap kenaikan 1 satu satuan yang dialami oleh WCTA, maka akan diikuti oleh
Universitas Sumatera Utara
kenaikan pertumbuhan laba sebesar 0,128 satuan. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba dianggap konstan.
3. Koefisien regresi untuk DER memiliki nilai sebesar 0,107 yang berarti setiap kenaikan 1 satu satuan yang dialami oleh DER, maka akan diikuti oleh
kenaikan pertumbuhan laba sebesar 0,107 satuan. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba dianggap konstan.
4. Koefisien regresi untuk ITO memiliki nilai sebesar 0,102 yang berarti setiap kenaikan 1 satu satuan yang dialami oleh ITO, maka akan diikuti oleh
kenaikan pertumbuhan laba sebesar 0,102 satuan. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba dianggap konstan.
5. Koefisien regresi untuk TATO memiliki nilai sebesar -0,398 yang berarti setiap kenaikan 1 satu satuan yang dialami oleh TATO, maka akan diikuti
oleh penurunan pertumbuhan laba sebesar 0,398 satuan. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba dianggap konstan.
6. Koefisien regresi untuk GPM memiliki nilai sebesar -0,347 yang berarti setiap kenaikan 1 satu satuan yang dialami oleh GPM, maka akan diikuti
oleh penurunan pertumbuhan laba sebesar 0,347 satuan. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba dianggap konstan.
7. Koefisien regresi untuk OPM memiliki nilai sebesar 0,135 yang berarti setiap kenaikan 1 satu satuan yang dialami oleh OPM, maka akan diikuti oleh
kenaikan pertumbuhan laba sebesar 0,135 satuan. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba dianggap konstan.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil