BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi turut berdampak besar pada perkembangan dunia bisnis sehingga terbentuklah sistem bisnis dengan
ruang lingkup yang luas dan kegiatan yang beraneka ragam. Menurut Poerwanto 2006:45 pada dasarnya : “bisnis merupakan kegiatan untuk memproduksi barang
atau jasa yang diperlukan masyarakat secara komersial”. Kegiatan memproduksi barang ini salah satunya dilakukan oleh perusahaan manufaktur, sebagian besar
perusahaan manufaktur di Indonesia telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
Perusahaan yang menjalankan kegiatan bisnis tentunya memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Griffin dan Ebert 1996 dalam Solihin 2006:4
mengatakan bahwa : ”bisnis merupakan aktivitas penyediaan barang dan jasa yang bertujuan untuk menghasilkan profit’’. Lebih luas lagi melalui kegiatan bisnisnya
perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal, kelangsungan hidup perusahaan, konsisten menyediakan barang dan jasa dan dapat membuka lapangan
kerja bagi masyarakat Kasmir, 2012:2-3. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut perusahaan tentunya memerlukan
pengelolaan yang baik, dimana seni atau ilmu untuk mempelajari penyelanggaraan kegiatan bisnis dengan baik tersebut dapat diperoleh melalui
ilmu administrasi bisnis Poerwanto 2006:67. Dengan pengelolaan yang baik maka perusahaan akan mampu menghasilkan pertumbuhan laba yang terus
Universitas Sumatera Utara
meningkat di setiap periode dan dengan demikian kelangsungan hidup perusahaan juga akan semakin panjang. Perusahaan yang memiliki kelangsungan usaha yang
relatif lama going concern menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu menghadapi persaingan bisnis dengan para pesaingnya. Oleh sebab itu manajemen
perusahaan harus berupaya untuk menjaga pertumbuhan laba perusahaan dengan mempertahankan rasio-rasio keuangan perusahaan pada batas yang wajar. Maka
dengan demikian akan tercapai suatu kondisi perusahaan yang stabil dan kelangsungan usaha yang relatif panjang going concern dalam usahanya.
Untuk mempermudah pihak manajemen dalam memonitoring pertumbuhan laba dan rasio-rasio keuangannya, dapat dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut. Menurut Halim 2007:156 melalui analisis terhadap laporan keuangan, akan dapat diketahui posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan yang bersangkutan, dimana dari hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.
Analisis terhadap laporan keuangan dilakukan dengan alat analisis laporan keuangan, sehingga arti laporan keuangan tersebut dapat dengan mudah dibaca,
dimengeri dan dipahami. Alat analisis yang umum digunakan adalah rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis dalam
mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan masa lalu, sekarang bahkan dapat memproyeksikan hasil atau laba yang akan datang Juliana dan Sulardi, 2003
dalam penelitian Hapsari 2007. Apabila rasio-rasio keuangan yang dihitung diinterpretasikan secara tepat
maka akan mampu menunjukkan pada aspek manakah evaluasi dan analisis lebih lanjut harus dilakukan Halim, 2007:156. Oleh karena itu hasil analisis rasio
Universitas Sumatera Utara
keuangan terhadap pertumbuhan laba pada penelitian ini dapat memberikan gambaran kondisi keuangan dan kinerja perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi, sekaligus dapat digunakan untuk menentukan arah dan tujuan perusahaan ke depan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan perusahaan. Selain itu hasil penelitian ini dapat membantu manajemen untuk menjalankan fungsinya dalam mengambil keputusan investasi,
keputusan pembelanjaan dan kebijakan dividen Halim, 2007:2-3. Penelitian mengenai rasio keuangan dalam terhadap pertumbuhan laba
telah banyak dilakukan. Menurut penelitian Putri 2010 rasio likuiditas yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada periode mendatang adalah
Working Capital to Total Asset WCTA. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Hapsari 2007 dan Cahyaningrum 2012 menunjukkan bahwa WCTA tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba untuk periode mendatang. Hasil penelitian Sinaga 2010 dan Sianturi 2010 menunjukkan bahwa
rasio leverage yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba untuk periode mendatang adalah Debt to Equity Ratio DER. Sebaliknya menurut Putri,
Ningsih dan Sitorus 2010, serta Cahyaningrum 2012 bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba untuk periode mendatang.
Menurut penelitian Ningsih 2010 rasio aktivitas yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba untuk periode mendatang adalah Inventory
Turnover ITO. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan Sinaga 2010 dan Sianturi 2010 menunjukkan hasil sebaliknya dimana ITO tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba untuk periode mendatang. Rasio aktifitas yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan laba untuk periode mendatang
Universitas Sumatera Utara
menurut penelitian yang dilakukan Hapsari 2007, Ningsih 2010 dan Cahyaningrum 2012 adalah Total Asset Turnover TATO. Hasil sebaliknya
ditunjukkan oleh penelitian Sinaga, dan Sitorus 2010 serta Sianturi 2010 dimana TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari 2007 menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba adalah
Gross Profit Margin GPM. Akan tetapi menurut penelitian yang dilakukan Ningsih 2010 bahwa GPM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba untuk periode mendatang. Penelitian yang dilakukan Sianturi 2010 menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang juga berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba adalah Operating Profit Margin OPM. Sedangkan menurut penelitian Itasabella 2010 bahwa OPM tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Uraian dari hasil penelitian terdahulu di atas menunjukkan bahwa
penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konsisten atas analisis rasio keuangan dalam terhadap pertumbuhan laba, sehingga menimbulkan pertentangan
antar hasil penelitian yang telah dilakukan research gap. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan dan menguji kembali rasio keuangan yang
menyebabkan ketidakkonsistenan dan pertentangan atas penelitian terdahulu tersebut pada perusahaan manufaktur subsektor industri makanan dan minuman,
yang terdiri atas rasio likuiditas yaitu WCTA, rasio leverage yaitu DER, rasio aktivitas yaitu ITO dan TATO dan rasio profitabilitas yaitu GPM dan OPM.
Sementara itu pertumbuhan laba yang akan diteliti dalam penelitian ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
laba sebelum bunga dan pajak Earning Before Interest and Tax yaitu laba sebelum dikurangi pajak penghasilan.
Penulis ingin melihat apakah dengan populasi yang lebih besar dibanding penelitian yang dilakukan oleh Putri, Sianturi, Sinaga, Sitorus, dan Ningsih 2010
atau dengan populasinya lebih kecil dibanding penelitian yang dilakukan oleh Hapsari 2007 dan Cahyaningrum 2012 akan memberikan hasil penelitian yang
sama atau berbeda. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apakah dengan periode penelitian yang lebih lama yaitu selama enam periode akan memberikan
hasil penelitian yang sama atau berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2008 hingga 2012. Peneliti memilih untuk meneliti perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI karena perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi memiliki kegiatan bisnis yang begitu kompleks mulai dari proses
memperoleh bahan baku, produksi, distribusi dan pemasaran, hingga cara untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Ditambah lagi melalui BEI peneliti
dapat memperoleh data dan laporan keuangan setiap perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pada tabel 1.1 berikut disajikan pertumbuhan laba rata-rata dari setiap perusahaan manufaktur subsektor industri makanan dan minuman yang tergolong
dalam lima subsektor perusahaan selama periode 2008 hingga 2012.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi Tahun 2008-2012 No
Subsektor Perusahaan Rata-Rata Pertumbuhan Laba
2008 2009
2010 2011
2012
1 Makanan dan Minuman
1,64 0,39
0,24 0,52
1,64 2
Rokok 0,14
0,53 0,19
0,21 0,03
3 Farmasi
0,18 0,25
0,22 0,47
0,07 4
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
0,47 0,06
0,07 0,15
0,13 5
Peralatan Rumah Tangga 0,09
0,60 -0,12
0,65 0,10
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan 2008-2012, diolah penulis, 2013 Tabel diatas menunjukkan bahwa selama periode 2008 hingga 2012
kelima subsektor yang tergolong dalam sektor industri barang konsumsi mengalami fluktuasi pertumbuhan laba bahkan cenderung mengalami penurunan.
Pertumbuhan laba pada subsektor makanan dan minuman mengalamai penurunan pada tahun 2009 dan 2010. Sementara itu subsektor rokok mengalami fluktuasi
pertumbuhan laba selama periode 2008-2012, bahkan tahun 2012 turun hingga hanya mencapai 0,03. Hal yang sama juga dialami subsektor farmasi, yang paling
memprihatinkan penurunan pertumbuhan laba pada tahun 2012 hingga mencapai angka 0,07 dari 0,47 di tahun sebelumnya. Subsektor kosmetik dan keperluan
rumah tangga mengalami penurunan drastis pada tahun 2009, sementara itu kenaikan pada tahun 2010 dan 2011 tidak terlalu signifikan. Yang cukup
memprihatinkan adalah subsektor peralatan rumah tangga yang menghasilkan pertumbuhan laba -0,12 pada tahun 2010 walaupun kenaikan di tahun 2011 sangat
tinggi, akan tetapi kembali mengalami penurunan drastis di tahun 2012. Kenyataan yang ditunjukkan oleh tabel 1.1 tersebut tentu berbeda dengan
harapan perusahaan yang menginginkan pertumbuhan laba yang semakin
Universitas Sumatera Utara
meningkat setiap tahunnya untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan yang relatif panjang. Karena bagaimana pun juga untuk dapat meraih pertumbuhan laba
yang terus meningkat demi mempertahankan kelangsungan usahanya, perusahaan manufaktur yang tergolong dalam sektor industri barang konsumsi ini selain
dihadapkan dengan persaingan antar perusahaan dalam sektor industri barang konsumsi di setiap subsector juga dihadapkan dengan perusahaan sejenis yang
belum listing di BEI maupun juga usaha-usaha kecil sejenis. Pertumbuhan laba yang ditunjukkan pada tabel 1.1 tersebut maka
perusahaan yang tergolong dalam sektor industri barang konsumsi bisa saja terancam kelangsungan usahanya. Berdasarkan tabel 1.1 tersebut, dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi fenomena gap antara harapan dengan kenyataan pada perusahaan manufaktur sektor industi barang konsumsi yang terdaftar di
BEI. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh analisis rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Secara umum penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Cahyaningrum 2012, Putri, Sianturi, Sinaga, Sitorus, Ningsih dan Itasabella 2010 serta Hapsari 2007. Perbedaan penelitian yang
dilakukan ini dengan penelitian-penelitian terdahulu terletak pada populasi penelitian, periode penelitian yang berbeda, dan juga jumlah rasio keuangan yang
digunakan terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Oleh karena ketidakkonsistenan dan pertentangan atas hasil penelitian
terdahulu serta fenomena pertumbuhan laba yang terjadi pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di BEI, maka penulis tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Analisis Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012’’.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah