1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini teknologi berkembang sangat pesat, maka hal ini harus diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan. Pelajaran IPA merupakan salah satu
pelajaran yang mendasari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan pelajaran IPA sejak dini. Demikian juga halnya dengan pelajaran IPA, peningkatan mutu pendidikan
IPA mutlak diperlukan namun perlu disadari bahwa peningkatan mutu pendidikan IPA tidak dapat terwujud tanpa adanya peningkatan proses pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA sangat erat hubungannya dengan memahami dan menanggapi pemahaman fisik dalam lingkungan fisik disekelilingnya. Artinya
pada pembelajaran IPA siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuan berdasarkan pengalaman. Namun kenyataannya di lapangan dalam
proses pembelajaran IPA terkadang mengalami hambatan –hambatan, misalnya
media dan alat peraga, pendukung pembelajaran yang minim serta pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di MI.Al- Ma’arif Kali Baru,
Cilincing Jakarta Utara ditemukan bahwa siswa kurang berminat dalam belajar IPA, khususnya pada konsep energi dan kegunaannya dikelas IV semester II. Ini
terlihat dari hasil nilai ulangan harian dimana nilainya dibawah 60 di bawah nilai KKM .
Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama metode yang digunakan oleh guru-guru MI.Al-
Ma’arif dalam proses pembelajaran umumnya adalah metode ceramah dan pembelajaran yang hanya meliputi siswa
datang, duduk dan menulis materi yang telah dituliskan dipapan tulis atau yang didikte oleh guru,mendengarkan guru menjelaskan materi dan mengerjakan tugas.
1
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
2
Pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kondisi jenuh, membosankan monoton dan kurang direspon oleh siswa yang berujung pada tidak maksimalnya
pemahaman siswa terhadap materi. Kedua guru kurang melakukan apersepsi terhadap
siswa, sehingga
peran aktif
siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya masih kurang bermakna, sehingga perlu adanya kolaboratif
antara guru dan siswa. Ketiga kurangnya kemampuan guru untuk menggali pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan fakta di
lapangan yang sering dijumpai siswa. Serta guru umumnya belum mampu mengunakan metode pembelajaran yang mudah, nyaman, dan menyenangkan,
dan tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran tidak tepat sasaran, dan mengakibatkan tidak tercapainya materi dan
tujuan pembelajaran secara optimal. Berdasarkan fakta- fakta di atas, perlu diciptakan kondisi yang efektif,
kondusif dan kreatif, dan bagaimana agar siswa tidak jenuh dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat
menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada di MI.Al- Ma’arif Kalibaru
Cilincing Jakarta Utara. Pendekatan konstruktivisme sangat menarik bila diterapkan dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada konsep energi dan
penggunaannya, karena sesuai dengan karakteristik konstruktivisme itu sendiri. yaitu melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
1
Karena pada dasarnya model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini sifatnya lebih memfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata lain kegiatan pada pembelajaran IPA dengan model konstruktivisme selalu
mengembangkan mind-onnya artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan dialog dengan guru dan juga temannya serta mengembangkan
kemampuan berpikirnya.
2
Misalnya, pada konsep energi dan penggunaannya,
1
Hasil observer
2
Nana Djumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Cet.Pertama, 2009, h.58
PDFill PDF Editor with Free Writer and Tools
3
siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal terkait sumber energi yang sering digunakan di rumah.
Demikan juga pengembangan hands-on, artinya siswa menjadi terampil mengembangkan kegiatan manipulatif dengan tangan dan keterampilan motorik
yang memungkinkan organ indranya melakukan fungsi observasi dan pengalaman secara langsung.
3
Misalnya, peserta didik dapat mengamati energi angin yang dapat menggerakan baling
–baling dan model kincir yang dibuat. Melalui penerapan model konstruktivisme diharapkan hasil belajar siswa
akan lebih meningkat, serta membuat siswa percaya diri dalam mengembangkan kemampuannya secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu peneliti perlu
mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Khususnya pada materi
energi dan penggunaannya. Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Energi dan Penggunaannya Melalui Pendekatan Konstruktivisme.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian