berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974.
45
3. Atas Keputusan Pengadilan
Putusnya perkawinan atas keputusan pengadilan adalah jika hal kepergian salah satu pihak tanpa kabar berita untuk waktu yang lama. Undang-undang
perkawinan tidak menyebutkan berapa lama jangka waktu untuk menetapkan hilangnya atau dianggap meninggalnya seseorang itu.
46
45
Ibid, hal. 289
Putusnya perkawinan atas putusan pengadilan juga bisa terjadi karena adanya permohonan dari salah satu pihak suami atau istri atau para anggota keluarga yang
tidak setuju dengan perkawinan yang dilangsungkan oleh kedua calon mempelai. Atas permohonan ini pengadilan memperbolehkan perkawinan yang telah
berlangsung dengan alasan bertentangan dengan syara’ atau perkawinan tidak sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dalam UU Perkawinan.
Dalam Pasal 39 ayat 1 UU Perkawinan disebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan. Setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian bagi pemeluk agama Islam proses dan penyelesaiannya dilakukan di depan Pengadilan Agama, sedangkan bagi
pemeluk agama non Islam proses dan penyelesaiannya dilakukan di depan Pengadilan Negeri.
46
Nawawi, Perkawinan Campuran problematika dan Solusinya http: sumsel.
kemenag.go.idfiledokumenPERKAWINAN CAMPURANartikel-pdf. Diakses tanggal 28 Juni 2013.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun perceraian itu adalah urusan pribadi baik atas kehendak bersama maupun kehendak salah satu pihak yang seharusnya tidak perlu adanya campur
tangan dari pemerintah, namun demi menghindarkan tindakan sewenang-wenang terutama dari pihak suami dan juga demi kepastian hukum, maka percerian harus
melalui saluran lembaga Pengadilan.
47
Sebenarnya secara teori hampir tidak ada perbedaan antara perceraian dengan putusnya perkawinan atas dasar putusan pengadilan sebab perceraian sendiripun
harus berdasar putusan Pengadilan juga, letak perbedaannya terletak pada dasar :
48
a. Alasan yang dipergunakan untuk mencapai putusan Pengadilan tersebut, di mana
alasan untuk perceraian disebut pada penjelasan Pasal 39 ayat 2. Dimana Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak
akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. b.
Perceraian itu merupakan proses yang memperlihatkan adanya perselisihan antara pihak sepihak dari pihak suami atau istri.
Perkawinan yang didasarkan atas putusan pengadilan, UU No. 1 Tahun 1974 tidak memuat alasan-alasan tertentu dan juga merupakan tindakan sepihak yang
bersifat putusan deklaratoir. Tetapi pendapat di atas ditinjau dari segi teoritisnya, sehingga dalam praktek
sangat sulit membedakannya, ada dua alasan lagi yang tidak disebut dalam Pasal 39 ayat 2 UU Perkawinan sebagai berikut :
47
Sigit Budhiarto, Putusnya Perkawinan, Embedhttp: www.slideshare.netsigitbudhiarto putusnya-perkawinan. Diakses 5 Desember 2013
48
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 179
Universitas Sumatera Utara
1. Karena tidak sanggup memberi nafkah
Apabila suami tidak mampu mencukupi nafkah istri dapat meminta kepada pengadilan agar perkawinannya dapat batal atau putus.
2. Alasan yang benar-benar murni putusan Pengadilan adalah karena suami atau istri
hilang tidak tahu kemana perginya. Tapi dalam hal ini harus dibedakan dengan alasan meninggalkan tempat
kediaman bersama selama dua tahun tanpa persetujuan izin dari salah satu pihak. Dalam hal hilang, atau perginya dari tempat kediaman diketahui dan atas persetujuan
bersama antara suami dan istri. Tujuan semulapun diketahui akan tetapi karena sebab sesuatu seperti
kecelakaan ataupun oleh karena bencana alam, tidak lagi diketahui keberadaannya sekalipun telah diadakan pencarian.
Ukuran waktu untuk pembatalan dalam keadaan seperti yang disebutkan di atas, dalam Undang-Undang sendiri hal itu tidak ada di atur. Tapi sekedar orentasi
hukum, hukum Islam pada umumnya berpegang pada jangka waktu 4 tahun. Maka dalam hal tersebut si istri dapat meminta putusan dari pengadilan bahwa
perkawinannya telah putus dengan suaminya berdasarkan keadaan hilangnya suami.
49
F. Akibat Putusnya Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun