BAB III PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1974
A. Perkawinan Campuran menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974
1. Pengertian perkawinan campuran
Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Pasal 57 yang berbunyi : “yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-Undang
ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah
satu pihak berkewarganegaraan Indonesia”.
Perkawinan tersebut menggambarkan dengan jelas mengenai defenisi
perkawinan campuran yakni perkawinan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraannya, dimana salah satunya adalah Warga Negara Indonesia. Dengan
demikian yang dimaksud dengan perkawinan campuran berdasarkan hukum Perkawinan yang berlaku di Indonesia bukan berarti perkawinan antara dua orang
yang berbeda agama.
60
“perkawinan campuran yang dilakukan di Indonesia, dilakukan menurut undang-undang perkawinan ini”.
Menurut hukum perkawinan Indonesia dalam UU Perkawinan hanya menekankan pada perbedaan kewarganegaraan dan salah satunya Warga Negara
Indonesia.
Pasal 59 ayat 2 UU Perkawinan No 1 tahun 1974 yang menyatakan :
60
Sania Indah, Perkawinan Campuran, http:tsaniaindah.blogspot.com201210perkawi nan- campuran .html. Diakses tanggal 23 November 2013
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, antara seoarang laki-laki Warga Negara Jepang, yang bertempat tinggal di Indonesia dengan seorang perempuan Warga Negara Indonesia, yang juga berdiam di
Indonesia jika kedua-duanya beragama Islam, maka perkawinan dapat dilangsungkan menurut hukum Islam dan perkawinan tersebut dicatat oleh pegawai pencatat nikah.
61
2. Asas-asas dalam perkawinan campuran
1. Asas yang terdapat dalam Undang-Undang kewarganegaraan
Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006 sebagaimana
terurai dalam pasal-pasal dan ditegaskan dalam Penjelasan umumnya. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:
62
a. Asas ius sanguinis law of the blood adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
b. Asas ius soli law of the soil secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
61
Mohd. Idris Ramulyo, Op,Cit, hal. 197
62
Nani Mediatati Lecture http:kurikulumpkn.blogspot.com20101
2 asas-asas
kewarga negaraan. Html. Diakses tanggal 8 Desember 2013
Universitas Sumatera Utara
c. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang. d.
Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini. Dalam UU No.12 Tahun 2006 pada dasarnya tidak mengenal
kewarganegaraan ganda bipatride ataupun tanpa kewarganegaraan apatride. Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang
Kewarganegaraan merupakan suatu pengecualian. Selain asas tersebut di atas, beberapa asas khusus juga menjadi dasar
penyusunan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut :
63
1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan
kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita
dan tujuannya sendiri. 2.
Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlidungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia
dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri.
63
Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan
bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak
hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga
negara pada khususnya. 7.
Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh
atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.
2. Asas-asas dalam Hukum Perdata Internasional
Universitas Sumatera Utara
Asas-asas utama yang berkembang dalam Hukum Perdata Internasional tentang hukum yang harus digunakan untuk mengatur validitas material suatu
perkawinan adalah :
64
1. Asas lex loci celebrationis yang bermakna bahwa validitas material suatu
perkawinan harus ditetapkan berdasarkan kaidah hukum dari tempat di mana perkawinan dilangsungkan.
2. Asas yang menyatakan bahwa validitas material suatu perkawinan ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-masing pihak menjadi warga Negara sebelum perkawinan dilangsungkan.
3. Asas yang menyatakan bahwa validitas material perkawinan harus ditentukan
beradasarkann system hukum dari tempat masing-masing pihak berdomicile sebelum perkawinan dilangsungkan.
4. Asas yang menyatakan bahwa validitas material perkawinan harus ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat dilangsungkannya perkawinan locus celebrationis, tanpa mengabaikan persyaratan perkawinan yang berlaku di dalam
system hukum para pihak sebelum perkawinan dilangsungkan. Beberapa asas-asas yang berkembang tentang akibat-akibat perkawinan
seperti masalah hak dan kewajiban suami-istri, harta kekayaan perkawinan, dan sebagainya, adalah sebagai berikut :
65
1. Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan lex loci celebrationis
64
Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 170-171
65
Ibid, hal.171
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem hukum dari tempat suami istri bersama-sama menjadi warga Negara
setelah perkawinan gemeenschapelijke nationaliteitjoint nationality. 3.
Sistem hukum dari tempat suami-istri berkediaman tetap bersama setelah perkawinan gemeenschapelijke woonplatsjoint residence, atau tempat suami-
istri berdomicile tetap setelah perkawinan. Tidaklah jelas asas mana yang digunakan di dalam hukum perkawinan di
Indonesia, Pasal 62 UU Perkawinan hanya menyatakan bahwa kedudukan anak dalam perkawinan campuran ditentukan berdasarkan kewarganegaraan yang diperoleh
setelah perkawinan atau setelah berakhirnya perkawinan. Sebenarnya bila disadari bahwa akibat-akibat perkawinan menyangkut atau
dipengaruhi oleh aspek Public Policy ketertiban umum dan moralitas sosial di suatu Negara, maka disarankan akibat-akibat perkawinan diatur berdasarkan asas b dan c di
atas.
66
B. Syarat Melaksanakan Perkawinan Campuran