1. Karena kematian
Kematian merupakan suatu peristiwa alam yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Kematian ini tentu mengakibatkan akibat hukum. Kematian
dalam hal perkawinan merupakan suatu peristiwa meninggalnya salah satu pihak atau kedua pihak yang menjadi subjek hukum dalam perkawinan.
Jika salah satu pihak baik suami atau istri meninggal dunia dengan sendirinya perkawinan itu terputus, pihak yang masih hidup boleh kawin lagi, bilamana segala
persyaratan yang telah ditentukan oleh ketentuan yang berlaku dipenuhi sebagaimana mestinya.
43
2. Karena perceraian
Dalam kenyataannya prinsip-prinsip berumah tangga sering kali tidak dilaksanakan, sehingga suami dan istri tidak lagi merasa tenang dan tentram serta
hilang rasa kasih sayang dan tidak lagi saling cinta mencintai satu sama lain, yang akibat lebih jauh terjadinya perceraian.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pasal 39 UU Perkawinan menyatakan :
1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara
suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. 3.
Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.
43
Ibid. hal. 280
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan yang termuat di dalam pasal tersebut di atas khususnya ayat 2, penjelasan atas UU Perkawinan lebih lanjut menyebutkan bahwa alasan-alasan yang
dapat dijadikan dasar untuk perceraian adalah sebagai berikut :
44
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
sebagainya yang sukar di sembuhkan. Disamping alasan-alasan yang lain, alasan telah melakukan zina adalah
merupakan alasan penting untuk memohon suatu perceraian, sesungguhnya pada mulanya alasan ini sangat sulit dibuktikan, apa lagi bila pihak untuk siapa alasan ini
dipergunakan memungkiri perbuatan tersebut, biasanya pihak yang bersalah dituntut terlebih dahulu di hadapan hakim pidana. Atas dasar putusan ini perkara perdatanya
tidak akan mengalami kesulitan untuk diputuskan. Adakalanya untuk menghindarkan kesulitan-kesulitan yang dialami para pihak yang ingin bercerai, mengajukan bukti
telah melakukan perzinahan dengan cara yang tidak baik yaitu membiarkan bahkan mendorong pihak yang lain untuk melakukan zina dengan orang lain.
2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin
pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemauannya. Dalam hal meninggalkan salah satu pihak ini iktikadnya yang memang ingin
meninggalkannya tanpa suatu alasan yang sah dan tanpa izin dari orang yang ditinggalkan itu. Seandainya kepergiannya itu karena hendak berlibur, dinas luar kota,
urusan dagang dan lain-lain demi kepentingan yang berkaitan dengan kelangsungan kehidupan mereka di masa yang akan datang, sudah tentu sebab-sebab tersebut
44
Ibid, hal. 288
Universitas Sumatera Utara
tidaklah dapat digunakan oleh pihak yang ditinggalkan untuk digunakan sebagai alasan memohon perceraian.
Permasalahannya adalah bagaimana halnya karena kepergiannya itu disebabkan oleh karena yang bersangkutan tidak tahan lagi untuk tinggal bersama
orang yang ditinggalkannya, misalnya karena keduanya ini berlaku kejam dan suka menganiaya atau mengusirnya secara paksa.
Tentang penyebutan kata berturut-turut adalah sangat penting jika tidak disebutkan dengan tegas ada kemungkinan kepergian yang terputus-putus asal
jumlahnya dua tahun atau lebih dapat dijadikan alasan untuk memohon perceraian. 3.
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
Masa hukuman jangka waktu lima tahun adalah merupakan waktu yang cukup lama untuk mempertimbangkan apakah perkawinan mereka akan dilanjutkan atau
tidak. Seperti dalam alasan zina, tuntutan atas dasar ini cukup dengan melampirkan putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan tetap. Salinan putusan itu bagi hakim
merupakan suatu bukti yang cukup untuk mengabulkan permohonan perceraian. 4.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain.
Undang-undang Perkawinan tidak menjelaskan lebih lanjut tentang kekejaman atau penganiayaan yang berat yang bagaimana yang dapat dijadikan alasan untuk
memohon perceraian. Penyebutan kata membahayakan di dalam ketentuan ini memang sudah seharusnya untuk menghindarkan suatu penafsiran, misalnya saja baru
Universitas Sumatera Utara
kena tampar satu kali lantas perbuatan ini dikatakan sebagai tidak membahayakan digunakan untuk alasan untuk memohon perceraian.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri. Sama halnya dengan kekejaman atau penganiayaan, alasan cacat badan atau
mengidap suatu penyakit juga tidak memperoleh penjelasan yang lengkap di dalam Undang-undang Perkawinan. Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya cacat atau
penyakit itu disembunyikan oleh salah satu pihak sehingga pihak lain mengetahuinya pada waktu melangsungkan perkawinan. Jika cacat atau penyakit itu telah diketahui
oleh pihak lain dengan sendirinya tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk bercerai. 6.
Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Kebahagian dan kesejahteraan suatu perkawinan tidak akan dapat tercapai kalau di antara suami istri itu terus menerus bertengkar dan berselisih paham. Apapun
yang menjadi alasannya, keadaan serupa itu sangat tidak menguntungkan kedua pihak beserta anak-anaknya. Undang-undang Perkawinan memberi kesempatan kepada
mereka untuk berpisah dalam bentuk perceraian jika sekiranya pengadilan berpendapat bahwa kerukunan tidak mungkin lagi akan dapat dicapai karenanya.
Di dalam suatu perkawinan diharapkan tidak akan terjadi perceraian, karena dengan terjadinya perceraian akan menimbulkan berbagai permasalahan. Namun
apabila tetap terjadi perceraian, maka perkawinan yang dilaksanakan di Indonesia dan pihak suami warga negara Indonesia, jelas syarat-syarat dan alasan perceraian harus
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974.
45
3. Atas Keputusan Pengadilan