Pengertian Perkawinan Pengertian dan Asas Perkawinan

harkat, dan martabat wanita, sedangkan pengaturan itu sejalan dengan tugas negara untuk memberikan perlindungan terhadap kesucian dan keseluruhaun tujuan perkawinan. 16

B. Pengertian dan Asas Perkawinan

Dengan adanya Undang-Undang Perkawinan, walaupun belum sempurna dan pelaksanaannya masih jauh dari memuaskan, baik teoritis maupun praktis tetapi telah memberikan suatu pegangan.

1. Pengertian Perkawinan

Pengertian perkawinan menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang berlaku di Indonesia terdapat dalam Pasal 1 yakni : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia, kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Suatu “ikatan bathin” adalah merupakan hubungan yang tidak formil, suatu ikatan yang tidak dapat dilihat. Walau tidak nyata, tapi ikatan itu harus ada. Karena tanpa adanya ikatan bathin, ikatan lahir akan menjadi rapuh. Terjalinnya ikatan lahir dan ikatan batin, merupakan fondasi dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal. Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang 16 Rachmadi Usman, Op.Cit., hal 243-244 Universitas Sumatera Utara bahagia dan kekal, dapat diartikan bahwa perkawinan itu haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. 17 Disebutkan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan bahwa perkawinan itu adalah peristiwa agama dan dilakukan untuk memenuhi perintah agama. Digunakan kata “seorang pria dan wanita” mengandung arti bahwa perkawinan itu hanyalah antar jenis kelamin yang berbeda. Hal ini menolak perkawinan sesama jenis yang waktu ini dilegalkan oleh beberapa Negara Barat. Digunakan ungkapan “sebagai suami istri” mengandung arti bahwa perkawinan itu adalah bertemunya dua jenis kelamin yang berbeda dalam suatu rumah tangga, bukan hanya dalam istilah “hidup bersama”. Dalam defenisi tersebut disebutkan pula tujuan perkawinan, yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia, dan kekal yang menafikan sekaligus perkawinan temporar sebagaimana yang berlaku dalam perkawinan mut’ah dan perkawinan tahlil. 18 Hal ini lebih menjelaskan bahwa perkawinan merupakan peristiwa agama dan oleh karena itu orang yang melaksanakannya telah melakukan perbuatan ibadah. 19 17 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, cetakan ke-4, 1976, hal. 14 18 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Perdana Media,Jakarta, Cetakan ke-2, 2007, hal. 40 19 Ibid, hal. 41 Defenisi perkawinan menurut para ahli sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Menurut Imam Syafi’i, perkawinan adalah suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan menurut arti majazi perkawinan itu artinya hubungan seksual. 2. Hazairin, dalam bukunya Hukum Kekeluargaan Nasional mengatakan perkawinan itu adalah hubungan seksual. Menurut beliau itu tidak ada perkawinan bilamana tidak ada hubungan seksual. 3. Menurut Sajuti Thalib, perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan perempuan untuk membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia. 20

2. Asas Perkawinan