Praktisi Akademis Mahasiswa Manfaat Praktis
15 Menurut Amat dan Gowthorpe 2004 creative accounting
adalah transformasi informasi keuangan dengan menggunaka n pilihan metode estimasi, dan praktik akuntansi yang diperbolehkan
oleh staandar akuntansi. Pendapat di atas sama dengan pendapat Arrozi 2008 bahwa proses transformasi akuntansi dalam laporan
keuangan menggunakan
berbagai alternatif pilihan
metoda akuntansi
dengan melakukan estimasi
prediksi, artificial,
rekayasa, manipulasi, serta implementasi pelaksanaan yang
diijinkan oleh aturan standar akuntansi. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sulistiawan 2003, bahwa creative accounting
yaitu aktivitas badan usaha untuk memanfaatkan teknik dan kebijkan akuntansi untuk mendapatkan hasil yang diinginka n.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, ada dua hal yang dapat disimpulkan dalam memahami creative accounting. Dua hal
tersebut yaitu pilihan
metode akuntansi dan fokus untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Adanya kebebasan dalam memilih metode-metode akuntansi cenderung akan menciptakan
peluang besar terjadinya sikaptindakan oportunis opportunistic behavior
dari pelaku bisnis
manajemen atau pemilik.
Ketersediaan pilihan beberapa metode tersebut juga menunjukka n adanya ranaharea abu-abu grey area, yang merupakan celah bagi
setiap orang maupun tiap entitas melancarkan tujuan yang akan
16 dicapai, dapat jadi dengan tidak memperdulikan sisi etis dari
tindakannya tersebut. e. Alasan Melakukan Creative Accounting
Menurut Harry Andrian 2013 ada empat alasan melakukan creative accounting,
yaitu : 1. Perlakuan Akuntansi yang Bervariasi
Perlakuan akuntansi yang bervariasi bersumber dari
fleksibilitas pelaporan keuangan karena standar akuntansi mengijinkan melakukan itu. Berdasarkan standar, perusahaan
dapat memilih dan menerapkan beberapa model pengukuran secara fleksibel. Sebagai akibatnya, perusahaan yang bergerak
dalam bidang usaha yang sama mungkin menyajikan laporan yang berbeda. Demikian juga dengan transaksi - transaksi
keuangan dan kondisi ekonomi yang ada tidak selalu sama sehingga bisa digunakan model pengukuran yang berbeda,
bahkan untuk perusahaan sejenis sekalipun. Beberapa contoh fleksibilitas ini yaitu: penentuan biaya persediaan FIFO
Average, pengakuan pendapatan tunai, cicilan atau tingkat penyelesaian, model pengukuran aset tersedianya dua metode
pengukuran: metode biaya dan metode revaluasi dan tersedianya beragam macam metode penyusutan aset, uji penurunan nilai
standar memberikan pilihan untuk menilai penurunan nilai dan estimasi provisi tergantung pada pertimbangan manajemen.