63 Aliyah, tanggal 13 April 2010 dari Badan Standar
Nasional Pendidikan BSNP; dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
158 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
4.2.2. Aspek Masukan Input
Aspek Masukan Input ini meliputi rencana pelaksanaan
program; Mekanisme
Pelaksanaan Program; Sumber Daya Sekolah; Pembiayaan; Sarana
dan Prasarana; dan Jadwal.
4.2.2.1. Rencana Pelaksanaan Program
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan Wakil
Kepala Sekolah
bagian kurikulum, peneliti mendapatkan informasi bahwa:
“…sekolah membuat sendiri buku panduannya.Kita dapatnya lewat pelatihan-pelatihan, dan diklat-diklat,
karena pada waktu itu petunjuk teknis yang dibakukan itu belum ada, tetapi ada SMA yang sudah
melaksanakan program SKS terlebih dahulu, yaitu SMA 78 Jakarta dan SMA 3 Bandung. Nah kita belajar
dari mereka. Pada waktu itu ketika masih gencar- gencarnya RSBI mau menjadi SBI itukan sekolah-
sekolah yang RSBI itu harus bisa melaksanakan SKS, karena itu maka kemudian diadakan pelatihan besar-
besaran bagi sekolah RSBI itu, nah salah satu narasumbernya ya dari SMA 78 Jakarta. Karena
mereka sudah melaksanakan lama, maka mereka memberikan
panduan dari
sekolahnya. Baru
kemudian dari SMA 1 Salatiga mengembangkan sendiri. Nah, karena pada waktu itu setelah kita
mendapat pelatihan kemudian kita melakukan studi banding kesana ke SMA 78 Jakarta dan SMAN 3
Bandung. Ternyata dua sekolah ini memiliki dua versi yang berbeda, kemudian kita meramu dari kedua
64
sekolah tersebut untuk kemudian diterapkan di SMAN 1 Salatiga.”Wawancara Selasa, 1 September 2015.
Dari hasil wawancara dengan guru peneliti juga mendapatkan keterangan bahwa:
“Dalam merencanakan program ini tidak semua guru dilibatkan. Kepala sekolah sudah membentuk Tim
Pengembangan Kurikulum TPK di dalamnya juga ada anggota bidang kurikulum, nah tim inilah yang
terlibat dalam perencanaan program, mulai studi banding kemudian menyiapkan IHT In house Training
bagi guru-guru lain, mengikuti diklat, dan yang membuat buku panduan.
”Wawancara, Jumat 28 Agustus 2015.
Dari hasil
wawancara dengan
Kepala Sekolah,Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum dan
Guru di SMAN 1 Salatiga, peneliti membuat simpulan bahwa dalam perencanaan pelaksanaan program pihak
sekolah telah
membentuk tim
khusus dalam
perencanaan program yang beranggotakan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
beserta Guru-guru yang masuk dalam tim bidang kurikulum yang selanjutnya disebut sebagai Tim
Pengembang Kurikulum TPK. Dalam perencanaan program Guru di SMAN 1 Salatiga tidak dilibatkan
secara keseluruhan demi efisiensi waktu dan efektifitas kerja.
Dalam perencanaan program, tim pengembangan kurikulum TPK mengikuti beberapa diklat pendidikan
dan latihan terkait dengan program SKS dimana pembicaranya berasal dari guru-guru SMA Negeri 78
Jakarta, dan beberapa pakar SKS dari Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang
salah satunya merupakan Kepala Sekolah SMAN 1 Salatiga saat itu yakni Drs. Saptono Nugrohadi, M.Pd.,
65 M.Si. Kemudian tim pengembangan kurikulum TPK
melakukan studi banding ke beberapa sekolah yang telah melaksanakan program SKS terlebih dahulu,
yaitu SMA Negeri 3 Bandung dan SMA 78 Jakarta. Setelah melakukan diklat dan studi banding, tim
pengembangan kurikulum
TPK membuat
buku panduan program SKS yang disesuaikan dengan
kondisi dan situasi sekolah yang dikembangkan dari buku panduan yang diperoleh dari SMA Negeri 3
Bandung dan SMA 78 Jakarta. Selanjutnya pihak sekolah mengadakan In House
Training IHT di tahun 2013 di SMA Negeri 1 Salatiga dengan melibatkan seluruh guru dan staff sebagai
peserta, dengan pembicara yang berasal dari SMA Negeri 3 Bandung. Di dalam In House Training IHT
tersebut tim pengembangan kurikulum memberikan sosialisasi kepada guru tentang sistem kredit semester
yang akan diterapkan di SMAN 1 Salatiga. Bukti untuk kegiatan perencanaan program SKS
di SMAN 1 Salatiga kurang mendukung dikarenakan kegiatan tersebut sudah dilaksanakan ±4 tahun yang
lalu, sehingga peneliti kesulitan mendapatkan bukti dokumentasi dari kegiatan IHT dan studi banding.
Namun, peneliti telah melakukan pengecekan data kepada beberapa guru yang ikut terlibat dalam tim
pengembangan kurikulum, para guru membenarkan bahwa kegiatan studi banding dan IHT pernah
dilakukan. Guru-guru yang tidak terlibat dalam tim pengembangan kurikulum juga membenarkan adanya
66 kegiatan IHT sebelum program SKS dilaksanakan di
SMAN 1 Salatiga.
4.2.2.2. Mekanisme Pelaksanaan Program