Pelaksanaan Sistem Kredit Semester

80

4.2.3.2. Pelaksanaan Sistem Kredit Semester

Pelaksanaan SKS di SMAN 1 Salatiga sudah berjalan sesuai dengan tujuan awal. Dimana peserta didik yang aktif akan mendapatkan SKS yang lebih banyak sesuai dengan Indeks Prestasi Kumulatif IPK yang didapatkan dimana mereka dapat mengambil pengayaan di semester selanjutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Wakasek bagian Kurikulum berikut ini: “Ketika peserta didik aktif dan mendapatkan IPK yang lebih bagus dibandingkan teman-temannya, sesuai dengan buku panduan peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran lebih banyak di semester selanjutnya, misalnya siswa semester 1 mendapat IPK 3,6 maka siswa tersbeut di semester 2 dapat mengambil mata pelajaran semester 2 ditambah mata pelajaran semester 3. Dimana pelaksanaan pembelaja- rannya dilakukan di semester pendek yang biasanya ada di akhir semester atau bisa juga di jam pelajaran tambahan setelah pelajaran reguler selesai di semester selanjutnya. Dimana semua anak di semester 2 yang akan mengambil mata pelajaran tambahan semester 3 dikelompokkan menjadi satu kelas diluar jam pelajaran reguler. ” Wawancara pra penelitian, Kamis 2 Juli 2015. Sedangkan bagi peserta didik yang kurang aktif dan memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum KKM harus melakukan perbaikan yang dilakukan di luar jam pelajaran reguler agar dapat memperbaiki nilainya, seperti yang diungkapkan oleh Wakasek bagian Kurikulum berikut ini: “Ketika ada peserta didik yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, peserta didik tersebut berhak mengambil pengayaan di semester pendek yang biasanya ada di akhir semester dimana ada minimal 8 kali pertemuan, atau bisa juga pengayaan dilakukan di luar jam pelajaran reguler di 81 semester berikutnya.” Wawancara Selasa, 1 September 2015 Pelaksanaan pembelajaran dengan program SKS di SMAN 1 Salatiga masih semi paket. Dimana masih terdapat mata pelajaran yang diwajibkan di masing- masing jurusan IPA, IPS, dan Bahasa, sedangkan untuk mata pelajaran peminatan dan lintas minat, peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajarannya sendiri. Sedangkan bagi peserta didik yang ingin mengambil Percepatan, pihak sekolah membuat berbagai seri mata pelajaran dimana dalam pelaksanaannya peserta didik dibimbing agar dapat menyelesaikan seluruh SKSnya dalam jangka waktu 2 tahun, agar peserta didik tersebut dapat mengikuti Ujian Nasional bersama dengan peserta didik lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala penerapan program SKS, pihak pemerintah belum memfasilitasi peserta didik yang dapat menyelesaikan masa studinya ketika berada di semester antara. Seperti pemaparan Wakasek bagian kurikulum berikut ini: “Pihak sekolah menuntun peserta didik dengan program percepatan agar dapat menyelesaikan masa studinya selama 2 tahun, agar peserta didik tersebut dapat mengikuti ujian bersama kakak tingkatnya. Karena dari pemerintah belum memberikan regulasi yang jelas bagi peserta didik yang dapat menyelesaikan studinya selama 2,5 tahun. Peserta didik tersebut terpaksa harus menunggu sampai Ujian Nasional dilaksanakan. Sehingga hal tersebut menjadi sesuatu yang sia-sia. Oleh karena itu pihak sekolah menyiasati dengan membuat seri mata pelajaran agar para siswa dapat selesai dalam jangka waktu 3 tahun atau 3 tahun.” Wawancara, Selasa, 1 Sepetember 2015 82 Kendala lain yang muncul dalam pelaksanaan SKS ini juga dialami oleh peserta didik yang telah mengambil SKS lebih banyak dibandingkan teman- temannya, seperti penuturan dari salah satu peserta didik kelas XII seperti berikut: “Program SKS menurut saya sesuatu yang kurang bermanfaat, contohnya saya. Dulu di semester 3 saya dapat mengambil mata pelajaran lebih banyak dibandingkan teman-teman sehingga saya ikut mengambil mata pelajaran tambahan dari semester 5. Tapi saya malah menjadi kelelahan dan mendapat nilai kurang memuaskan karena selain pelajaran reguler saya harus ikut pelajaran tambahan di luar jam pelajaran reguler. Apalagi setelah di semester 5 sekarang, karena mata pelajaran itu sudah saya ambil di semester 3, saya hanya bisa duduk diam di kelas dan tetap mengikuti pelajaran tapi tidak mendapatkan nilai, karena nilai sudah saya dapatkan di semester 3. Saya sebenarnya diperbolehkan keluar ruangan, tapi untuk apa, toh saya sendirian tidak ada temannya, ya akhirnya tetap ikut pelajaran di kelas.” Wawancara Rabu, 26 Agustus 2015. Sedangkan pemaparan dari salah satu guru SMAN 1 Salatiga, menyebutkan dengan aturan yang baru dimana sekolah menerapkan “five days school” pada tahun ajaran 20152016 sehingga terjadi penyesuaian jadwal yang menyebabkan program SKS diperbaiki kembali yang menyebabkan terganggunya program SKS yang telah berjalan sebelumnya. Sedangkan dari guru SMAN 1 Salatiga yang lain, menyebutkan kendala dalam penerapan program SKS ini disebabkan kurangnya SKS yang didapatkan, seperti dalam petikan wawancara berikut ini: “Kendala pelaksanaan SKS itu dikarenakan adanya tuntutan dari pemerintah yang mewajibkan guru mengajar 24 jam, sedangkan di semester tertentu SKS untuk mata pelajaran tersebut sangat sedikit. Sehingga SKSnya hanya sedikit sedangkan jumlah 83 guru mata pelajaran tersebut banyak. Sehingga akhirnya guru harus mengajar mata pelajaran lain untuk memenuhi jam mengajarnya. ” Wawancara Senin, 31 Agustus 2015. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yang berasal dari peserta didik di kelas XII, menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara program SKS dengan pembelajaran menggunakan kurikulum biasa. Peserta didik merasa penjelasan di buku panduan SKS kurang rinci sehingga masih banyak pertanyaan muncul tentang program SKS. Seperti petikan wawancara dengan salah satu peserta didik kelas XII berikut ini: “Waktu awal aku masuk belum ada yang namanya KRS, nah setelah aku kelas XI baru muncul yang namanya KRS. Karena aku dan temen-temen masih belum paham itu KRS, aku coba tanya ke pembimbing akademik atau wali kelas. Tapi wali kelas belum tahu jawabannya trus mau ditanyain ke bagian kurikulum. Tapi sampai ditunggu lama tidak ada penjelasan lebih lanjut. Coba cari di buku panduan juga tidak ada.” Wawancara Rabu, 26 Agustus 2015 Berdasarkan hasil wawancara secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas XII yang telah melaksanakan program SKS selama ±2 tahun masih belum memahami program SKS secara keseluruhan. Peserta didik hanya mengikuti jadwal yang dibuat oleh pihak sekolah. Lebih dari itu, dapat peneliti simpulkan masih terdapat kendala dalam pelaksanaan program SKS terutama berkaitan dengan mekanisme pelaksana- annya dan kurangnya regulasi dari pemerintah untuk mendukung program ini. 84

4.2.3.3. Penilaian Hasil Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga T2 942011039 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga T2 942011039 BAB II

0 1 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga T2 942011039 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga

1 1 49

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Kelas Bilingual Di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga T2 BAB IV

0 0 44

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual Bidang Studi Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga T2 BAB IV

0 1 46

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB IV

0 0 25

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB IV

0 1 26

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB II

0 0 36