58
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam sub-bab ini akan disajikan hasil penelitian dari aspek konteks, masukan, proses, dan hasil dari
pelaksanaan program sistem kredit semester SKS di SMA Negeri 1 Salatiga.
4.2.1. Aspek Konteks Context
Aspek konteks ini meliputi empat hal yaitu identifikasi kebutuhan, latar belakang pelaksanaan
program, kebijakan dari pemerintah, dan visi misi sekolah.
4.2.1.1. Identifikasi Kebutuhan
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Kepala Sekolah sebagai berikut:
“
SKS ini bertujuan agar pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat anak, karena dengan SKS tatap
muka bisa dilanjutkan di luar jam pelajaran. Tentunya bukan SKS murni tetapi masih SKS semi
paket, saya kira kalau di perguruan tinggipun kalau SKS murni bisa tidak pulang sampai malam ya. Di
sini ada 6 seri mata pelajaran ya mbak ada 4 seri juga, disini juga ada kelas percepatan dimana harus
ditempuh dalam 4 semester. Dengan SKS ini anak bisa memilih sesuai dengan IP yang didapatkannya,
jadi memang tujuan kami untuk hal-hal seperti itu. Jika ada anak pintar kan kasihan kalau harus
menunggu teman-temannya, jadi dengan SKS si pintar ini bisa mendapatkan SKS lebih banyak. SKS
sudah berjalan selama 3 tahun di SMAN 1 Salatiga. Program SKS ini juga bertujuan untuk menjawab
tuntutan jaman, dan untuk melayani anak-anak sesuai dengan kebutuhannya, dengan SKS ini kami
bisa melayani anak-anak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.
”Wawancara Rabu, 2 September 2015.
Lebih lanjut lagi hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum menyebutkan:
59
“Pada waktu itu SMAN 1 Salatiga terpilih sebagai Rintisan
Sekolah Bertaraf
Internasional RSBI,
padahal untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional SBI dalam pelaksanaan pembelaja-rannya harus
mengunakan sistem kredit semester SKS. Sehingga agar SMAN 1 Salatiga bisa segera menjadi SBI maka
sekolah menggunakan program SKS. Kemudian RSBI dihentikan,
tetapi SMAN
1 Salatiga
tetap menggunakan program SKS. Pada waktu itu merujuk
pada permendikbud 81 A sebenarnya bukan hanya sekolah RSBI saja yang bisa melaksanakan program
SKS, tetapi juga sekolah dengan kategori mandiri dan sekolah-sekolah berstandar Nasional sudah bisa
melaksanakan program SKS. Dalam sks tersbeut ada ketentuan bahwa beban belajar di SMA bisa paling
cepet 2 tahun, paling lama 5 tahun, tetapi kemudian direvisi menjadi paling lama 4 tahun. Selain tujuan
untuk menjadi sekolah SBI, SMAN 1 Salatiga menggunakan program SKS dengan tujuan untuk bisa
memfasilitasi
peserta didik
agar lebih
cepat menyelesaikan sekolahnya di SMA, terutama bagi
peserta didik dengan kategori Cerdas Istimewa CI. Hal ini pertama kali dicetuskan oleh kepala sekolah
waktu itu, yaitu bapak Saptono. Pada waktu itu beliau berpikiran selain agar SMAN 1 Salatiga menjadi
skeolah
SBI, pelaksanaan
program SKS
juga dimaksudkan agar dapat meluluskan anak selama 2
tahun, sehingga nantinya hal ini dapat menjadi ciri khusus dari SMAN 1 Salatiga.
”Wawancara Selasa, 1 September 2015.
Dari kedua hasil petikan wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa pada mulanya yang
menjadi kebutuhan
SMAN 1
Salatiga sehingga
menerapkan Sistem Kredit Semester SKS karena adanya surat keputusan kepala dinas provinsi Jawa
Tengah yang menunjuk SMAN 1 Salatiga sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI. Dimana
dalam panduan pelaksanaannya sekolah RSBI ini diwajibkan
untuk menggunakan
Sistem Kredit
Semester SKS dalam penyelenggaraan sistem program pendidikan di sekolahnya. Namun ketika RSBI dihenti-
60 kan pihak sekolah tidak serta merta menghentikan
program SKS,
hal ini
dikarenakan munculnya
kebutuhan lain dalam penerapan program ini. Pihak sekolah menganggap dengan adanya program SKS
sekolah dapat memfasilitasi peserta didik yang memiliki kategori
Cerdas Istimewa
CI untuk
dapat mempersingkat masa studinya menjadi minimal 2
tahun. Kepala Sekolah yang menjabat pada waktu itu
Bapak Saptono di tahun 2011, sudah memiliki wacana untuk menjadikan masa studi yang singkat sebagai
program unggulan di SMAN 1 Salatiga, sehingga melalui SKS sekolah dapat mewujudkan wacana
tersebut. Dari pihak SMA Negeri 1 Salatiga telah berinisiatif untuk mengajukan perijinan bagi penerapan
SKS di sekolahnya, namun karena adanya kendala berkaitan dengan perijinan dari pihak Dinas Pendidikan
maka penerapan SKS belum bisa dilaksanakan. Setelah dilakukan evaluasi serta adanya hasil
verifikasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah pada tanggak 9-14 Desember 2012 dan tanggal 4-5
September 2013, maka ketika RSBI dihentikan SMAN 1 Salatiga
diberikan persetujuan
untuk tetap
melaksanakan SKS, dengan Surat Keputusan SK dari Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
terbit, dengan nomor 42019148 yang bertanggal 11 Oktober 2013 berdasarkan hasil studi dokumen.
Pernyataan dari Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum tersebut juga didukung
dengan pernyataan dari para guru di SMAN 1 Salatiga,
61 yang menyebutkan tujuan dilaksanakannya program
SKS di SMAN 1 Salatiga berdasarkan kebutuhan sekolah untuk memfasilitasi peserta didik dengan
kategori cerdas istimewa agar dapat menyelesaikan studinya di sekolah menengah dengan jangka waktu
seminimal mungkin. Lebih dari itu program SKS juga memberikan keuntungan bagi pihak guru untuk
memenuhi tuntutan
mengajar sebanyak
24 jamminggu, sedangkan bagi peserta didik program
SKS ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan minatnya misalnya peserta
didik di jurusan IPA tetap bisa mengambil mata pelajaran Ekonomi sebagai mata pelajaran lintas minat
sehingga peserta didik mendapat kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan potensinya. Seperti
petikan wawancara dengan salah satu guru SMAN 1 Salatiga berikut ini:
“
Setahu saya kenapa program SKS dilaksanakan di SMAN 1 Salatiga, karena sekolah ingin memfasilitasi
siswa dengan kategori cerdas istimewa, sehingga para siswa dapat lulus dari SMA dengan waktu seminimal
mungkin. Tetapi kalau di SMAN 1 Salatiga ini paling cepat ya 2 tahun siswa baru bisa lulus. Selain itu
program SKS ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengambil mata pelajaran yang disukai
walaupun bukan jurusannya, kita menyebutnya kelas lintas minat. Jadi misalnya ada anak jurusan IPA
tetapi pingin belajar bahasa Jerman, ya bisa-bisa saja dengan adanya kela
s lintas minat.”Wawancara Senin, 31 Agustus 2015.
4.2.1.2. Kebijakan dari Pemerintah