2.4. Analisis Skrip
Analisis skrip harus menjaga agar tidak berperilaku dengan cara yang menguatkan skrip pasien. Maksud analisis skrip adalah membantu pasien untuk keluar
dari skripnya dan setelah itu bertingkah laku secara otonom. Analisis skrip bermaksud untuk membantu pasien meninggalkan keputusan-keputusan awal, yang sebelumnya
telah dibuat di berbagai keadaan dan dengan aparatus neopsikis atau dewasa yang tidak lengkap, dengan membuat kembali keputusan-keputusan ulang untuk membuat
perubahan Jones Nelson, 2011. Sebagai anak-anak mungkin kita menemukan atau salah menerima pesan-pesan
yang diberikan orang tua kita, dan oleh karena itu dalam beberapa hal kita berikan kepada diri kita injunksi kita sendiri untuk menghindari bahaya atau untuk tetap
bertahan hidup. Meskipun banyak dari injunksi ini yang mungkin cocok untuk situasi tertentu di masa kanak-kanak, sekarang di alam dewasa semuanya tidak cocok lagi.
Bagian utama dari terapi AT terdiri dari meningkatkan kesadaran akan sifat-sifat spesifik dari injunksi-injunksi yang membawa ke kesulitan-kesulitan di masa sekarang
Corey, 2009.
2.5. Hipotesis Keseimbangan
Energi profil penampilan pribadi adalah tetap, bila ada energi pada salah satu penampilan anutan bertambah, maka energi di penampilan anutan yang lain akan
berkurang. Yang dirumuskan sebagai hipotesis keseimbangan atau “constancy hypothesis” sebagai berikut : O+D+K x a = T. Energi psikologik pada setiap orang
terbagi pada setiap penampilan anutan O, D dan K. Dengan fungsionalnya terbagi menjadi OK, OP, D, KB dan KS. Sedangkan a=faktor non psikologis yang
mempengaruhi tersebarnya energi dalam suatu penampilan anutan. Misalnya : perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
imbalance hormone, gizi, ruda paksa, deprivasi sensoris. T = Faktor yang konstan, tetap, merupakan jumlah energi yang tersedia pada setiap orang. Maka energi intrinsik
dikalikan dengan pengaruh ekstrinsik yang terlepas dari perkembangan psikologis, jumlahnya 100 energi psikologis yang tersedia pada seseorang Hukom, 1973.
2.6. Analisis Transaksional dalam Memperbaiki Masalah Emosi dan Perilaku Anak dan Remaja
Anak dan remaja dengan masalah emosi dan perilaku seringkali mengalami perlakukan yang tidak sesuai dari lingkungannya yang dapat berupa stigma negatif.
Guru merasa sulit mengajari mereka, melihat mereka sebagai anak-anak bodoh, sehingga jarang memberikan masukan yang positif. Teman sebaya menjauhi mereka,
sehingga kesempatan untuk belajar bersosialisasi menjadi berkurang. Orangtua lebih banyak memberikan kritik negatif sehingga interaksi antara orangtua dan anak
terganggu Collet et al., 2001. Dengan kritik negatif orang tua terhadap anak akan terjadi transaksi silang. Akibat transaksi silang juga akan terjadi kemarahan, orang akan
berpaling dan menjauh sehingga relasi orang tua anak terganggu. Relasi orang tua-anak yang buruk akan menyebabkan hubungan interpersonal terganggu dan komunikasi
terganggu sehingga memerlukan psikoterapi AT Corey, 2009. Analisis Transaksional menyediakan suatu pendekatan terstruktur sehingga anak
dapat melihat hubungan diantara apa yang mereka pelajari dalam keluarga mereka dengan perilaku mereka terhadap orang lain. Banyak anak usia muda mendapatkan
bahwa pendekatan terstruktur ini bermanfaat sebab membantu mereka memahami bagaimana keluarga dan kebudayaan mereka mempengaruhi mereka. Tujuan utama AT
pada anak adalah untuk memfasilitasi wawasaninsight sehingga mereka mampu mencapai kontrol yang lebih tinggi dalam hal pemikiran, perasaan dan tindakan. Karena
commit to user
anak mengembangkan pemahaman diriself understanding ini, mereka juga memperoleh kemampuan membuat perubahan dalam diri mereka sendiri dan dalam transaksi mereka
dengan orang lain Corey, 2009. Terapi Analisis Transaksional akan menguatkan kemampuan seseorang untuk mengumpulkan, mengorganisir dan mengevaluasi
informasi agar Dewasa D dapat menilai lebih akurat. Bila Dewasa D menjadi eksekutif, seseorang akan belajar untuk semakin banyak menerima stimulus melalui
Dewasa D. Ia akan berhenti sejenak, mengobservasi, melihat dan mendengar, dan berpikir sebelum membuat keputusan dan bertindak. Ia akan menentukan apa-apa dari
Orang tua O dan dari Kanak K yang tepat dan pantas untuk digunakan Kolegium Psikiatri Indonesia, 2008.
Program terapi AT menggunakan berbagai pendekatan sesuai masalah yang diproritaskan untuk ditangani lebih dahulu, yaitu : 1. Pendekatan kontraktual, artinya
terdapat kontrak antara terapis dengan klien, yang menyatakan tujuan dan arah proses terapi; 2. Pendekatan terapi Gestalt, sering digunakan dalam setting kelompok, yang
mendorong anggota kelompok secara spontan terlibat dalam interaksi satu sama lain. Fokus terapi ditujukan pada kesadaran here and now; 3. Metode didaktik menjadi
prosedur dasar bagi AT, karena berhubungan dengan proses kognitif; 4. Analisis struktural, dapat membantu klien dalam menemukan perwakilan ego yang menjadi
landasan tingkah lakunya; 5. Analisis transaksi, menjabarkan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh seseorang kepada orang lain; 6. Teknik kursi kosong, teknik ini
memberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan sikapnya. Tujuannya untuk mengakhiri konflik yang tidak selesai di masa lampau; 7.
Permainan peran, biasanya dikombinasikan dengan teknik psikodrama; 8. Percontohan keluarga. Klien diminta membayangkan suatu adegan yang melibatkan sebanyak
commit to user
mungkin orang yang berpengaruh di masa lampau termasuk dirinya Corey, 2009; Stewart Tilney, 2011.
Psikoterapi AT menurut Harris 1973 bertujuan membuat setiap klien yang mendapatkan terapi menjadi ahlimahir dalam menganalisa transaksi-transaksinya
sendiri. Peran klien mempelajari dasar-dasar ego Orang Tua, Dewasa dan Anak, kemudian klien bisa menggunakan dan merasakan kembali cara-cara transaksinya yang
lama dalam kelompok AT. Inti penyembuhan dari AT yaitu jika seorang klien bisa menjelaskan dengan kata-katanya sendiri mengapa dia melakukan apa yang
dilakukannya dan bagaimana dia menghentikannya, maka dia sembuh dalam arti bahwa dia mengetahui apa penyembuhan itu dan dia bisa menggunakannya berulang-ulang
kembali. Menurut Berne penyembuhan merupakan proses progresif yang berlangsung dalam empat tahap yaitu kontrol sosial, penyembuhan gejala, penyembuhan transferensi
dan penyembuhan skrip. Atau dengan kata lain tercapainya perubahan diri menjadi otonomi yang mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber daya dewasa
seseorang dengan secara utuh untuk berpikir, merasakan dan berperilaku dalam merespon realitas di sini dan saat ini secara sadar, spontanitas dan kemampuan untuk
menjalin kedekatan dengan orang lain tanpa manipulasi Stewart Tilney, 2011. Analisis Transaksional sebagai salah satu bentuk psikoterapi berhubungan
dengan penurunan level kortisol, penurunan aktivasi sistem saraf simpatis, penurunan level epinefrin dan norepinefrin, penurunan aktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron, penurunan level IL-6, TNF-α, dan memperbaiki fungsi imun. Psikoterapi juga mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. Aktivasi sistem saraf parasimpatis ini
berhubungan dengan suatu penurunan inflamasi. Aktivasi saraf parasimpatis ini dapat secara cepat dan spesifik menghambat makrofag di dalam jaringan, dan menurunkan
commit to user
pelepasan sitokin proinflamasi termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-α sehingga meredakan proses inflamasi. Sistem saraf parasimpatis mempunyai pengaruh yang berlawanan
dengan aktivitas simpatis, menyebabkan tubuh menjadi mereda wind down dan seimbang kembali rebalance. Aktivasi saraf parasimpatis mempunyai pengaruh yang
menghambat aktivasi saraf simpatis Marsland et al.. 2007. AT akan mempengaruhi kognitif dan psikomotor anak sehingga bisa
memperbaiki emosi dan perilakunya melalui kortek frontal sedangkan psikofarmakologi pada regio subkortikal otak tengah. Proses kognitif, psikomotor dan sensorimotor
berhubungan dengan korteks prefrontal dorsal, cinguli anterior dorsal, parietal, cinguli posterior dan hipokampus. Proses kognitif yang nyata distimulasi emosi berhubungan
dengan korteks frontal medial, orbitofrontal dan cinguli anterior perigenual. Proses kognitif-emosi yang tersembunyi dihubungkan oleh regio subkortikal dan temporal
medial, termasuk amigdala, ganglia basal ventral, nuklei dan struktur otak tengah. Proses homeostasis tubuh yang berhubungan dengan emosi berhubungan dengan kortek
cinguli anterior subgenual, insula anterior dan hipothalamus. Nuklei batang otak dan monoaminergik juga berpengaruh dalam proses ini. Pada akhirnya berdasarkan koneksi
dari berbagai regio dalam sirkuit dan kemampuan merespon yang sesuai, maka psikofarmakologi bisa merubah sampai korteks frontal, demikian pula sebaliknya,
psikoterapi bisa merubah ke regio otak lebih dalam tidak hanya pada kortek frontal Holtzheimer Mayberg, 2008.
commit to user
3. Masalah Relasi Orang Tua-Anak