Proses Terapi Sesi I

pada masalah relasi orang tua-anak yang disusun oleh Gst. Ayu Maharatih dkk 2013 dengan ISBN 978-979-498-837-4, dibagi dalam 6 sesi terapi.

4.2. Proses Terapi Sesi I

. Dimulai membangun relasi dan kontrak terapi dengan klien. Terapis mengenalkan diri dan membina rapport dengan klien menggunakan perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, menangkap pesan utama, bertanya untuk membuka percakapan, bertanya tertutup dan memberikan dorongan minimal kepada klien. Kontrak terapi agar klien mau terlibat aktif yang dilakukan 6 sesi, 120 menit, dilakukan perekaman suara dan gambar dengan video. Setelah kontrak terapi dilanjutkan mengenalkan analisis stuktural dengan menggunakan kartu-kartu analisis struktural penampilan anutan Orangtua, Dewasa dan Kanak. Sesi II . Sesi ini terapis memperdalam penguasaan analisis struktural pribadi klien dengan memimpin arah pembicaraan, fokus pada pokok pembicaraan, mengkonfrontasi inkonsistensi klien, memberi nasehat bila diminta, menyimpulkan sementara setiap periode dan pemberian informasi jika diminta klien. Analisis fungsional yang menerangkan egostate berdasarkan fungsinya dijelaskan pada sesi ini dengan penilaian secara fisik dan pertanyaan yang mengandung unsur afektif, kognitif dan perilaku behavior. Klien dijelaskan tentang egostate Orangtua Kritikal, Orangtua Pengasuh, Dewasa, Kanak Bebas dan Kanak Sesuai. Selanjutnya menggambarkan fungsi-fungsi egostate dalam bentuk perbandingan egogram. AT diperdalam dengan menggunakan teknik interpretasi dan mengarahkan agar klien mengerti dan berubah sesuai interpretasi terapis. Langkah berikutnya klien dijelaskan mengenai analisis transaksi yang dibagi menjadi transaksi senada, transaksi silang dan transaksi terselubung. Pada sesi II membahas life position, strokes, games dan analisis script. commit to user Sesi III. Masalah relasi orangtua-anak dan struktur keluarga, intervensi masalah relasi dengan AATD. Menjelaskan interaksi dalam keluarga dalam bentuk matriks transaksi, klien diminta menanggapi dan menggambarkan sendiri matriks transaksinya. Klien dijelaskan bahwa peristiwa, perkataan dan respon yang tidak menyenangkan yang dirasakannya dapat menyebabkan masalah relasi orangtua-anak. Selanjutnya klien dijelaskan struktur keluarga berdasarkan SFT. Sesi IV . Intervensi masalah relasi dan masalah relasi orang tua-anak dengan AATD terkait struktur keluarga, strokes dan life position. Pada sesi ini klien diarahkan untuk memahami penyebab masalah relasi dan masalah relasi orangtua-anak itu sendiri. Dijelaskan juga struktur keluarga dan menggambarkan matriks struktur keluarga berdasarkan SFT. Klien diminta mengoleksi dan mengenali strokes sehingga akan meningkatkan pemberian strokes positif, mengurangi strokes negatif, tetapi tidak boleh meniadakan strokes. Sesi V . Intervensi masalah relasi orangtua-anak dengan AATD melalui pendalaman strokes dan life position. Klien diminta melakukan role play berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam keluarga, kemudian dilakukan penilaian egostate, analisis transaksi dan strokes yang didapat atau diberikan. Klien dijelaskan tentang life position abnormal dengan memberikan feedback dari role play tersebut. Sesi VI. Umpan balik, penilaian keberhasilan terapi dan negosiasi kontrak berikutnya. Klien bersama terapis mengevaluasi keseluruhan sesi terapi mengenai jalannya terapi yang sudah dilakukan, kemampuan terapis, keadaan klien sekarang dan rencana program kedepan. Klien juga dijelaskan penilaian keberhasilan terapi. Menutup sesi terapi dan menyusun kontrak baru. commit to user

4.3. Penilaian