Status Sosial Ekonomi Minat siswa untuk melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMP N 2 Berbah.

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Status Sosial Ekonomi

“Status” adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi Soerjono, 1982; 233. Status sosial berarti tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan di pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya. Sehubungan dengan status sosial tersebut digolongkan menjadi dua 2 yaitu Soerjono, 1982; 234 : 1. Ascribed status , yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan keadaan-keadaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula dan keturunan ningrat secara otomatis dalam masyarakat akan mempunyai kedudukan yang tinggi. 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Achieved status adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha- usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim, asalkan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, seperti misalnya telah menempuh beberapa jenis pendidikan tertentu, syarat-syarat kepegawaian dan seterusnya. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned-status , yaitu merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned- status tersebut sering mempuyai hubungan erat dengan achieved status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang tersebut diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu, misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara regular, setelah menduduki kepangkatannya yang lama, selama jangka waktu tertentu. Kedudukan macam apa yang dimiliki seseorang atau kedudukan macam apa yang melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari- harinya melalui ciri-ciri tertentu, yang dalam sosiologi dinamakan status- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI symbol prestige-symbol. Ciri-ciri tersebut seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya orang yang bersangkutan atau dapat dikatakan telah “institutionalized” atau bahkan internalized. Ada beberapa ciri-ciri tertentu yang dianggap sebagai “status-symbol”, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, cara-cara dan corak menghiasi rumah kediaman, dan sebagainya Soerjono , 1982; 234-235. Kriteria penggolongan status sosial ekonomi yaitu Soerjono, 1982; 231-232 : 1. Ukuran kekayaan Ukuran kekayaan kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. 2. Ukuran kekuasaan Ukuran kekuasaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekuasaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. 3. Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat. 4. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat- masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan akibat-akibat yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal. Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas dalam penelitian ini hanya membatasi status sosial ekonomi menjadi tiga unsur saja yaitu : 1. Tingkat Pendidikan Orang Tua a. Pengertian Pendidikan Menurut Garis Besar Haluan Negara ditegaskan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang baik di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup Mulyanto, 1982; 303. Pendidikan adalah proses pengalaman yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, lahiriah maupun batiniah Wasty Soemanto, 1996; 21. b. Bentuk Pendidikan Pendidikan dibedakan atas 3 bentuk Mulyanto, 1982; 303 : 1 Pendidikan Informal Pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah oleh badan- badan pemerintah ataupun swasta secara teratur dalam waktu relatif singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti pendidikan formal. Pada bentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI informal ini sifatnya lebih fleksibel dan mungkin lebih efektif untuk mengembangkan anak pada bidang kecakapan tertentu dalam waktu yang tidak begitu lama. Oleh karena program pendidikan bersifat spesifik, maka bisa dilaksanakan dalam lingkungan yang sesuai. Misalnya saja, di daerah Pulo Gadung merupakan daerah industri, dan untuk memenuhi tenaga kerja pada industri-industri ini program pendidikan kursus informal harus dikaitkan dengan kebutuhan tenaga kerja tersebut. 2 Pendidikan Formal Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat ke sekolah agar dapat mendidik dan mengajar. 3 Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan yang paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini PAUD, Taman Pendidikan Al Quran TPA, maupun Pendidikan Usia Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara PBA serta program paket A setara SD, paket B setara B, adalah merupakan pendidikan dasar. Pendidikan lanjutan meliputi program paket C Setara SLTA, kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Pendidikan non formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih dari kelurahandesa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center CLC yang menjadi bagian komponen dari Community Center. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1999;706, orang tua adalah ayah, ibu kandung; orang yang dihormati disegani di kampung; tetua. Jadi orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam penghidupan sehari-hari. Lazimnya disebut dengan ayah dan ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan semua anak-anaknya yang berada dibawah penguasaan maupun asuhan dan bimbingannya disebut sebagai anggota keluarga. Oleh sebab itu orang tua mempunyai peranan yang penting dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap semua anggota keluarga yang berada di bawah tanggung jawabnya. Orang tua yang tingkat pendidikannya rendah akan sulit untuk membantu anak mereka dalam menghadapi kesulitan belajarnya, karena pengetahuan yang terbatas akibat dari tingkat pendidikannya rendah menyebabkan orang tua mengalami kesulitan untuk membantu kesulitan belajar. Kemampuan orang tua menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan semangat bagi anak untuk mencapai hal yang serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua akan semakin positif sikapnya pada dunia pendidikan, sehingga akan selalu menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar. Di sisi lain, anak juga akan meniru orang tuanya, meniru adalah sifat manusia, maka perlulah setiap orang menjadikan dirinya contoh yang baik untuk ditiru. 2. Tingkat Pendapatan Orang Tua a. Pengertian Pendapatan Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita melihat lingkungan sekitar kita, maka akan terlihat betapa sibuknya orang bekerja. Hal ini dilakukan agar mendapat imbalan Mulyanto, 1982; 92. Sebagian besar pendapatan itu dibelanjakan lagi untuk membeli segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup yang sering disebut dengan konsumsi. Konsumsi di sini, bukan hanya persoalan makan saja, akan tetapi mencakup seluruh pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup bukan hanya menyangkut barang–barang material saja, tetapi pengeluaran untuk biaya hidup anak- anaknya. b. Bentuk Pendapatan Mulyanto, 1992; 93-94 1 Pendapatan berupa uang Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan : a dari gaji dan upah yang diperoleh 1 kerja pokok 2 kerja sampingan b dari usaha sendiri, yang meliputi : 1 hasil bersih dari usaha sendiri 2 komisi 3 penjualan dari kerajinan rumah c dari instansi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik rumah d dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial 2 Pendapatan Berupa Barang Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa. 3 Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan berupa : a pengambilan tabungan b penjualan barang-barang yang dipakai c penagihan piutang d pinjaman uang e kiriman uang f hadiahpemberian g warisan h menang judi Untuk mengukur variabel tingkat pendapatan orang tua dilakukan dengan menentukan upah minimum regonal di DIY tahun 2009. http:www.pajak.netblogupah-minimum-regional-propinsi-kota- umrumpk-2009. Dalam penelitian ini, pendapatan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Pendapatan rendah yaitu pendapatan Rp 700.000,00 b. Pendapatan sedang yaitu pendapatan antara Rp 700.000,00 – Rp 1.400.000,00 c. Pendapatan tinggi yaitu pendapatan Rp 1.400.000,00 3. Jenis Pekerjaan Orang Tua a. Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah bidang pekerjaan yang ditekuni orang tua setiap harinya. b. James J. Spillane, mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam sembilan kelompok sebagai berikut Henrikus, 1999; 9 : Golongan Macam-macam Pekerjaan Golongan A Meninggal dunia, Pensiunan, Tidak mempunyai pekerjaan tetap Golongan B Buruh nelayan, Buruh tani, Petani kecil, Penebang kayu Golongan C Petani menyewa, Buruh tidak tetap, Penarik becak Golongan D Pembantu, Penjual keliling, Tukang cuci Golongan E Seniman, Buruh tetap, Montir, Pandau besi emas perak, Penjahit, Penjaga, Sopir bus colt, Tukang kayu, Tukang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI listrik, Tukang semen Golongan F Pemilik bus colt, Pengawas keamanan, Petani pemilik tanah, Pegawai Sipil ABRI, Mandor, Pedagang, Pegawai kantor, Pemilik toko, Peternak, Tuan rumah Golongan G ABRI Tamtama sampai dengan Bintara, Pegawai Badan Hukum, Kepala Kantor Pos Cabang, Manager perusahaan kecil, Supervisor atau pengawas, Pamong Praja, Guru SD, Kepala Bagian, Pegawai Negeri gol. 1a- 1d Golongan H Guru SLTPSLTA, Juru rawat, Pekerja social, Perwira ABRI Letda, Lettu, dan Kapten, Pegawai Negeri gol IIa-IId, Kepala Sekolah, Kontraktor, Wartawan Golongan I Ahli Hukum, Manager Perusahaan, Ahli Ilmu Tanah, Apoteker, Arsitek, Dokter, Dosen Guru besar, Gubernur, Kepala Kantor Pos Pusat, Menteri, Pegawai Negeri gol IIIa ke atas, Pengarang, Peneliti, Penerbang, Walikota Bupati, Kontraktor besar

B. Minat

Dokumen yang terkait

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 1 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 0 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DITINJAU DARI LINGKUNGAN SOSIAL DAN ORIENTASI MASA DEPAN Minat siswa melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ditinjau dari lingkungan sosial dan orientasi masa depan pada siswa

0 0 19

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DITINJAU DARI LINGKUNGAN SOSIAL DAN ORIENTASI MASA DEPAN Minat siswa melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ditinjau dari lingkungan sosial dan orientasi masa depan pada siswa

0 0 18

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XII SMA N 2 SUKOHAR

0 1 18

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XII SMA N 2 SUKOHAR

0 1 14

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa sekolah menengah kejuruan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

0 1 118

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan persepsi terhadap sekolah menengah kejuruan dengan minat siswa melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan : studi kasus pada SMPN I Tembarak Temanggung.

0 1 134

Minat siswa untuk melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMP N 2 Berbah - USD Repository

0 0 137

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan persepsi terhadap sekolah menengah kejuruan dengan minat siswa melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan : studi kasus pada SMPN I Tembarak Temanggung - USD Repository

0 0 132