Minat siswa untuk melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMP N 2 Berbah.

(1)

ABSTRAK

MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Studi kasus: Siswa SMP N 2 Berbah

Fransisca Puspita Sari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (2) perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (3) perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 2 Berbah yang berjumlah 324 siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa kelas IX sejumlah 103. Penarikan sampel dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji F atau One Way Anova.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (nilai probabilitas sebesar 0,011 < 0,05); (2) tidak ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (nilai probabilitas sebesar 0,103 > 0,05); (3) ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK (nilai probabilitas sebesar 0,041 < 0,05) ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.


(2)

ix

ABSTRACT

THESTUDENTS’INTERESTTOCONTINUETHEIRSTUDY

TOVOCATIONALSCHOOLPERCEIVED FROMTHESOCIAL

ECONOMICSTATUSOFTHEIRPARENTS.

A Case study: The students of Two State Junior High School in Berbah Fransisca Puspitasari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

The objectives of this research are to describe the differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from: (1) the parents’ educational background; (2) the parents’ income (3) the parents’ profession.

The populations of this research were the 324 students of Two State Junior High School in Berbah. There were 103 respondents as the samples. They were the eleventh grade students. The samples were taken by the purposive sampling technique. The researcher used One Way Anova as the data analysis technique.

The result of the research shows that: (1) there are differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from the parents’ educational background (the probability is 0,01 < 0,05); (2) there is no differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from the parents’ profession (the probability is 0,103 < 0,05); (3) there are differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from the parents’ income (the probability is 0,041 < 0,05).


(3)

MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN KE SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL

EKONOMI ORANG TUA

Studi Kasus SMP N 2 Berbah

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Fransisca Puspita Sari

061334050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai ucapan syukur dan

terimakasih kepada:

Tuhan Yesus ”yang selalu menyertaiku,

membimbingku, dan memberikan jalan

terang dan menuntun tiap langkahku

sehingga sekarang aku dapat lulus”

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

memberi dorongan, semangat,bimbingan

dan kasih sayang”

Kakak-kakakku tercinta yang selalu

memberikan bantuan dan dukungan selama

ini

Sahabat-sahabatku “kalian yang menjadi

motivasiku untuk berjuang meraih

cita-cita”

Almamaterku –Universitas Sanata

Dharma-

”tempat aku menuntut ilmu dan

berjuang”


(7)

MOTTO

Untuk Mewujudkan Mimpi

Diperlukan Doa, Usaha, Pengorbanan

Dan Cinta


(8)

vi


(9)

(10)

viii ABSTRAK

MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

Studi kasus: Siswa SMP N 2 Berbah

Fransisca Puspita Sari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (2) perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua (3) perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 2 Berbah yang berjumlah 324 siswa. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa kelas IX sejumlah 103. Penarikan sampel dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji F atau One Way Anova.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua (nilai probabilitas sebesar 0,011 < 0,05); (2) tidak ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (nilai probabilitas sebesar 0,103 > 0,05); (3) ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK (nilai probabilitas sebesar 0,041 < 0,05) ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.


(11)

ABSTRACT

THESTUDENTS’INTERESTTOCONTINUETHEIRSTUDY

TOVOCATIONALSCHOOLPERCEIVED FROMTHESOCIAL

ECONOMICSTATUSOFTHEIRPARENTS.

A Case study: The students of Two State Junior High School in Berbah Fransisca Puspitasari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

The objectives of this research are to describe the differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from: (1) the parents’ educational background; (2) the parents’ income (3) the parents’ profession.

The populations of this research were the 324 students of Two State Junior High School in Berbah. There were 103 respondents as the samples. They were the eleventh grade students. The samples were taken by the purposive sampling technique. The researcher used One Way Anova as the data analysis technique.

The result of the research shows that: (1) there are differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from the parents’ educational background (the probability is 0,01 < 0,05); (2) there is no differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from the parents’ profession (the probability is 0,103 < 0,05); (3) there are differences of the students’ interest to continue their study to vocational school perceived from the parents’ income (the probability is 0,041 < 0,05).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Seno Subagyo, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Berbah yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;


(13)

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini; 6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen

Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

10.Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

11.Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMP N 2 Berbah yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;

12.Orang tuaku tercinta ( Bapak St. Wijayanto dan Ibu FM. Endang Prihatinningsih) “yang telah memberikan doa, semangat, dukungan dan materi sehingga akhirnya saya dapat lulus”.


(14)

xii

13.Kakakku Mbak Sari, Mas Adit dan Mas Galih “yang telah memberi bantuan dan dukungan”.

14.Adikku icha dan ichi ” yang selalu membuat aku ketawa dan tersenyum”.

15.Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2006, yang telah banyak memberikan kenangan indah selama kuliah, ”ayo semangat...kibarkan kejayaanmu pendidikan akuntansi...”.

16.Teman-temanku seperjuangan,, Retno”Makasih ya udah bantuin aku dengan penuh kesabaran sehingga akhirnya aku selesai juga”, Duwi ”Gak sia2 ya...qta saling menyemangati, saling memberikan dukungan karena kita tertinggal diantara teman2 yang lain dan akhirnya kita dapat lu2s bareng juga, hehehe..tetap semangat,”Alin, Novi, Putri dan Galih ”makasih atas dukungan dan semangat yang telah kalian berikan, akhirnya kita semua dapat lulus”, Mela” makasih teman seperjuanganku, kita tertawa bareng, bingung bareng dibawah tangga dan akhirnya dapat lulus juga”, Kenari ” Makasih atas dukungan, bantuan yang telah diberikan selama ini”, Suster” akhirnya mondar-mandir kita selesai juga, makasih ya ter ya”.

17.Teman-teman yang sudah nungguin aku saat ujian pendadaran, Yosep, Inggit, Lena, Lina, Djnx, Dety, Deta, Ninin, Sisil, Tika,”Makasih ya teman...tetap semangat yach..hehe”.


(15)

(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii


(17)

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 6

A. Status Sosial Ekonomi ... 6

1. Tingkat Pendidikan ... 10

2. Tingkat Pendapatan ... 13

3. Jenis Pekerjaan ... 16

B. Minat ... 17

1. Pengertian Minat ... 17

2. Macam-macam Minat ... 18

3. Sifat-sifat Minat ... 19

4. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Minat ... 20

C. Sekolah Menengah Kejuruan ... 25


(18)

xvi

1. Perbedaan Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau Dari

Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 26

2. Perbedaan Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 27

3. Perbedaan Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 29

E.Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Variabel Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Uji Coba Instrumen ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 50

A. Identitas Sekolah ... 50

B. Visi dan Misi Sekolah ... 50


(19)

D. Data Siswa SMP N 2 Berbah ... 53

E. Fasilitas SMP N 2 Berbah ... 54

F. Daftar Nama Kepala Sekolah ... 55

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Deskripsi Data ... 58

B. Analisis Data ... 63

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 81

     


(20)

xviii

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 37

3.2 Tabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 37

3.3 Tabel Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 38

3.4 Tabel Minat Siswa Untuk Melanjutkan ke SMK ... 39

3.5 Tabel Kisi-Kisi Penyusunan Kuesioner ... 40

3.6 Hasil Uji Validitas Item Variabel Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK ... 43

3.7 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 46

4.1 Tabel Data Siswa SMP N 2 Berbah ... 53

4.2 Tabel Daftar Sarana dan Prasarana SMP N 2 Berbah ... 54

4.3 Tabel Daftar Nama Kepala Sekolah ... 55

5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK ... 59

5.2 Tabel Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 60

5.3 Tabel Komposisi Responden Menurut Jenis Pekerjaan ... 61

5.4 Tabel Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendapatan ... 62

5.5 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Minat Siswa Melanjutkan Ke SMK Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 63

5.6 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Minat Siswa Melanjutkan Ke SMK Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 64

5.7 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Minat Siswa Melanjutkan Ke SMK Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 65


(21)

5.9 Tabel Hasil Pengujian Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK

Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 68 5.10 Tabel Hasil Pengujian Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK

Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 69 5.11 Tabel Hasil Pengujian Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 81 Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 88 Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 90 Lampiran 4 Normalitas dan Homogenitas ... 100 Lampiran 5 Kategori Kecenderungan Variabel ... 105 Lampiran 6 Tabel r ... 108 Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 114


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting selain sumber daya alam, modal, dan teknologi. Sebagai faktor produksi yang penting sumber daya manusia mempunyai peranan yang besar dalam pembangunan, yaitu sebagai pelaku atau pelaksana pembangunan. Mengingat pentingnya sumber daya manusia dalam pembangunan maka pengembangan sumber daya manusia perlu diupayakan.

Sekarang ini pendidikan dianggap sebagai jalur yang semakin berarti untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan setiap warga masyarakat mendapat kesempatan untuk membina kemampuan dan keahliannya secara maksimal.

Pendidikan juga dipandang sebagai penentu untuk hari depan yang lebih cerah. Sehingga banyak orang tua yang rela berkorban untuk pendidikan anak-anaknya hingga tamat sekolah atau perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar pula harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.


(24)

   

Namun untuk mendapatkan pendidikan tersebut memerlukan biaya yang mahal, sehingga banyak dari mereka yang terpaksa putus sekolah karena mempunyai kendala dalam hal keuangan.

Apalagi dengan adanya BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang lebih menyudutkan rakyat kecil untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (universitas). Sehingga rakyat kecil lebih memilih SMK daripada SMA, karena dari SMK memang lebih diberikan keterampilan khusus daripada di

SMA. Memang BHP sempat menuai kontroversi, yang akhirnya disahkan

juga oleh pemerintah. Hal ini bisa menjadi kabar buruk bagi mereka yang pro pendidikan rakyat dan bisa juga menjadi kabar yang menggembirakan bagi mereka yang bisa menyelupkan nilai terselubung dalam lembaga pendidikan, yang akan mencari keuntungan bagi dirinya sendiri.

Ketika siswa tamat dari SMP, maka akan dihadapkan pada pilihan, untuk melanjutkan ke bangku SMA atau SMK. Ada diantara mereka yang sudah mempunyai kepastian dalam menentukan studi lanjutnya, ada pula yang masih ragu-ragu dalam menentukan pilihannya, karena adanya dorongan atau paksaan dari orang tua. Pada umumnya orang tua yang mampu akan memilih sekolah menengah umum agar anak-anaknya dapat mempersiapkan untuk pendidikan tinggi. Sebaliknya orang tua yang mempunyai batas kemampuan keuangan akan cenderung ke SMK bagi anak-anaknya.


(25)

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan di atas akhirnya pada saat siswa hendak mengambil keputusan terhadap sekolah lanjutannya, mereka harus mempertimbangkan adanya beberapa hal yaitu kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup, kemampuan finansial dan tidak dapat diabaikan pula harapan dari keluarga serta kewajiban keluarga atau status sosial ekonomi orang tua.

C. Batasan Masalah

Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas dan menghindari penafsiran yang menyimpang, maka perlu diberi batasan mengenai permasalahan. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi minat untuk melanjutkan ke SMK, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor ekstern yaitu status sosial ekonomi orang tua yang meliputi tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan jenis pekerjaan orang tua.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau

dari tingkat pendidikan orang tua ?

2. Apakah ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau


(26)

   

3. Apakah ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau

dari jenis pekerjaan orang tua ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan

ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa untuk melanjutkan

ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan

ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Sebagai gambaran dalam menentukan pilihan terhadap kelanjutan pendidikannya setelah tamat dari SMP.

2. Bagi Sekolah Menengah Pertama

Sebagai masukan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan yang berhubungan dengan studi lanjut.


(27)

3. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui secara mendalam latar belakang sosial ekonomi orang tua dan hubungannya dengan minat siswa melanjutkan ke SMK.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.


(28)

   

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Status Sosial Ekonomi

“Status” adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi (Soerjono, 1982; 233).

Status sosial berarti tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan di pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya. Sehubungan dengan status sosial tersebut digolongkan menjadi dua (2) yaitu (Soerjono, 1982; 234) :

1. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan keadaan-keadaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula dan keturunan ningrat secara otomatis dalam masyarakat akan mempunyai kedudukan yang tinggi.


(29)

2. Achieved status adalah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuannya

masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.      

Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim, asalkan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, seperti misalnya telah menempuh beberapa jenis pendidikan tertentu, syarat-syarat kepegawaian dan seterusnya.

Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu

assigned-status, yaitu merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned-status tersebut sering mempuyai hubungan erat dengan achieved status,

dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang tersebut diberikan, karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan tertentu, misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara regular, setelah menduduki kepangkatannya yang lama, selama jangka waktu tertentu.

Kedudukan macam apa yang dimiliki seseorang atau kedudukan macam apa yang melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu, yang dalam sosiologi dinamakan


(30)

status-   

symbol (prestige-symbol). Ciri-ciri tersebut seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya orang yang bersangkutan atau dapat dikatakan telah “institutionalized” atau bahkan internalized.

Ada beberapa ciri-ciri tertentu yang dianggap sebagai “status-symbol”, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, cara-cara dan corak menghiasi rumah kediaman, dan sebagainya  (Soerjono, 1982; 234-235).

Kriteria penggolongan status sosial ekonomi yaitu (Soerjono, 1982; 231-232) :

1. Ukuran kekayaan

Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran kekuasaan

Ukuran kekuasaan dapat dijadikan suatu ukuran; barang siapa yang memiliki kekuasaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.


(31)

3. Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa besar kepada masyarakat.

4. Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan akibat-akibat yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun secara tidak halal.


(32)

   

Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas dalam penelitian ini hanya membatasi status sosial ekonomi menjadi tiga unsur saja yaitu :

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

a. Pengertian Pendidikan

Menurut Garis Besar Haluan Negara ditegaskan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang baik di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Mulyanto, 1982; 303).

Pendidikan adalah proses pengalaman yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, lahiriah maupun batiniah (Wasty Soemanto, 1996; 21).

b. Bentuk Pendidikan

Pendidikan dibedakan atas 3 bentuk (Mulyanto, 1982; 303) :

1) Pendidikan Informal

Pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta secara teratur dalam waktu relatif singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti pendidikan formal. Pada bentuk


(33)

informal ini sifatnya lebih fleksibel dan mungkin lebih efektif untuk mengembangkan anak pada bidang kecakapan tertentu dalam waktu yang tidak begitu lama. Oleh karena program pendidikan bersifat spesifik, maka bisa dilaksanakan dalam lingkungan yang sesuai. Misalnya saja, di daerah Pulo Gadung merupakan daerah industri, dan untuk memenuhi tenaga kerja pada industri-industri ini program pendidikan kursus informal harus dikaitkan dengan kebutuhan tenaga kerja tersebut.

2) Pendidikan Formal

Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat ke sekolah agar dapat mendidik dan mengajar.

3) Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan yang paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan


(34)

   

Usia Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B), adalah merupakan pendidikan dasar. Pendidikan lanjutan meliputi program paket C (Setara SLTA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Pendidikan non formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku

umum merupakan padanan dari Community Learning Center

(CLC) yang menjadi bagian komponen dari Community Center. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999;706), orang tua adalah ayah, ibu kandung; orang yang dihormati (disegani) di kampung; tetua. Jadi orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam penghidupan sehari-hari. Lazimnya disebut dengan ayah dan ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan semua anak-anaknya yang berada dibawah penguasaan maupun asuhan dan bimbingannya disebut sebagai anggota keluarga.


(35)

Oleh sebab itu orang tua mempunyai peranan yang penting dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap semua anggota keluarga yang berada di bawah tanggung jawabnya.

Orang tua yang tingkat pendidikannya rendah akan sulit untuk membantu anak mereka dalam menghadapi kesulitan belajarnya, karena pengetahuan yang terbatas akibat dari tingkat pendidikannya rendah menyebabkan orang tua mengalami kesulitan untuk membantu kesulitan belajar. Kemampuan orang tua menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan semangat bagi anak untuk mencapai hal yang serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua akan semakin positif sikapnya pada dunia pendidikan, sehingga akan selalu menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar. Di sisi lain, anak juga akan meniru orang tuanya, meniru adalah sifat manusia, maka perlulah setiap orang menjadikan dirinya contoh yang baik untuk ditiru.

2. Tingkat Pendapatan Orang Tua

a. Pengertian Pendapatan

Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita melihat lingkungan sekitar kita, maka akan terlihat betapa sibuknya orang bekerja. Hal ini dilakukan agar mendapat imbalan (Mulyanto, 1982; 92). Sebagian besar pendapatan


(36)

   

itu dibelanjakan lagi untuk membeli segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup yang sering disebut dengan konsumsi. Konsumsi di sini, bukan hanya persoalan makan saja, akan tetapi mencakup seluruh pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup bukan hanya menyangkut barang–barang material saja, tetapi pengeluaran untuk biaya hidup anak- anaknya.

b. Bentuk Pendapatan (Mulyanto, 1992; 93-94)

1) Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.

Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan : a) dari gaji dan upah yang diperoleh

(1) kerja pokok

(2) kerja sampingan

b) dari usaha sendiri, yang meliputi : (1) hasil bersih dari usaha sendiri

(2) komisi


(37)

c) dari instansi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik rumah

d) dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari

kerja sosial

2) Pendapatan Berupa Barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa.

3) Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu

penerimaan berupa :

a) pengambilan tabungan

b) penjualan barang-barang yang dipakai

c) penagihan piutang

d) pinjaman uang

e) kiriman uang

f) hadiah/pemberian

g) warisan


(38)

   

Untuk mengukur variabel tingkat pendapatan orang tua dilakukan dengan menentukan upah minimum regonal di DIY tahun 2009.

(http://www.pajak.net/blog//upah-minimum-regional-propinsi-kota-umrumpk-2009/). Dalam penelitian ini, pendapatan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Pendapatan rendah yaitu pendapatan < Rp 700.000,00

b. Pendapatan sedang yaitu pendapatan antara Rp 700.000,00 – Rp 1.400.000,00

c. Pendapatan tinggi yaitu pendapatan > Rp 1.400.000,00 

3. Jenis Pekerjaan Orang Tua

a. Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah

bidang pekerjaan yang ditekuni orang tua setiap harinya.

b. James J. Spillane, mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam

sembilan kelompok sebagai berikut (Henrikus, 1999; 9) :

Golongan Macam-macam Pekerjaan

Golongan A Meninggal dunia, Pensiunan, Tidak mempunyai

pekerjaan tetap

Golongan B Buruh nelayan, Buruh tani, Petani kecil, Penebang kayu

Golongan C Petani menyewa, Buruh tidak tetap, Penarik becak

Golongan D Pembantu, Penjual keliling, Tukang cuci

Golongan E Seniman, Buruh tetap, Montir, Pandau besi/ emas/ perak,


(39)

listrik, Tukang semen

Golongan F Pemilik bus/ colt, Pengawas keamanan, Petani pemilik

tanah, Pegawai Sipil ABRI, Mandor, Pedagang, Pegawai kantor, Pemilik toko, Peternak, Tuan rumah

Golongan G ABRI (Tamtama sampai dengan Bintara), Pegawai

Badan Hukum, Kepala Kantor Pos Cabang, Manager

perusahaan kecil, Supervisor atau pengawas, Pamong

Praja, Guru SD, Kepala Bagian, Pegawai Negeri (gol. 1a-1d)

Golongan H Guru SLTP/SLTA, Juru rawat, Pekerja social, Perwira

ABRI (Letda, Lettu, dan Kapten), Pegawai Negeri (gol IIa-IId), Kepala Sekolah, Kontraktor, Wartawan

Golongan I Ahli Hukum, Manager Perusahaan, Ahli Ilmu Tanah,

Apoteker, Arsitek, Dokter, Dosen/ Guru besar, Gubernur, Kepala Kantor Pos Pusat, Menteri, Pegawai Negeri (gol IIIa ke atas), Pengarang, Peneliti, Penerbang, Walikota/ Bupati, Kontraktor besar

B. Minat

1. Pengertian Minat

Pengertian minat menurut bahasa (etimologi), ialah usaha dan

kemauan untuk mempelajari (learning) dan mencari sesuatu. Secara

(terminologi), minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal.

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu (Winkel, 1989; 105). Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran


(40)

   

dari perasaan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Dewa Katut, 1988; 62). Pendapat lain mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 1988; 182).

2. Macam-macam minat

Ada tiga cara untuk menentukan minat (Dewa Katut, 1988; 64) : a. Minat yang diekspresikan (Expressed interest)

Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Misalnya, seseorang mungkin mengatakan bahwa ia atau dia tertarik dalam menciptakan suatu model pesawat udara, dalam mengumpulkan perangko, dalam mengumpulkan mata uang logam. b. Minat yang diwujudkan (Manifest interest)

Seseorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu. Misalnya, siswa dapat ikut serta menjadi anggota klub musik, drama, sain, dan matematika. Hobi dan asosiasi dengan siswa yang lain dalam aktivitas kelompok dan organisasi remaja adalah suatu cara untuk mewujudkan minat-minatnya.


(41)

c. Minat yang diinventariskan (Inventoried interest)

Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu. Rangkaian pertanyaan semacam ini sering kali disebut inventori minat.

3. Sifat-sifat minat

Minat dapat dikembangkan dalam beberapa cara. Minat jabatan anak-anak muda biasanya dalam dunia fantasi. Seperti ingin menjadi anggota pasukan pemadam kebakaran, atau menjadi astronot. Di sini minat tidak didasarkan pada suatu pemahaman jabatan secara realistis. Seperti olahraga, aktris, atau pilot. Pilihan ini masih bersifat tentatif dan sering memiliki unsur-unsur fantasi. Makin lama minat itu cenderung makin mantap, tetapi minat-minat tersebut senantiasa bisa terpengaruh oleh pengalaman, hobi seseorang dan aktivitas di sekolah dan dalam mengikuti pendidikan di sekolah, aktivitas dalam kelompok sosial setelah keluar sekolah, pekerjaan paruh waktu, dan mengadakan dengan individu lainnya.

Minat yang dimiliki pada masa awal kanak-kanak kedudukannya tidak berstruktur dalam dirinya, karena setting kependidikan dan dunia kerja dalam masa mendatang. Oleh karena itu, anak-anak bebas untuk memantulkan fantasinya, yang ditunjukkan dengan cara yang relatif terbuka. Meskipun demikian semakin anak bertumbuh dan berkembang ke


(42)

   

arah kedewasaannya maka minat-minatnya pun semakin menjadi mantap, kecuali adanya pembatasan-pembatasan dalam kependidikan dapat membuat mereka tidak dapat memilih untuk memasuki jabatan tertentu dalam bidang yang diminatinya. Pendidikan yang dipersyaratkan yang dikombinasikan dengan perubahan teknologi dapat merupakan suatu problem dalam pemilihan jabatan (Dewa Katut, 1988; 64-65).

4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat antara lain :

Ditinjau dari segi minat masuk SMK, faktor-faktor yang mempengaruhi minat masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan

(http://www.google.co.id/Minat+masuk+perguruan+tinggi+bagi+siswa+ kelas+III) adalah sebagai berikut :

a. Motivasi dan cita-cita

Sebelum timbul minat terdapat motif dan motivasi. Motif adalah penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan. Pada umumnya motivasi instrinsik lebih kuat dan lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik. Dorongan atau keinginan untuk mencapai sesuatu dapat menimbulkan minat masuk ke SMK.


(43)

b. Kemauan

Kemauan adalah suatu kegiatan rohaniah yang menyebabkan seorang manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang perlu untuk mencapai tujuan tertentu. Pada saat ada kemauan dari siswa untuk masuk SMK maka siswa tersebut akan berusaha mencapai tujuan tersebut. 

c. Ketertarikan

Ketertarikan adalah suatu perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Pada saat ada ketertarikan dari siswa untuk melanjutkan ke SMK maka siswa tersebut mempunyai minat untuk masuk SMK.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini dengan cara-cara tertentu mempengaruhi perilaku kita, pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen.

1) Lingkungan Keluarga

Arti keluarga secara etimologi berasal dari kata “kawula” yang berarti abdi atau hamba dan “warga” berarti anggota. Dengan demikian sebagai abdi wajiblah seseorang menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarganya dan “anggota”


(44)

   

berhak untuk mengurus segala kepentingan di dalam keluarganya (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1961; 176).

Pendidikan di lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kepribadian anak sebagai anak didik di dalam anggota keluarga. Karena orang tua adalah sebagai orang dewasa yang mendidik anak-anak di lingkungan keluarga di rumah. Maka menjadi faktor penting bagi orang tua terhadap perkembangan kedewasaan anak untuk memahami tentang pribadi anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang, melalui perhatian orang tua terhadap masa depan anak, dengan pemberian wawasan terutama tentang pendidikan, sehingga adanya harapan orang tua terhadap anak untuk diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sosial yang sudah berlangsung.

  Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan

dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhhi apa yang diminati oleh anak.


(45)

2) Lingkungan sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh pendidik yang profesional, dengan program yang dituangkan kedalam kurikulum tertentu yang diikuti peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari kanak-kanak sampai perguruan tinggi (Wiji Sumarno, 2006; 42).

Proses pendidikan terhadap siswa di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Pendidikan di sekolah berperan membantu orang tua di lingkungan keluarga dalam melakukan pembinaan kepada peserta didik yang dibawa dari keluarganya. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah yang digunakan sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarkat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam menumbuhkan minatnya.

Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal di sekolah maka secara langsung seorang guru telah menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan. Jabatan seorang pendidik adalah suatu tugas yang mulia, karena guru merupakan panutan semua orang untuk


(46)

   

mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah kearah pengembangan kualitas SDM yang berguna. Oleh karena itu, peran seorang guru dalam kehidupan sehari-hari sangat menentukan bagi kelangsungan hidup anak didik (siswa) dalam proses pendidikan.

3) Teman

Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya. Sesuai dengan perkembangannya, siswa senang membuat kelompok bergaul dengan kelompok yang disenangi. Bila teman pergaulannya memiliki minat masuk SMK, maka minat temannya tersebut akan mempengaruhi dirinya dalam masuk SMK.

4) Saudara

Saudara juga mempunyai pengaruh terhadap minat masuk SMK. Misalkan saudaranya ada yang lulusan SMK dan sekarang sudah mempunyai pekerjaan yang mapan pasti saudara yang lain akan berusaha mengikuti jejaknya.

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi besarnya minat yang timbul dari diri seseorang terhadap suatu objek sehingga masing-masing faktor tersebut memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Ada kalanya salah satu faktor sangat dominan di dalam meningkatkan minat seseorang, sedangkan faktor yang lain tidak terlalu dominan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi masing-masing


(47)

individu yang tentunya antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda.

C. Sekolah Menengah Kejuruan

SMK (sekolah menengah kejuruan) merupakan jalur pendidikan sekolah atau pendidikan formal dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan formal, berdasarkan pada surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 080/UU/1993 tentang kurikulum SMK, SMK diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan

sikap profesional

2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, berkompetensi, serta

mampu mengembangkan sikap diri

3. Menyiapkan kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia

usaha dan industri pada saat ini dan masa yang akan datang

4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif,


(48)

   

D. Kerangka Berpikir

1. Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua.

Kebanyakan orang tua yang berpendidikan tinggi, menginginkan anaknya juga bisa berpendidikan tinggi, bahkan lebih tinggi dari orang tuanya. Untuk mencapai pendidikan yang tinggi (Universitas), maka orang tua akan mengarahkan anaknya dari SMP untuk melanjutkan ke SMA, bukan SMK.

Biasanya orang tua yang berpendidikan tinggi, akan selalu membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dari kecil, agar saat anak beranjak dewasa juga memiliki pendidikan tinggi, sehingga pengaruh orang tua terhadap anak cukup dominan. Karena anak tersebut selalu dibimbing dan diarahkan dari kecil, maka minat anak tersebut untuk masuk SMK juga hampir tidak ada. Hal ini disebabkan karena lulusan SMK lebih diharapkan untuk bekerja atau berwiraswasta dari pada untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua, adalah berbanding terbalik seperti hukum permintaan. Semakin tinggi pendidikan orang tua, semakin kecil minat siswa untuk melanjutkan ke SMK. Sebaliknya semakin rendah pendidikan orang tua, semakin besar minat siswa untuk melanjutkan ke


(49)

SMK. Dan tentu saja rumus tersebut berlaku seperti hukum permintaan,

adanya cateris paribus artinya faktor-faktor lain yang mempengaruhi

minat siswa untuk melanjutkan ke SMK dianggap tidak ada. Karena selain tingkat pendidikan orang tua, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK, antara lain faktor ekonomi orang tua, faktor lingkungan status sosial ekonomi orang tua, dan lain-lain.

2. Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pendapatan Orang Tua.

Konsep utama pendidikan sebagaimana tercakup dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni sebagai media pencerdasan warga negara, maupun UUD 1945 pasal 31, dimana semua warga negara berhak atas pendidikan yang layak.

Kalau kita melihat UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan juga UUD 1945 pasal 31, memang setiap orang tua berkewajiban untuk menyekolahkan anak-anaknya sebaik mungkin, sesuai dengan perkembangan jaman. Karena di jaman sekarang, anak yang berpendidikan rendah akan relatif lebih sulit untuk mencari pekerjaan. Tetapi mungkin orang tua yang mempunyai pendapatan per bulan relatif kecil, biasanya setelah lulus SMP anaknya akan lebih diarahkan untuk masuk ke SMK.


(50)

   

Biasanya orang tua yang pendapatannya relatif kecil, akan selalu membimbing dan mengarahkan anak-anaknya dari kecil, agar setelah beranjak dewasa dapat segera bekerja atau berwiraswasta agar dapat membantu meringankan beban orang tua. Karena anak tersebut selalu dibimbing dan diarahkan dari kecil, maka minat anak tersebut untuk melanjutkan ke SMK semakin besar, karena SMK memang pilihan yang tepat bagi anak yang ingin cepat bekerja atau berwiraswasta.

Di SMK memang diberi keterampilan khusus untuk membekali anak agar dapat berwiraswasta atau bekerja setelah lulus SMK. Kita ambil sebuah contoh di SMK 6 Yogyakarta. Semua jurusan di sekolah tersebut memiliki unit usaha yang semuanya telah mampu mendatangkan pendapatan pihak sekolah. Seperti jurusan tata busana yang memiliki unit usaha garmen, jurusan tata boga dengan unit usaha catering dan patisserie (pembuatan kue), jurusan kecantikan rambut dan kulit dengan unit usaha salon, serta jurusan hotel dan restoran yang memiliki hotel “Edohotel” yang berada di kompleks sekolah dan lain-lain.

Sementara di SMK PIRI 1 Yogyakarta, kelas unggulannya adalah jurusan otomotif yang mengembangkan bengkel resmi Yamaha sebagai unit usaha sekolah tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua adalah berbanding terbalik seperti hukum permintaan. Semakin besar


(51)

pendapatan orang tua, semakin kecil minat siswa untuk melanjutkan ke SMK, sebaliknya semakin kecil tingkat pendapatan orang tua semakin besar minat siswa untuk melanjutkan ke SMK.

Dan tentu saja rumus tersebut berlaku seperti hukum permintaan,

adanya cateris paribus. Artinya kalau faktor-faktor lain yang

mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK dianggap tidak ada. Karena selain tingkat pendapatan orang tua, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK, antara lain faktor lingkungan, status sosial, dan lain-lain.

3. Minat Siswa untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua.

Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari siswa perlu kerja keras dari semua pihak, termasuk orang tua, guru, siswa, dan semua pihak yang terkait. Orang tua merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam menentukan keberhasilan anak, karena waktu yang terbanyak bagi adalah adalah berada di rumah. Orang tua akan selalu membimbing, mengarahkan, dan memberikan biaya untuk anak-anaknya mulai dari SD, SMP, SMA dan bila memungkinkan sampai perguruan tinggi agar anak-anaknya tidak salah langkah dalam merencanakan masa depannya.

Di jaman yang modern seperti sekarang ini, faktor biaya juga memegang peran yang sangat penting dalam merancanakan masa depan


(52)

   

anak. Setelah lulus SMP, maka orang tua akan mempertimbangkan segi keuangannya, apabila pekerjaan orang tua tergolong rendah maka orang tua akan cenderung menyekolahkan anaknya ke SMK dengan harapan setelah lulus dari SMK bisa langsung bekerja, tetapi apabila pekerjaan orang tua tergolong tinggi atau mampu,maka setelah lulus dari SMP akan cenderung menyekolahkan anaknya ke SMA, dengan harapan setelah lulus dari SMA bisa dengan mudah melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sehingga minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari pekerjaan orang tua adalah seperti hukum permintaan (berbanding terbalik). Semakin mantap atau mapan pekerjaan orang tua, semakin kecil minat siswa untuk melanjutkan ke SMK. Sebaliknya, semakin kurang mantap atau mapan pekerjaan orang tua semakin besar minat siswa untuk melanjutkan ke SMK.

Yang dimaksud mantap atau mapan di sini adalah orang tua yang menghasilkan uang yang cukup. Masalahnya, lulusan SMK diharapkan bisa langsung bekerja atau berwiraswasta, walaupun ada juga yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi itu relatif sedikit.

Biasanya orang tua yang mapan (penghasilannya cukup), mengharapkan anak-anaknya bisa sekolah yang setinggi-tinginya. Sebaliknya, orang tua yang ekonominya kurang mapan atau lemah, sudah cukup puas apabila anaknya bisa lulus SMK. Yang penting harapan dari orang tua, walaupun anaknya tidak begitu pintar, tetapi kreatif, rajin, dan


(53)

taqwa. Karena unsur-unsur tersebut akan membentuk anak untuk siap mengahadapi tantangan hidup yang semaikn keras dan kompleks.

Pintar dalam hal ini tidak harus melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi terutama mencakup kepiawaian di bidang yang ditekuninya, mampu menambah keahlian, supel bergaul, dan pandai mencari teman yang bermanfaat, yang nantinya ketika terjun ke pekerjaan pintar mencari relasi. Kreatif mencakup masalah kemampuan berinovasi dan mempertajam daya cipta.

Rajin menyangkut cara hidup di rumah dan di luar rumah, memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, tekun menambah pengetahuan, di samping tekun dalam pilihannya, suka melatih diri pada hal-hal yang positif agar menjadi ahli dan meraih pengalaman.

Sedangkan taqwa menyangkut akhlak, karena kepandaian, kerajinan, dan kreatif tanpa ketaqwaan akan menjerumuskan orang pada tindakan amoral, asusila, dan terjebak pada tindakan ”serba boleh” yang akhirnya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.


(54)

   

E. Hipotesis

1. Ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari

tingkat pendidikan orang tua.

2. Ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari

tingkat pendapatan orang tua.

3. Ada perbedaaan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus atau penelitian kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga, atau gejala tertentu dan ditinjau dari wilayahnya maka penelitian ini hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit (Suharsimi, 1989: 115).

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tentang minat siswa SMP N 2 Berbah untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua. Karena penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada siswa kelas IX di SMP N 2 Berbah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Berbah Yogyakarta dengan alamat di Sanggrahan, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(56)

   

C. Subjek dan objek penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa-siswi kelas IX SMP N 2 Berbah.

2. Objek penelitian

Objek yang diteliti adalah tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan tingkat pekerjaan orang tua serta minat siswa untuk melanjutkan ke SMK.

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (FX. Muhadi, 2002; 161). Jumlah populasi penelitian ini adalah 324 siswa. Populasi penelitian ini adalah semua siswa-siswi di SMP N 2 Berbah.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (FX. Muhadi, 2002;161). Dalam menentukan besar kecilnya sampel, sebenarnya tidak ada ketepatan yang mutlak. Sehingga dari berbagai pertimbangan menyatakan sebagai berikut :


(57)

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaliknya apabila subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan biaya.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya lebih besar tentu saja jika sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih baik (Suharsimi, 1997; 112).

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling

dikenal juga dengan sampel pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti (FX.Muhadi, 2002; 168). Peneliti akan mengambil semua siswa-siswi kelas IX yang berjumlah 108 siswa dengan pertimbangan bahwa siswa kelas IX sudah memasuki tahap akhir studinya di SMP. Dengan demikian mereka dipandang telah mulai memikirkan masa depan setelah tamat belajar di SMP N 2 Berbah, yakni melanjutkan studi ke SMK, SMA, atau memutuskan untuk bekerja.


(58)

   

E. Variabel Penelitian

1. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang mewakili berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian adalah status sosial ekonomi orang tua (X1).

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki sejumlah aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel yang lain yang disebut variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat siswa melanjutkan SMK (Y).

2. Pengukuran Variabel

a. Status sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat pekerjaan orang tua.

1) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan oleh orang tua siswa. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi :


(59)

Tabel 3.1

Tingkat Pendidikan Orang Tua

No Keterangan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Lulus SD Lulus SLTP Lulus SLTA Lulus D III Lulus PT 

1 2 3 4 5

2) Tingkat Pendapatan Orang Tua

Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Untuk mengukur variabel tingkat pendapatan orang tua dilakukan dengan menentukan upah minimum regonal di

DIY tahun 2009

(http://www.pajak.net/blog//upah-minimum-regional-propinsi-kota-umrumpk-2009/). Dalam penelitian ini, pendapatan diklasifikasikan sebagai berikut

Tabel 3.2

Tingkat Pendapatan Orang Tua

No Keterangan Skor 1.

2. 3.

< Rp 700.000,00

Rp 700.000,00 – Rp 1.400.000,00

> Rp 1.400.000,00  

1 2 3


(60)

    3) Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan pokok yang ditekuni orang tua setiap bulannya.

Berdasarkan pengolongan dari James J. Spillane, pekerjaan dikelompokkan menjadi 9 yaitu (Henrikus, 1999; 9) :

Tabel 3.3

Jenis Pekerjaan Orang Tua

No Keterangan Skor

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D Golongan E Golongan F Golongan G Golongan H Golongan I 1 2 3 4 5 6 7 8 9

b. Minat Melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan

Minat melanjutkan ke SMK adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk melanjutkan ke SMK. Untuk mengukur variabel ini digunakan skala Likert dengan 4 alternatif jawaban sebagai berikut:


(61)

Tabel 3.4

Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke Sekolah Menengah Kejuruan

No. Keterangan

Skor Untuk Keterangan

Positif Negatif

1. Sangat Setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak Setuju 2 3

4. Sangat Tidak Setuju 1 4

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang status sosial ekonomi orang tua yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan ke SMK.


(62)

   

Tabel 3.5

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner

Variabel No Sub Variabel No Butir

Status sosial ekonomi orang tua

1. Status sosial ekonomi orang tua a. Tingkat pendidikan orang tua b. Tingkat pekerjaan orang tua c. Tingkat pendapatan orang tua

1,2 3,4 5,6 Minat melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan 1. Individu a. Cita-cita

b. Adanya kesesuaian dengan keinginan pribadi

c. Adanya perasaan tertarik untuk melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan

d. Kecenderungan untuk mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik

e. Kecenderungan untuk membuka usaha

sendiri (berwirausaha) 1 2,3 4 5,15 14

2. Lingkungan Keluarga

a. Perhatian pada masa depan anak

b. Pemberian wawasan pendidikan

c. Harapan orang tua

6 7,9 8,10

3. Lingkungan Sekolah

a. Harapan guru

b. Teman

11 12,13


(63)

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan catatan suatu subjek yang dilakukan individu atau lembaga-lembaga (Suharsimi, 2006:158). Metode ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, dokumen, notulen, catatan harian untuk melengkapi data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dokumentasi digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu minat siswa untuk melanjutkan ke SMK di SMP N 2 Berbah.

G. Uji Coba Instrumen

Untuk mengetahui apakah alat atau instrumen yang digunakan itu benar-benar dapat dijadikan alat ukur terutama instrumen kuesioner, maka perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah (Suharsimi, 1997; 144).

Uji validitas dilakukan dengan rumus korelasi Product Moment dari Pearson sebagai berikut (Suharsimi, 1997; 146) :

 

(

)(

)

(

)

{

}

⎨⎧ −

(

)

⎬⎫ − =

2 2 2 2 y N x N y x xy N

y

x

R

xy  


(64)

    Keterangan :

N : Jumlah pertanyaan

X : Skor masing-masing item tes ke I y : Skor total setiap item tes ke I r x : Koefisien korelasi

∑ x : jumlah perkalian antara x dan y ∑ x : jumlah nilai x

∑ y : jumlah nilai y ∑x : jumlah X kuadrat ∑y : jumlah Y kuadrat α : taraf nyata 5%

Untuk mengetahui sahih tidaknya dapat diketahui dengan besarnya r tabel dari r hitung. Apabila r hitung dari suatu butir kuesioner sama atau lebih besar daripada r tabel, maka butir tersebut dikatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung lebih kecil daripada r tabel, maka butir tersebut dikatakan tidak valid.

Untuk korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga r korelasi Product Moment pada tabel. Jika r perhitungan lebih besar daripada r tabel, maka soal tersebut dikatakan valid, sebaliknya jika perhitungan lebih kecil daripada r tabel maka soal tersebut dikatakan tidak valid.


(65)

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Item Variabel Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke Sekolah Menengah Kejuruan

No. Butir

Soal rhitung rtabel Keterangan

butir1

0,850 0, 361 Valid

butir2

0,717 0, 361 Valid

butir3 0,614 0, 361 Valid

butir4

0,775 0, 361 Valid

butir5

0,731 0, 361 Valid

butir6

0,565 0, 361 Valid

butir7

0,735 0, 361 Valid

butir8

0,802 0, 361 Valid

butir9

0,723 0, 361 Valid

butir10

0,671 0, 361 Valid

butir11

0,757 0, 361 Valid

butir12

0,663 0, 361 Valid

butir13

0,504 0, 361 Valid

butir14

0,731 0, 361 Valid

butir15


(66)

   

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Dengan jumlah data responden (n) sebanyak 30 responden dan α = 5% diperoleh rtabel sebesar 0,361. Oleh karena seluruh item memiliki nilai rhitung lebih besar daripada rtabel maka dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan mengenai minat siswa untuk melanjutkan ke

Sekolah Menengah Kejuruan adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. (Suharsimi, 1997; 154).

Untuk menguji reliabilitas, dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Croncbach sebagai berikut (Suharsimi, 1997; 171).


(67)

r =

Keterangan :

 r       = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan / item

∑σ = jumlah variasi butir

σ = variasi total

Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut:

( )

n n

x

x

2 2 2 ∑ ∑ =

σ

Keterangan:

n= jumlah responden

X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Suharsimi, 1997; 245) :

1. Antara 0,800 sampai dengan 1,00 dikategorikan tinggi 2. Antara 0,600 sampai dengan 0,800 dikategorikan cukup 3. Antara 0,400 sampai dengan 0,600 dikategorikan agak rendah 4. Antara 0,200 sampai dengan 0,400 dikategorikan rendah

11

(

)

⎥⎦

⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −1 k k ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 t b σ σ 11


(68)

   

5. Antara 0,000 sampai dengan 0,200 dikategorikan sangat rendah (tak

berkolerasi)

Menurut Nunally, instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai koefisien Alpha Cronbach > 0, 6 (Imam Ghozali, 2007: 42). Sebaliknya apabila hasil nilai koefisien Alpha Cronbach < 0,6, maka instrumen tersebut dikatakan belum reliabel.

Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel rhitung Kriteria

Reliabilitas

Status

Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke Sekolah

Menegah Kejuruan

0,938 0, 6 Reliabel

Dari 15 item variabel Minat Siswa Melanjutkan ke Sekolah Menegah Kejuruan diperoleh hasil koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,938 yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa 15 item tersebut adalah reliabel.


(69)

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Persyaratan Analisis

Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat, diperlukan analisis data yang benar, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk

mengetahui hal tersebut digunakan rumus Kolmogorav-Smirnov.

Dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Dmaximum = [Sn(X1 )- Sn(X2)] Keterangan :

Dmaximum = deviasi maximum

Sn(X1) = distribusi kumulatif yang ditentukan

Sn(X2) = distribusi kumulatif yang diobservasi

  Kriteria penerimaan:

- Jika nilai Fhitung> dari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 maka

distribusi data dikatakan tidak normal.

- Jika nilai Fhitung< dari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 maka


(70)

   

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan beberapa buah rata-rata yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians sampel yang akan dikomparisasikan tersebut homogen atau tidak. Varians adalah standar deviasi yang dikuadratkan. Adapun langkah-langkah uji homogenitas menurut (Sudjana, 2002: 250) untuk uji F adalah :

Varians terbesar Varians terkecil

Harga F hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan pembilang dk pembilang n – 1 dan dk penyebut n – 1. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel ( F hitung ≤ F tabel ), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan dianalisis homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

analisis varians Uji F atau One Way Anova yang digunakan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan (jelas) antara rata-rata hitung tiga kelompok atau lebih. Asumsi yang digunakan dalam pengujian Anova adalah populasi yang akan diuji berdistribusi normal, varians dari populasi tersebut adalah sama, sampel tidak berhubungan satu dengan lain


(71)

(sampel bersifat independen). Pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS.

a. Perumusan hipotesis

1) Ho : Tidak ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK

ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

H1 : Ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

2) Ho : Tidak ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK

ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

H1 : Ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua.

3) Ho : Tidak ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK

ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

H1 : Ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

b. Penentuan Taraf Signifikasi

Untuk menentukan tingkat signifikasi yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan taraf signifikan α = 0,05 dengan db= n-2.

c. Penarikan Kesimpulan

1) Sig < taraf nyata (0,05) maka HO ditolak 2) Sig > taraf nyata (0,05) maka HO diterima.


(72)

   

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Berbah

2. Berdiri : 17 Februari 1979

3. Nomor Data Statistik : 20104021139

4. Type Sekolah : C

5. Alamat Sekolah : Sanggrahan, Tegaltirto, Berbah, Sleman

6. No. Telp : (0274) 497981

B. Visi dan Misi Sekolah

1. Visi Sekolah

Menjadi Sekolah Unggul, Berpotensi, Berdasarkan IMTAQ dan IPTEK.

2. Misi Sekoah

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang aktif dan efisien. b. Melaksanakan bimbingan dan pelatihan olah raga dan seni.

c. Melaksanakan bimbingan dan pelatihan KIR.

d. Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama yang

dianut sebagai sumber kearifan dalam bertindak.


(73)

e. Melaksanakan bimbingan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi.

f. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada

seluruh warga sekolah.

g. Dapat melaksanakan KBM dan kegiatan persekolahan dengan

profesional.

C. Tenaga Kependidikan

Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 keadaan tenaga kependidikan, yang terdiri dari guru dan karyawan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah : Wazis, S.Ag.

2. Wakil : Seno Subagyo, S.Pd.

3. Koordinator TU : Sutanto, S.Pd.

4. Pembantu Urusan

a. Urusan Kurikulum : Suhartono, S.Pd.

b. Urusan Kesiswaan : Sudarmi, S.Pd.

c. Urusan Humas : Mujiyono, S.Pd.


(74)

   

5. Tugas Khusus/Koordinator/Wali Kelas

a. Wali Kelas

1) VII A : Suwarni , S.Pd.

2) VII B : Indarti, S.Pd.

3) VII C : Sri Asih Rini, S.Pd.

4) VIII A : Hj. Suharti, S,Pd.

5) VIII B : Sri Mulyati, S,Pd.

6) VIII C : Ganjar W,B.A.

7) IX A : Dra. Hj Troesty

8) IX B : Retno Widyatwati, S.Pd.

9) IX C : Subandi, S.Pd.

b. Koordinator Kegiatan

1) Koperasi Sekolah : Rusti W, S.Pd.

2) Urusan Rumah Tangga Sekolah : Subandi

3) UKS : Widaryati, S.Pd.

4) Perpustakaan : Tugimen

5) Laboratorium IPA : Suhartono, S.Pd.

6) Pramuka : Rusti W, S.Pd.

7) Sosial : Sri Asih Rini, S.Pd.


(75)

D. Data Siswa SMP Negeri 2 Berbah

Jumlah siswa yang dimiliki SMP N 2 Berbah secara menyeluruh sejumlah 324, yang terdiri dari 134 siswa laki-laki dan 190 siswa perempuan. Data siswa tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.1

Data Siswa SMP Negeri 2 Berbah

No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 VII A 15 21 36

2 VII B 15 21 36

3 VII C 12 24 36

4 VIII A 12 24 36

5 VIII B 14 22 36

6 VIII C 14 22 36

7 IX A 18 18 36

8 IX B 18 18 36

9 IX C 16 20 36


(76)

   

E. Fasilitas SMP Negeri 2 Berbah

SMP N 2 Berbah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendidikan yang mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah. Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain :

Tabel 4.2

Daftar Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Berbah

No. Nama Jumlah

1. Ruang IPA 1

2. Ruang Komputer 1

3. Ruang Multimedia 1

4. Ruang Perpustakaan 1

5. Ruang UKS 1

6. Ruang Bimbingan Konseling 1

7. Ruang Kepala Sekolah 1

8. Ruang Tata Usaha 1

9. Ruang OSIS 1

10. Wc dan Kamar Mandi Guru 2

11. Wc dan Kamar Mandi Siswa 9

12. Gudang 1

13. Mushola 1

14. Ruang Keterampilan 1


(77)

F. Daftar Nama Kepala Sekolah

Sejak awal sampai sekarang, SMP N 2 Berbah sudah mengalami enam kali pergantian kepala sekolah, mereka adalah :

Tabel 4.3

Daftar Nama Kepala Sekolah

No. Nama

1. Imam Basuki

2. Suharmaji 3. Musfingah 4. Sudiyono 5. Supailan 6. Wazis


(78)

                                            U DENAH SMP N 2 Berbah

O Gdng Kntn Parkir UKS

P r k r W C

Tempat Sepeda Siswa Ruang Komputer Ruang Laboratorium Ruang Ktrmpln     Lapangan Basket

R.Prps R.TU R.Tamu R.UKS R.Guru R.BP Kntn

Kelas III A Kelas III B Kelas III C

Kelas II A Kelas II B Kelas II C

Kelas I A

Kelas I B

Kelas I C

Ruang Musik 1 Ruang Musik 2 Gudang Kantin II Ruang OSIS Ruang Koperasi W C


(79)

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

DINAS PENDIDIKAN

SMP NEGERI 2 BERBAH

STRUKTUR DASAR ORGANISASI SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Wakil Kepala Sekolah

Urusan TU

Urusan Kurikulum Urusan Kesiswaan Urusan Sarana dan Prasarana Urusan Humas

Kord. Perpustakaan Kord. Laboratorium Kord. Masjid/Mushola

Wali Kelas

Guru Mata Pelajaran

Agama Kwrgnraan B.Indo Mtk Kesenian IPA Ktrmpln B.Ing Mulok Pnjsks


(80)

   

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMP N 2 Berbah yang berjumlah 324 siswa, sedangkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 103 responden atau sejumlah siswa kelas IX. Data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data mengenai minat siswa untuk melanjutkan ke SMK. Berikut ini deskripsi data untuk masing-masing variabel.

1. Data Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK

Penilaian atas data variabel minat siswa untuk melanjutkan ke SMK berdasarkan Penilaian Acuan Patokan II. Berdasarkan data hasil penelitian tentang minat siswa untuk melanjutkan ke SMK diketahui bahwa skor tertinggi sebesar 60 dan skor terendah sebesar 30. Adapun distribusi frekuensi minat siswa untuk melanjutkan ke SMK adalah sebagai berikut :


(81)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Skor Minat Siswa Untuk Melanjutkan Ke SMK

Skor Frekuensi Persentase Kategori

52 – 60 25 24 % Sangat Tinggi

45 – 51 34 33 % Tinggi

40 – 44 16 16 % Cukup Tinggi

36 – 39 6 6 % Rendah

15 – 35 22 21 % Sangat Rendah

Jumlah 103 100 %

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki skor minat siswa untuk melanjutkan ke SMK dengan kategori sangat tinggi ada 25 siswa (24%); kategori tinggi ada 34 siswa (33%); kategori cukup tinggi ada 16 siswa (16%); kategori rendah ada 6 siswa (6%); kategori sangat rendah ada 22 siswa (21%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa minat siswa untuk melanjutkan ke SMK dikategorikan tinggi. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan mean sebesar 45,08; median sebesar 47,00; dan modus


(82)

   

2. Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

a. Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 5.2

Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

Ayah Ibu Jumlah

Frekuensi % Frekuensi % A+I* %

SD 14 13,6 23 22,3 37 18

SLTP 24 23,3 25 24,3 49 23,8

SMU/

Sederajad 54 52,4 49 47,6 103 50

D III 3 2,9 4 3,9 7 3,4

PT 8 7,8 2 1,9 10 4,8

Jumlah 103 100 103 100 206 100

A+I*) = Ayah + Ibu

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah sebagian besar adalah lulusan SMU / Sederajad yaitu sebesar 52,4% dan paling sedikit adalah lulusan D III sebesar 2,9%. Tingkat pendidikan ibu sebagian besar adalah lulusan SMU / Sederajad yaitu sebesar 47,6 % dan paling sedikit adalah lulusan PT sebesar 1,9 %.

Data tingkat pendidikan orang tua yang digunakan dalam analisis data adalah tingkat pendidikan yang lebih tinggi antara pendidikan ayah dan ibu. Dengan menggunakan tingkat pendidikan tertinggi dari salah satu orang tua, maka dapat diidentifikasi bahwa siswa yang orang tuanya berpendidikan tingkat SD sebanyak 9, tingkat


(83)

SMP sebanyak 20, tingkat SMA sebanyak 62, tingkat D III sebanyak 4, dan tingkat PT sebanyak 8.

b. Komposisi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Tabel 5.3

Komposisi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Tingkat

Pekerjaan

Ayah Ibu Jumlah

Frekuensi % Frekuensi % A+I* %

Gol A 14 13,6 47 45,6 61 29,6

Gol B  23 22,3 8 7,8 31 15,1

Gol C  8 7,8 2 2 10 4,8

Gol D  - 0 9 8,7 9 4,4

Gol E  17 16,5 9 8,7 26 12,6

Gol F  25 24,3 19 18,4 44 21,4

Gol G  6 5,8 3 2,9 9 4,4

Gol H  8 7,8 4 3,9 12 5,8

Gol I  2 1,9 2 2 4 1,9

Jumlah 103 100 103 100 206 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan ayah sebagian besar adalah golongan F yaitu sebesar 24,3% dan paling sedikit adalah golongan I yaitu sebesar 1,9%. Tingkat pekerjaan ibu sebagian besar adalah golongan A yaitu sebesar 45,6% dan paling sedikit adalah golongan C dan I yaitu sebesar 2%.

Data jenis pekerjaan orang tua yang digunakan dalam analisis data adalah jenis pekerjaan yang lebih tinggi antara pekerjaan ayah dan ibu. Dengan menggunakan jenis pekerjaan tertinggi dari salah satu


(84)

   

orang tua, maka dapat diidentifikasi bahwa siswa yang orang tuanya bekerja pada golongan A sebanyak 3, golongan B sebanyak 15, golongan C sebanyak 6, golongan D sebanyak 6, golongan E sebanyak 16, golongan F sebanyak 36, golongan G sebanyak 8, golongan H sebanyak 9, dan golongan I sebanyak 4.

c. Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendapatan

Tabel 5.4

Komposisi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Tingkat

Pendapatan

Ayah Ibu Jumlah

Frekuensi % Frekuensi % A+I* %

< Rp 700.000,00 52 50,5 79 76,7 131 63,6

Rp 700.000,00 –

Rp 1.400.000,00 36 34,9 17 16,5 53 25,7

> Rp 1.400.000,00 15 14,6 7 6,8 22 10,7

Jumlah 103 100 103 100 206 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan ayah sebagian besar adalah < Rp 700.000,00 yaitu sebesar 50,5% dan paling sedikit adalah > Rp 1.400.000,00 yaitu sebesar 14,6%. Tingkat pendapatan ibu sebagian besar adalah < Rp 700.000,00 yaitu sebesar 76,7% dan paling sedikit adalah >Rp 1.400.000,00 yaitu sebesar 6,8%.

Data tingkat pendapatan orang tua yang digunakan dalam analisis data adalah jumlah dari tingkat pendapatan ayah dengan tingkat pendapatan ibu. Dengan menggunakan jumlah tingkat pendapatan ayah dan ibu, maka dapat diidentifikasi bahwa siswa yang


(85)

orang tuanya mempunyai pendapatan < Rp 700.000,00 sebanyak 42, Rp 700.000,00 – Rp 1.400.000,00 sebanyak 43, >Rp1.400.000,00 sebanyak 18.

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini

digunakan rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov yang

memusatkan perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar. Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil pengujian normalitas :

Tabel 5.5

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Minat Siswa Melanjutkan ke SMK Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

Orang Tua

Tingkat Pendidikan Asymp. Sig.

SD .575 SMP .623 SMA .102

D III .951


(86)

   

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (asymp.sig.) dari distribusi data minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua adalah data dari responden yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan SD sebesar 0,575, tingkat pendidikan SLTP sebesar 0,623, tingkat pendidikan SLTA sebesar 0,102, tingkat D III sebesar 0,951 dan tingkat PT sebesar 1,000. Karena seluruh nilai asymptotic sig. (2-tailed) lebih besar dari alpha (α) 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua adalah normal.

Tabel 5.6

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Minat Siswa Melanjutkan ke SMK Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan

Orang Tua

Golongan Pekerjaan Asymp. Sig.

A .941 B .799 C .971 D .822 E .373 F .449 G .733 H .775 I .993


(87)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (asymp.sig.) untuk distribusi data minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua adalah data dari responden yang pekerjaan orang tuanya termasuk golongan A sebesar 0,941, golongan B sebesar 0,799, golongan C sebesar 0,971, golongan D sebesar 0,822, golongan E sebesar 0,373, golongan F sebesar 0,449, golongan G sebesar 0,733, golongan H sebesar 0,775, dan golongan I sebesar 0,993. Karena seluruh nilai asymptotic sig. (2-tailed) lebih besar dari alpha (α) 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua adalah normal.

Tabel 5.7

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Minat Siswa Melanjutkan ke SMK Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan

Orang Tua

Tingkat Pendapatan Asymp. Sig.

< Rp 700.000,00 .158

Rp 700.000,00 – Rp 1.400.000,00 .609

> Rp 1.400.000,00 .445

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance

(asymp.sig.) untuk distribusi data minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua adalah data dari responden yang orang tuanya memiliki tingkat pendapatan < Rp


(88)

   

1.400.000,00 sebesar 0,609, dan tingkat pendapatan > Rp 1.400.000,00 sebesar 0,445. Karena seluruh nilai asymptotic sig. (2-tailed) lebih besar dari alpha (α) 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua adalah normal.

b. Uji Homogenitas

Untuk menggeneralisasikan hasil penelitian maka harus lebih dahulu yakin bahwa kelompok-kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama. Kesamaan asal sampel ini antara lain dibuktikan dengan adanya kesamaan variasi diantara kelompok sampel, dan ini mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen, maka dapat dikatakan bahwa kelompok-kelompok sampel tersebut berasal dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

Independent Sample Test dengan bantuan program SPSS for Windows versi 12. Berikut ini disajikan rangkuman hasi pengujian:


(89)

Tabel 5.8

Hasil Pengujian Homogenitas

Variabel Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Minat Siswa Untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat

Pendidikan Orang Tua

.974 4 98 .425

Minat Siswa Untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pekerjaan

Orang Tua   1.223 8 94 .294

Minat Siswa Untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat

Pendapatan Orang Tua   1.942 2 100 .149

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa nilai Levene Statistic minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua adalah 0,974 dengan nilai probabilitas 0,425. Oleh karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

sampel yang digunakan memiliki varians yang sama. Nilai Levene

Statistic minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua adalah 1,223 dengan nilai probabilitas 0,294. Oleh karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan memiliki varians yang sama. Nilai

Levene Statistic minat siswa untuk melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua adalah 1,942 dengan nilai probabilitas 0,149. Oleh karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka dapat


(90)

   

disimpulkan bahwa sampel yang digunakan memiliki varians yang sama Dengan demikian, asumsi kesamaan varians untuk uji anova sudah terpenuhi.

2. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis I

1) Rumusan Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

H1 : Ada perbedaan minat siswa melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.

2) Penarikan Kesimpulan

Tabel 5.9

Hasil Pengujian Minat Siswa Untuk Melanjutkan ke SMK Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua

ANOVA

Sum of Squares df Mean

Square F Sig. Between Groups 889.369 4 222.342 3.441 .011

Within Groups 6332.010 98 64.612 Total 7221.379 102

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai F hitung untuk minat siswa melanjutkan ke SMK ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua adalah sebesar 3,441, sedangkan F tabel


(1)

             


(2)

113

 

   

 


(3)

114

LAMPIRAN

7


(4)

   


(5)

   


(6)

 


Dokumen yang terkait

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 1 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN Minat Siswa Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Gir

0 0 13

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DITINJAU DARI LINGKUNGAN SOSIAL DAN ORIENTASI MASA DEPAN Minat siswa melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ditinjau dari lingkungan sosial dan orientasi masa depan pada siswa

0 0 19

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DITINJAU DARI LINGKUNGAN SOSIAL DAN ORIENTASI MASA DEPAN Minat siswa melanjutkan studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ditinjau dari lingkungan sosial dan orientasi masa depan pada siswa

0 0 18

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XII SMA N 2 SUKOHAR

0 1 18

MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR DAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XII SMA N 2 SUKOHAR

0 1 14

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa sekolah menengah kejuruan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

0 1 118

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan persepsi terhadap sekolah menengah kejuruan dengan minat siswa melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan : studi kasus pada SMPN I Tembarak Temanggung.

0 1 134

Minat siswa untuk melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMP N 2 Berbah - USD Repository

0 0 137

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan persepsi terhadap sekolah menengah kejuruan dengan minat siswa melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan : studi kasus pada SMPN I Tembarak Temanggung - USD Repository

0 0 132