Pernyataan lain,
” Ya sebenarnya kalau dia itu pengennya kalau saya ada pekerjaan saya suruh kerja tapi kalau gak ada pekerjaan ya udah gakpapa walaupun kamu gak kerja gakpapa apa adanya
kamu.” W3.S3.KAC2.N155.Brs 736-742
Pacar subjek Ags selama ini dapat menerima subjek Ags apa adanya meskipun ia yang harus memenuhi semua kebutuhan subjek Ags.Hal ini dapat
dilihat dari pernyataannya,
”... mungkin kalau bagi saya gak ngerti ya karena dia juga ngasih kasih sayang ke aku walaupun selama ini saya yang memenuhi secara materi mungkin sama besarnya tapi
bagi saya itu gak ternilai bagi saya. Mungkin kalau dalam hal materi dia gak memberikan kepada saya tapi dalam hal perhatian kan bayangkan sewaktu saya sakit
aja.”
4. Kebutuhan Penghargaan
Selama menjalin hubungan dengan waria ketiga subjek belum dapat memenuhi kebutuhannya akan penghargaan. Awalnya subjek Rn merasa malu
menjalin hubungan dengan waria maka ia tidak pernah pergi berdua. Bahkan ketika di kos subjek Rn jarang keluar dari kamar, kalau keluar pun subjek selalu
sendiri. Lama kelamaan subjek berpikir bahwa dirinya tidak perlu malu karena memang jalan ini yang ia pilih. Bagi subjek yang penting ia dapat mencukupi
semua kebutuhannya termasuk kebutuhan sekolah anak-anaknya maka ia tidak peduli dengan pembicaraan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Ya juga sih mbak, emang awalnya saya juga malu tapi lama-lama saya pikir ngapain juga saya malu kalau emang asya seneng jalaninnya. Lagian aku juga gak ganggu
mereka kok, yang penting kan aku yang ngrasain. Yang penting aku seneng ya udah, aku gak peduli omongan orang mbak.” W1.S1.KP1.N83.Brs 466-478
Begitu juga dengan subjek Rd, ia merasa lebih percaya diri ketika belum menjalin hubungan dengan waria. Awalnya subjek Rd merasa janggal
dan aneh menjalin hubungan dengan waria walaupun lama- lama subjek menjadi biasa.. Selama hidup dengan waria subjek mendapatkan apa yang selama ini
tidak ia dapatkan dari keluarga yaitu perhatian dan kasih sayang, maka subjek tidak peduli denga n pembicaraan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat
dilihat dari pernyataannya,
” Awalnya juga agak gimana gitu mbak, kan orang-orang pada ngliatin apalagi kalau pergi jalan-jalan atau makan di luar. Tapi lama kelamaan dah terbiasa jadi ya udah gak
papa mbak. Kan semua ini juga uadah saya niatin jadi saya gak perlu malu.” W2.S2.KP1.N140.Brs 892-901
Pernyataan lain,
” Kalau dibandingkan sebelum menjalin hubungan memang lebih percaya diri dulu mbak. Tapi gak berarti sekarang saya terus minder, saya juga sekarang biasa aja kok
mbak.” W2.S2.KP2.N142.Brs 907-914
Begitu juga dengan subjek Ags, awalnya subjek merasa malu menjalin hubungan dengan waria, apalagi dengan tetangga di desa. Subjek tidak peduli
dengan pendapat orang tentang dirinya karena lama- lama tetangganya juga akan mengetahui. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Jujur ya pertama kali waktu saya datang ke kampung saya ada perasaan minder tapi kedua sampai ketiga saya udah gak ada perasaan minder lagi. Saya minder mereka tetep
tau gak minder mereka juga udah tau jadi apapun yang terjadi biarin aja apapun resikonya.” W3.S3.KP1.N159.Brs 751-762
Selama ini, subjek Ags merasa menjadi dirinya sendiri, maka apapun yang ia jalani dan ia pilih saat ini sudah merupakan keinginan dan pilihan
subjek. Subjek juga berniat tidak mempedulikan komentar dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Iya, jadi kehidupan aku ya beginilah aku dan akan kujalani sama pacar saya.” W3.S3.KP2.N179.Brs 865-867
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri