Alasan laki-laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan teori hirarki kebutuhan maslow.
viii
ABSTRACT
The Reason of Men in Selecting Transsexual as Their Life Couple Based on Maslow’s Theory of Needs Hierarchy
Astria Novita Sari Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research was conducted to deeply know about the reason of men in selecting transsexual as their life couple based on Maslow’s Theory of Needs Hierarchy. Maslow arranged a needs hierarchy which contains various kinds of needs, begun from the lowest to the highest needs, i.e. physiological needs, secure needs, love and belonging needs, esteem and self-actualization needs.
This research was qualitative research and method of research used was descriptive qualitative. Method of data collecting used was deep interview to reveal the reason of men in selecting transsexual as their life couple based on analysis toward the needs of Maslow. The subject in this research comprises of three persons by the age of 30, 38, and 23 years old. They are working as conductor of city bus, private employees, and any of them are unemployed. These subjects had relationship with transsexual for 4 years, 11 years and 2,5 years, respectively.
Based on analyzed data, it could be drawn conclusion that the ma les who choose transsexual as his life couple has unfulfilled needs for current time. Since they live with transsexual, all of their unfulfilled needs could be fulfilled by transsexual. These two subjects which feel unfulfilled of their physiological needs had fulfilled their needs, because all of their needs were supported by transsexual. Meanwhile, a subject which feels unfulfilled his need of love and belonging nowadays could fulfil their needs because transsexual could give full of care and love up to now.
(2)
ix
ABSTRAK
Alasan Laki-laki Memilih Pasangan Hidup waria Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Astria Novita Sari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk memahami secara mendalam mengenai alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow. Maslow menyusun sebuah hiraki kebutuhan mulai dari yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam untuk mengungkap alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan menurut Maslow. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang laki- laki yang berusia 30 tahun, 38 tahun, dan 23 tahun. Mereka ada yang bekerja sebagai kernet bus kota, karyawan swasta dan ada yang tidak bekerja. Subjek telah menjalin hubungan dengan waria selama 4 tahun, 11 tahun dan 2,5 tahun.
Berdasarkan data yang dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa para lelaki yang memilih pasangan hidup waria memiliki kebutuhan yang selama ini kurang terpenuhi. Sejak hidup bersama waria semua kebutuhan para lelaki yang kurang terpenuhi dapat dipenuhi oleh waria. Dua subjek yang merasa kurang terpenuhi kebutuhan fisiologisnya sekarang sudah dapat memenuhi kebutuhannya karena semua kebutuhan mereka ditanggung oleh waria. Sedangkan satu subjek yang merasa kurang terpenuhi kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki sekarang dapat terpenuhi kebutuhannya karena waria dapat memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh selama ini.
(3)
i
STUDI DESKRIPTIF:
ALASAN LAKI-LAKI MEMILIH PASANGAN HIDUP WARIA BERDASARKAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh
Astria Novita Sari NIM : 029114011
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv
Motto
“Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup
Dan
Mampu menghidupi sesamaku”
“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara, bisa jadi dirasakan
dalam semen
it, sejam, sehari, setahun.
Namun menyerah dalam perjuangan,
rasa sakit itu akan terasa selamanya.”
(7)
v
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan
bagi orang-orang yang hadir dalam hidupku,
yang dengan tulus mencintaiku
dan tetap membuat adaku menjadi berarti.
Terima kasih, kalian telah mengisi hidupku
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta 16 Juni 2008 Penulis
Astria Novita Sari
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Astria Novita Sari
Nomor Mahasiswa : 029114011
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul:
Studi Deskriptif Mengenai Alasan Laki- laki Memilih Pasangan Hidup Waria Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Juni 2008 Yang menyatakan,
(10)
viii
ABSTRACT
The Reason of Men in Selecting Transsexual as Their Life Couple Based on Maslow’s Theory of Needs Hierarchy
Astria Novita Sari Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research was conducted to deeply know about the reason of men in selecting transsexual as their life couple based on Maslow’s Theory of Needs Hierarchy. Maslow arranged a needs hierarchy which contains various kinds of needs, begun from the lowest to the highest needs, i.e. physiological needs, secure needs, love and belonging needs, esteem and self-actualization needs.
This research was qualitative research and method of research used was descriptive qualitative. Method of data collecting used was deep interview to reveal the reason of men in selecting transsexual as their life couple based on analysis toward the needs of Maslow. The subject in this research comprises of three persons by the age of 30, 38, and 23 years old. They are working as conductor of city bus, private employees, and any of them are unemployed. These subjects had relationship with transsexual for 4 years, 11 years and 2,5 years, respectively.
Based on analyzed data, it could be drawn conclusion that the ma les who choose transsexual as his life couple has unfulfilled needs for current time. Since they live with transsexual, all of their unfulfilled needs could be fulfilled by transsexual. These two subjects which feel unfulfilled of their physiological needs had fulfilled their needs, because all of their needs were supported by transsexual. Meanwhile, a subject which feels unfulfilled his need of love and belonging nowadays could fulfil their needs because transsexual could give full of care and love up to now.
(11)
ix
ABSTRAK
Alasan Laki-laki Memilih Pasangan Hidup waria Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Astria Novita Sari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk memahami secara mendalam mengenai alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow. Maslow menyusun sebuah hiraki kebutuhan mulai dari yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam untuk mengungkap alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan menurut Maslow. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang laki- laki yang berusia 30 tahun, 38 tahun, dan 23 tahun. Mereka ada yang bekerja sebagai kernet bus kota, karyawan swasta dan ada yang tidak bekerja. Subjek telah menjalin hubungan dengan waria selama 4 tahun, 11 tahun dan 2,5 tahun.
Berdasarkan data yang dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa para lelaki yang memilih pasangan hidup waria memiliki kebutuhan yang selama ini kurang terpenuhi. Sejak hidup bersama waria semua kebutuhan para lelaki yang kurang terpenuhi dapat dipenuhi oleh waria. Dua subjek yang merasa kurang terpenuhi kebutuhan fisiologisnya sekarang sudah dapat memenuhi kebutuhannya karena semua kebutuhan mereka ditanggung oleh waria. Sedangkan satu subjek yang merasa kurang terpenuhi kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki sekarang dapat terpenuhi kebutuhannya karena waria dapat memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh selama ini.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi.
Terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini dengan kritik ataupun saran, semangat, kehadiran, perhatian, gurauan, bantuan baik mental, spritual dan materi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1.GOD The Almighty in Jesus Christ…yang selalu memberikan pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, berkat di setiap cobaan dan jawab di setiap doaku. 2.Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3.Ibu Sylvia Carolina. MYM, S.Psi., M.Si selaku Dosen pembimbing Skripsi. Terima kasih banyak telah memberikan waktu, kritik, saran serta mendengarkan keluh kesahku selama ini, terlebih kesempatan yang sangat berarti dalam proses penyelesaian penyusunan skripsi ini.
4.Ibu Titik Kristiyani, S.Psi selaku dosen pembimbing akademikku. Terima kasih ibu untuk bimbingannya selama saya menjadi anak didik ibu, dan terima kasih atas kesabaran yang ibu berikan dalam mengoreksi kesalahanku untuk mejadi lebih baik.
5.Mas Gandung, dan Mbak Nanik yang dengan sabar melayani untuk urusan kesekretariatan. Dan Pak Gik yang selalu semangat dan pantang merasa lelah, terimakasih atas pelayanannya selama kuliah di psikologi.
(13)
xi
6.Papa dan Mamaku tercinta. Terima kasih untuk segala sesuatunya, terlebih dukungan, doa serta harapan yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Inilah karya kecilku yang tidak sempurna yang aku bisa persembahkan buat Papa dan Mama. 7.Kakakku satu-satunya ”Amex”. Makasih atas dukungannya selama ini ya Mex
akhirnya aku lulus juga... Aku akan tetap menjadi adikmu yang ”Nduth” dan menjadi ”Maskot Keluarga” he...he...he...
8.Mbahkung. Terima kasih atas bantuannya selama ini karena tanpa mbahkung adek gak bisa kuliah seperti sekarang ini.
9.My Lovely. Terima kasih untuk selalu menemaniku disaat aku sedang rapuh dan jatuh. Makasih juga untuk canda tawanya selama ini yang bisa selalu buat aku tersenyum, untuk selalu menjadi bagian dari hidupku dan aku berharap banget untuk bisa laluin sisa hidupku denganmu…
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan terbuka penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan penelitian ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang berkepentingan untuk membacanya, terima kasih.
Yogyakarta 16 Juni 2008 Penulis
(14)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEAS LIAN KARYA... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR SKEMA ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 3
C. TUJUAN PENELITIAN ... 3
D. MANFAAT PENELITIAN ... 3
BAB II. DASAR TEORI... 5
A. WARIA ... 5
(15)
xiii
C. KEBUTUHAN MANUSIA ... 10
1. KEBUTUHAN SECARA UMUM ... 10
2. KEBUTUHAN BERDASARKAN HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW ... 10
1. Kebutuhan Fisiologis ... 12
2. Kebutuhan Rasa Aman ... 13
3. Kebutuhan akan Cinta dan Rasa Memiliki ... 14
4. Kebutuhan akan Penghargaan ... 15
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 16
D. ALASAN LAKI-LAKI MEMILIH PASANGAN HIDUP WARIA BERDASARKAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW ... 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23
A. JENIS PENELITIAN ... 23
B. SUBJEK PENELITIAN ... 24
C. METODE PENGUMPULAN DATA ... 24
1. Wawancara ... 24
D. ANALISIS DATA... 40
E. KEABSAHAN DATA ... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
(16)
xiv
B. HASIL PENELITIAN ... 46
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 46
2. Penyajian Data... 46
C. PEMBAHASAN ... 83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. KESIMPULAN ... 89
B. SARAN ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN ... 94
A. Transkrip Verbatim Wawancara Subjek I ... 95
B. Transkrip Verbatim Wawancara Subjek II... 114
C. Transkrip Verbatim Wawancara Subjek III ... 147
(17)
xv
DAFTAR TABEL
TABEL I. Pedoman Umum Wawancara ... 25 TABEL II. Ringkasan Analisis Kebutuhan Laki- laki yang Memilih
Pasangan Hidup waria ... 74 TABEL III Tabel Triangulasi... 215
(18)
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Skema Hasil Penelitian Subjek I (Rn)... 80 Skema 2 : Skema Hasil Penelitian Subjek II (Rd) ... 81 Skema 3 : Skema Hasil Penelitian Subjek III (Ags) ... 82
(19)
1
BAB I
A. PENDAHULUAN
Pada saat mendengar kata “lelaki”, akan terbayang seseorang yang gagah, jantan, pemberani, macho, cool dan keren. Manusia diciptakan sebagai laki- laki dan perempuan, dimana seorang laki- laki akan berpasangan dengan perempuan dan begitu juga sebaliknya. Mereka akan saling melengkapi satu sama lain dengan kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki.
Pada umumnya laki- laki akan tertarik dengan lawan jenisnya yaitu perempuan. Keduanya akan menjalin hubungan dan memahami satu sama lain. Mereka juga akan memperkenalkan keluarga masing- masing sehingga dapat mengenal lebih dekat dengan keluarga pasangannya. Begitu juga dengan para orang, mereka diperkenalkan satu sama lain agar dapat lebih mengenal. Setelah kedua pihak saling mengenal keluarga masing- masing dan merasa cocok maka mereka akan memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
Seorang laki- laki akan mencari istri yang sejati yang dapat menjalankan tugas dan kodratnya sebagai perempuan seperti melahirkan, menyusui, memasak, mengurus rumah tangga dan mendidik anak dengan baik. Mereka akan hidup sebagai suami istri dan menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai suami dan istri. Berbeda dengan pasangan pada umumnya dimana laki- laki akan menyukai lawan jenisnya yaitu perempuan, tetapi ada juga laki- laki yang justru tertarik dan menyukai ”waria”
(20)
(singkatan dari wanita dan pria) bahkan sampai tinggal bersama dengannya (Heuken dalam Koeswinarno, 1996).
Padahal secara fisik, waria adalah seorang laki- laki yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang perempuan dengan cara berpenampilan dan berdandan seperti perempuan. Waria ingin menj adi wanita sepenuhnya maka cara yang mereka gunakan adalah berperan sebagai perempuan dan bertingkah laku sebagai perempuan, bahkan sifatnya yang feminin lebih terlihat jelas dibandingkan perempuan normal. Maka sebagai wanita, waria akan menyukai laki- laki normal dalam arti laki- laki itu tidak ”sakit” atau bukan seorang homoseksual. Laki- laki dan waria akan hidup bersama seperti suami istri pada umumnya, tetapi waria tetap tidak bisa menjalankan kodrat sebagai perempuan seperti melahirkan dan menyusui walaupun penampilan dan tingkah lakunya seperti perempuan.
Dalam masyarakat, waria masih belum bisa diterima dengan baik begitu juga laki- laki yang hidup bersama waria karena mereka berbeda dengan pasangan pada umumnya. Keluarga mereka pun biasanya tidak setuju jika anaknya yang laki- laki menyukai dan hidup bersama dengan waria karena hal itu dianggap tidak wajar. Begitu juga dengan masyarakat, mereka akan menganggap hal itu aneh bahkan sebagian dari masyarakat menganggap ”jijik” terhadap waria (www. Google/waria.com, 4 Desember 2006). Masyarakat akan lebih menerima pasangan yang normal yaitu laki- laki dan perempuan yang memang pada dasarnya sudah ditakdirkan untuk berpasangan. Tetapi ada juga masyarakat yang tidak terlalu peduli dengan hal itu, yang penting mereka tidak mengganggu keamanan serta kenyamanan
(21)
masyarakat sekitar. Selain itu, waria dan pasangannya juga mau mengikuti peraturan yang ada di masyarakat misalnya seperti ronda malam, jimpitan beras dan iuran-iuran yang lain sehingga masyarakat bisa mene rimanya.
Kehidupan laki- laki bersama waria memang merupakan hal yang tidak biasa, maka tanggapan masyarakat terhadap hal tersebut juga berbeda-beda. Ada yang beranggapan biasa saja yang penting tidak mengganggu masyarakat tetapi ada juga yang mengganggap ”jijik” hal tersebut.
Adanya beberapa pikiran dan pertanyaan yang muncul inilah yang membuat peneliti merasa tertarik akan kehidupan laki- laki yang memilih pasangan hidup waria. Maka dari itu, peneliti akan mencoba mengkaji dan melihat secara objektif mengenai alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria dan bagaimana kehidupan sehari- hari mereka di tengah-tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Apa alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow.
(22)
D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis
a. Pene litian ini ingin menyumbangkan suatu informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seorang lelaki menyukai seorang waria dan menjadi kekasihnya.
b. Penambahan kajian dalam bidang Psikologi, khususnya dalam Psikologi Klinis mengenai faktor yang menyebabkan seorang lelaki menyukai waria.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat menginformasikan kepada masyarakat mengenai keberadaan lelaki yang menyukai seorang waria. Sehingga masyarakat dapat berpandangan lebih objektif, lebih toleransi, lebih humanis dan dapat lebih memahami adanya fenomena ini dalam masyarakat.
b. Dengan adanya sikap toleransi dan humanis terhadap kehidupan atau fenomena tersebut, maka akan tercipta kondisi masyarakat atau komunitas yang sehat dan ada keselarasan antara masyarakat dengan kelompok mereka yaitu seorang lelaki yang menyukai waria., dengan keberagaman dan keunikan dari individu- individu yang ada di dalamnya.
(23)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Waria
Definisi waria, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), adalah kependekan dari wanita pria, pria yang berjiwa dan bertingkah laku seperti wanita; pria yang mempunyai perasaan seperti wanita. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Yus Badudu-Zain (1998), juga dikatakan bahwa waria yang merupakan kependekan dari wanita pria, merupakan pria yang jiwa, tingkah laku, serta fisiknya bersifat wanita atau kewanita-wanitaan memang bukan dibuat-buat, tetapi merupakan bawaan dari lahir (Pria-pria Jelita Upaya Miring Fantasi & Penyimpangan Seks).
Boellstorff (2003) juga mengungkapkan bahwa waria adalah akronim dari wanita dan pria, secara kasar bisa diartikan sebagai male transvestite atau laki- laki yang berpenampilan seperti seorang perempuan.
Drs. Marcel Latuihamallo, Msc, Ketua Mitra Indonesia, memaparkan bahwa pada dasarnya secara fisiologis, waria itu sebenarnya adalah pria. Namun pria ini mengidentifikasikan dirinya menjadi seorang wanita. Misalnya, dalam penampilan dandanannya, mereka mengenakan busana dan aksesori seperti halnya wanita, bahkan kadang aksesoris dan dandanannya terlihat berlebihan. Dalam pengertian secara umum, waria adalah seorang laki- laki yang secara jasmani sempurna dan jelas, tetapi
(24)
secara psikis cenderung bertingkah laku sebagai orang dari jenis kelamin yang berlainan (Koeswinarno, 1996 dan P. Esty dan Sugoto, 1998).
Wenas (Yanti dalam P. Esty dan Sugoto, 1998) mengatakan bahwa istilah waria sendiri memang ditujukan untuk penderita transseksual atau seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan jiwanya. Huffman, K., Vernoy, M., Vernoy, J (1997) mengungkapkan bahwa transseksualisme adalah ketika seseorang secara fisik memiliki jenis kelamin tertentu tetapi secara psikologis berlawanan dan memiliki keinginan yang kuat untuk mengubah tubuhnya secara fisik dengan jenis kelamin yang berlawanan dengan yang dimilikinya. Sejalan dengan definisi tersebut, menurut PPDGJ III F.64.0, transseksualisme adalah suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya.
Edwards (2000) berpendapat bahwa transseksual adalah laki- laki atau perempuan yang merasa identitas seksualnya inkongruen dengan realita secara anatomis dan secara aktif berusaha untuk menyelesaikan konflik ini melalui tinjauan ulang fungsi seksual sesuai tugasnya.
Maka sampai saat ini posisi waria masih belum dapat diakui dan diterima, dalam arti mereka tidak seperti layaknya laki- laki dan perempuan yang memiliki kedudukan atau status yang jelas dalam masyarakat kita. Seperti yang dipaparkan oleh Dede Oetomo (Jawa Pos, 11 Mei 2000), kaum waria belum diterima para pemuda metropolis. Mereka menganggap kehidupan waria itu norak dan vulgar. Penolakan terhadap mereka tidak hanya sebatas “jijik”, tetapi sampai pada tindakan-tindakan diskriminatif yang membuat waria makin berada di garis pinggir. Padahal,
(25)
waria juga merupakan bagian komunitas dari manusia normal. Kaum waria sendiri sebenarnya sangat terbuka, khususnya di kalangan masyarakat bawah, akan tetapi di masyarakat secara luas dapat dikatakan bahwa keberadaan mereka antara diakui dan ditolak.
Perubahan seorang laki- laki menjadi waria akan merubah kebiasaan dan kegemaran mereka menjadi sebagaimana seorang perempuan. Mereka benar-benar ingin menjadi wanita sepenuhnya, sehingga cara yang mereka gunakan adalah berperan sebagai wanita dan berdandan serta bertingkah sebagai wanita untuk mendapatkan kepuasan. Hal ini juga menjurus pada perilaku seks mereka. Secara psikologis, mereka yang merasa dirinya sebagai perempuan akan cenderung mencari pasangan (seks) seorang laki- laki (Koeswinarno, 1996). Dalam Koeswinarno (1989) diungkapkan bahwa seorang waria tidak akan melayani seorang laki- laki yang mengidap kelainan sebagai homoseks. Dalam pemuasan dorongan seksnya, waria melakukan hubungan seks dengan seorang laki- laki yang normal dalam arti bahwa laki- laki itu tidak ”sakit” atau bukan seorang homoseksual.
Tidaklah mudah bagi waria untuk menjalin hubungan dengan orang lain, apalagi dalam mencari pasangan atau kekasih. Maka seorang waria biasanya akan mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya untuk membuat pasangannya senang sehingga laki- laki itu tidak meninggalkan dirinya. Bagi waria uang bukan menjadi hal yang sangat penting, tetapi kesenangan dan kepuasan dari laki- lakilah yang lebih ia butuhkan. Maka asalkan laki- laki itu dapat memenuhi kebutuhan waria maka waria akan merasa senang dengannya.
(26)
Hal ini dapat kita lihat dalam budaya waria yang terdapat pada pertunjukkan seni tradisional seperti kesenian warok Ponorogo. Warok dikisahkan sebagai orang yang sangat sakti dan untuk mempertahankan kesaktiannya mereka memelihara gemblak, yaitu laki- laki muda yang umumnya berusia antara 9 – 17 tahun. Gemblak ini bertugas sebagai pelayan rumah tangga sekaligus sebagai pemuas seksual bagi Sang Warok yang sedang menimba ilmu. Mereka kerap diperlakukan sebagai seorang waria, baik dalam perilaku maupun pena mpilan. Koeswinarno (1996) mengungkapkan bahwa ada beberapa waria yang ditemukan dalam penelitian pernah menjadi gemblak.
Waria sering digunakan untuk pelampiasan nafsu laki- laki saja. Seperti yang terdapat di Oman ,waria yang bekerja sebagai pelacur sering dikenal dengan Xanith yang lebih berfungsi sebagai pelacur dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan pelacur wanita (Koeswinarno,1996). Laki- laki yang hanya ingin mencari kepuasan namun tidak mau mengeluarkan uang yang banyak akan memilih waria sebagai tempat pelampiasan nafsunya.
(27)
B. Perbedaan Waria dan Homoseksual
Secara umum waria didefinisikan sebagai individu yang secara fisik laki- laki namun secara kejiwaan mereka adalah wanita. Persepsi diri semacam ini menimbulkan keinginan untuk mengubah jenis kelamin mereka ke dalam bentuk yang berlawanan. Manifestasi yang muncul adalah bagaimana mengekspresikan diri seperti seorang wanita. Selain itu, secara seksual mereka memiliki ketertarikan kepada sesama jenis, yaitu laki- laki.
Sebaliknya, homoseksual adalah seseorang yang memiliki ketertarikan secara romantis dan seksual kepada anggota jenis kelamin yang sama. Namun, mereka tidak mempersepsi identitas mereka sebagai anggota dari lawan jenis dan tidak berusaha untuk menjadi anggota dari jenis kelamin yang berlawanan.
Waria merasa dirinya sebagai wanita walaupun mempunyai organ kelamin pria normal. Karena merasa sebagai wanita, waria ingin berpenampilan seperti mereka dan tertarik pada pria. Sedangkan pria homoseksual menyadari bahwa dirinya adalah seorang laki- laki, tetapi tertarik pada sesama jenis, karena menyadari dirinya seorang laki- laki, seorang homoseksual pria bisa jadi berpenampilan sangat maskulin (Kompas, 17 Maret 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Langevin,et. al (1978) menunjukkan bahwa tingkat femininitas waria lebih tinggi daripada laki- laki homoseksual. Maka dengan femininitas yang ia miliki biasanya waria menjalin hubungan dengan laki- laki normal.
(28)
C. KEBUTUHAN MANUSIA 1. Kebutuhan Secara Umum
Kartono (1987) mendefinisikan kebutuhan sebagai setiap kekurangan yang ada pada individu sebagai persayaratan untuk tetap hidup, baik yang berupa kegemaran, maupun kebutuhan fisiologis, atau penyesuaian yang optimal terhadap lingkungan. Sedangkan Winkel memandang kebutuhan sebagai suatu kekosongan yang diperlukan bagi kesejahteraannya, paling sedikit menurut pikirannya sendiri (Winkel, dalam Purwaningsih, 2002).
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu (Handoko, 1992). Sarwono (1995) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan yang pemunculannya berbeda-beda tergantung pada kondisi individu yang bersangkutan. Manusia ingin mendapatkan atau memenuhi semua kebutuhan dan keinginannya masing- masing dalam porsi yang memang sesuai dengan kehendaknya sendiri.
2. Kebutuhan Berdasarkan Hirarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan karena adanya ketidakseimbangan dalam diri individu membuat individu yang bersangkutan melakukan suatu tindakan. Tindakan itu mengarah pada suatu tujuan, tujuan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Bila kebutuhan yang pertama sudah terpenuhi, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada
(29)
taraf yang lebih tinggi. Keadaan ini menimbulkan kebutuhan baru dan seterusnya sehingga manusia boleh dikatakan tidak pernah diam (Handoko, 1992).
Kebutuhan manusia secara umum dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah kebutuhan biologis atau kebutuhan primer dan yang keduaadalah kebutuhan sekunder atau kebutuhan psikologis. Kebutuhan primer mutlak harus dipenuhi karena kebutuhan ini menunjang manusia agar tetap hidup, diantaranya adalah makan, minum, tempat tinggal, bernafas, beristirahat, dan seterusnya. Sedangkan kebutuhan psikologis adalah kebutuhan yang jika dipenuhi akan membuat orang lebih bahagia hidupnya. Contoh kebutuhan sekunder adalah kasih sayang, pujian, rasa aman, kebebasan dan lain- lain (Handoko, 1992).
Seorang ahli psikologi bernama Abraham Maslow membedakan motif manusia berdasarkan taraf kebutuhannya, mulai dari kebutuhan biologis manusia yang dibawa sejak lahir, sampai dengan kebutuhan psikologis yang kompleks. Ia kemudian menyusun sebuah hirarki kebutuhan yang berisi kebutuhan biologis dan psikologis dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi. Menurut Maslow manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Hal ini merupakan konsep fundamental dari teori Maslow.
Menurut Maslow suatu motif akan menguasai tingkah laku seseorang bila motif yang berada di bawahnya sudah terpenuhi. Tingkah laku manusia mula- mula dikuasai oleh kebutuhan yang paling rendah yaitu motif fisiologis, seperti lapar, haus dan seterusnya. sampai dengan kebutuhan yang paling tinggi yaitu aktualisasi
(30)
(Handoko, 1992). Maslow menyebutkan 5 kebutuhan manusia di dalam hirarkinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam hirarki tersebut bersifat saling melengkapi satu dengan yang lainnya (Kanuk, dalam Schiffman dan Kanuk, 2000).]
Maslow menyusun kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam urutan yang berbentuk seperti piramid atau anak tangga, dengan susunan serta keterangan sebagai berikut (dimulai dari kebutuhan yang paling rendah tingkatannya) :
(dalam Goble, 1987)
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar, kuat dan jelas dibandingkan kebutuhan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis terdiri dari kebutuhan-kebutuhan yang pemuasannya ditujukan pada pemeliharaan proses-proses biologis dan kelangsungan hidup. Termasuk dalam kategori ini diantaranya adalah kebutuhan untuk makan, minum, oksigen, tidur, dan beraktivitas, seks, tempat berteduh dan berlindung dari segala suhu dan rangsang sensoris (Ziegler & Hjelle, 1981). Seseorang akan menekan atau mengabaikan kebutuhan lainnya sampai kebutuhan ini terpenuhi atau terpuaskan. Maslow berpendapat bahwa kebutuhan dasar memiliki pengaruh ya ng cukup besar pada tingkah laku manusia apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi atau terpuaskan. Maslow juga mengatakan bahwa orang dapat saja menyusun daftar panjang tentang kebutuhan fisiologisnya, tergantung seberapa rinci orang tersebut ingin membuatnya.
(31)
Goble (1987) menulis bahwa kebutuhan fisiologis dapat pula disebut sebagai kebutuhan primer, karena telah ada sejak manusia dilahirkan.
Jika seseorang mengalami kekurangan dalam kebutuhan fisiologisnya, ia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Lebih lanjut Maslow menambahkan, bahwa kebutuhan fisiologis berbeda dengan kebutuhan lain setidaknya dalam dua hal.
Pertama, kebutuhan fisiologis merupakan satu-satunya kebutuhan yang sangat mungkin untuk dipenuhi atau bahkan dipenuhi secara berlebihan. Sedangkan yang kedua adalah bahwa kebutuhan fisiologis memiliki pemunculan yang berulang (Feist & Feist, 1998).
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan ini meliputi kebebasan, keteraturan, aman secara finansial, dan menjalin relasi yang harmonis dengan anggota keluarga. (Koeswara, 1989). Kebutuhan ini akan muncul pada diri individu apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia kemudian akan didorong oleh keinginan mencari perlindungan atau memperoleh rasa aman.
Inti dari kebutuhan ini adalah untuk memperoleh kepastian yang layak dari lingkungannya (Ziegler & Hjelle, 1981). Hal- hal yang termasuk dalam kategori kebutuhan ini diantaranya adalah jaminan keamanan fisik, kestabilan atau keseimbangan, dan perlindungan (Feist & Feist, 1998 ; Kanuk, dalam Schiffman dan Kanuk, 2000). Kebutuhan ini akan muncul pada diri individu
(32)
apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Kebutuhan akan rasa aman muncul dan mema inkan peranan dalam bentuk mencari tempat perlindungan, membangun privasi individual, mengusahakan keterjaminan finansial melalui asuransi atau dana pensiun, dan sebagainya.
Maslow percaya bahwa kita membutuhkan sedikit banyak sesuatu yang sifatnya rut in dan dapat diramalkan. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
3. Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki
Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, kebutuhan seseorang akan meningkat pada kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Feist & Feist (1998) menulis bahwa bagi sebagian besar manusia, kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpuaskan dengan baik, tetapi tidak demikian halnya dengan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Sebagian besar manusia akan menetap pada tingkat kebutuhan ini hingga tercapai kestabilan untuk dicintai dan diterima oleh orang lain. Hal- hal yang termasuk dalam kategori kebutuhan ini diantaranya adalah cinta, kasih sayang dan penerimaan (Kanuk, dalam Schiffman dan Kanuk, 2000). Menurut Maslow kebutuhan cinta disini tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipandang sebagai kebutuhan fisiologis semata. Tanpa kasih sayang, pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (Goble, 1987).
Kebutuhan akan rasa memiliki mendorong individu untuk membangun hubungan yang afektif dengan orang lain. Keterpisahan dan kehilangan akan
(33)
mengakibatkan individu merasa kesepian dan tidak berdaya. Kebutuhan rasa memiliki-dimiliki akan terpenuhi bila kita menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain.
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang dapat dideskripsikan sebagai berikut (As’ad 1991; Goble 1987) :
a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana dia hidup dan bekerja.
b. Kebutuhan akan disayangi oleh teman-teman dan orang lain dimana dia hidup dan bekerja.
c. Kebutuhan akan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting. d. Kebutuhan untuk bisa berprestasi.
e. Kebutuhan untuk bisa bekerja sama.
Kebutuhan ini akan menjadi sulit untuk dipenuhi karena faktor mobilitas kita sendiri, misalnya sering berpindah-pindah tempat kerja, rumah rumah maupun kota. Kita tidak memiliki cukup banyak waktu untuk mengembangkan rasa saling memiliki sehingga kadang kala ada orang yang merasa kesepian walau banyak orang disekelilingnya (Schultz, 1998).
4. Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan oleh Maslow dibagi menjadi 2 yaitu: a. Penghargaan yang berasal dari diri sendiri.
(34)
Penghargaan yang berasal dari diri sendiri berupa hasrat individu untuk memperoleh rasa percaya diri, kompetensi, kekuatan pribadi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan (Koeswara, 1989; Goble, 1987). Sedangkan penghargaan dari orang lain berupa prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, nama baik serta penghargaan (Goble, 1987). Maslow menekankan bahwa terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu menghasilkan rasa dan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat dan rasa mampu. Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak terpuaskan maka akan menyebabkan individu tersebut mengalami perasaan rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah dan rasa tidak berguna (Koeswara, 1989).
Schultz (1998) berpendapat bahwa penghargaan yang berasal dari orang lain merupakan hal yang utama, karena kita akan cenderung lebih mudah untuk berpikir baik tentang diri kita sendiri jika kita merasa yakin bahwa orang lain berpikir baik tentang diri kita.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Saat seseorang telah memenuhi kebutuhannya akan penghargaan, ia akan mulai membentuk dasar yang kuat untuk menapaki kebutuhan selanjutnya yaitu aktualisasi diri (Feist & Feist, 1998). Kebutuhan ini mengacu pada keinginan individu untuk menggunakan potensi, bakat dan kemampuan yang dimilikinya secara maksimal, sehingga ia dapat menjadi apapun sesuai dengan potensinya itu (Ziegler & Hjelle, 1981). Maslow berpendapat bahwa lingkungan
(35)
yang optimal akan memberi kesempatan bagi individu untuk mengembangkan potensinya secara maksimal (Bruno, 1983).
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi tingkatannya dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Definisi aktualisasi diri menurut Maslow adalah penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas, potensi-potensi dan lain- lain. Orang-orang yang teraktualisasi dirinya dapat memenuhi dirinya dan melakukan sesuatu secara maksimal. Maslow menyebutkan bahwa orang yang teraktualisasi dirinya adalah orang yang berusia lanjut, cenderung dipandang sebagai keadaan puncak atau keadaan akhir bukan suatu proses dinamis yang terus aktif sepanjang hidup. Namun sering penelitian Maslow terhadap orang yang teraktualisasi diri atau istilah lainnya adalah menjadi manusiawi secara penuh, maka Maslow mengkategorikan orang-orang yang teraktualisasikan dirinya sebagai berikut (Goble, 1987) :
a. Orang yang teraktualisasi dirinya adalah orang yang berkembang atau menemukan jati diri dan berkembangnya potensi-potensi yang ada atau yang terpendam.
b. Harapan- harapan dan hasrat pribadi tidak dibiarkan menyesatkan pengamatan mereka sendiri.
c. Tegas dan memiliki pengertian yang lebih jelas tentang mana yang benar dan mana yang salah.
d. Mampu menembus dan melihat realitas yang tersembunyi dan membingungkan.
(36)
e. Memiliki sifat rendah hati, mampu mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran, mampu mengakui bahwa mereka tidak tahu segala-galanya dan orang lain mampu mengajari mereka tentang sesuatu.
f. Persepsi orang teraktualisasi dirinya lebih sedikit dicemari oleh hasrat, kecemasan, ketakutan, harapan, optimisme, palsu atau pesimisme.
g. Membaktikan hidupnya pada pekerjaan, tugas, kewajiban, atau panggilan-panggilan tertentu yang dianggap penting.
h. Mampu bekerja keras, disiplin, latihan dan tidak jarang menunda kenikmatan. i. Kreatif, fleksibel, spontan, berani, berani membuat kesalahan, terbuka dan
rendah hati.
j. Kadar konflik rendah. Orang yang teraktualisasikan dirinya tidak melawan dirinya sendiri dan ia memiliki energi untuk tujuan yang produktif.
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan kemampuan manusia secara penuh atau maksimal. Membaktikan hidupnya dan melakukan pekerjaan, tugas, kewajiban atau panggilan tertentu yang mereka anggap penting akan memberikan suatu kebahagiaan. Rasa tanggung jawab akan suatu tugas yang penting merupakan syarat utama untuk menumbuhkan aktualisasi diri. Orang bisa mengaktualisasikan dirinya melalui pekerjaan yang ia lakukan.
Maslow juga menyebut dorongan untuk orang-orang yang mengaktualisasikan diri, Metamotivation atau B-motivation (dorongan karena pertumbuhan). “Meta” berarti sesudah atau melampaui sehingga metamotivation berarti bergerak
(37)
melampaui ide tradisional tentang dorongan. Dalam arti lain suatu keadaan dimana dorongan sama sekali tidak berperan. Orang yang teraktualisasikan dirinya tidak berjuang namun mereka berkembang untuk menjadi manusia seutuhnya menurut potensi mereka. Mereka memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, memenuhi potensi-potensi dan mengetahui serta memahami dunia di sekitar mereka. Orang tidak berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan atau mereduksi tegangan. Tujuannya adalah memperkaya dan memperluas pengalaman hidup, meningkatkan kesenangan dan kegembiraan yang luar biasa dalam hidup (Schultz, 1991).
Maslow juga menyebutkan tentang D- motivation atau deficiency motivation atau dorongan karena kekurangan. Deficiency motivation adalah dorongan untuk membereskan suatu kekurangan dalam organisme. Dorongan karena kekurangan tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan fisiologis tapi juga kebutuhan akan rasa aman, memiliki dan cinta serta penghargaan.
E. Alasan laki-laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan yang telah dipaparkan oleh Maslow, dapat dilihat adanya kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap orang sesuai dengan tingkatannya. Dimulai dari kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan yang paling tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
(38)
Setiap orang akan berusaha dengan berbagai cara agar dapat memenuhi kebutuhannya. Ada yang dengan cara bekerja, mengemis, minta makanan kepada orang lain, menjual barang-barang yang ia miliki, bahkan ada yang sampai mencuri ataupun membunuh. Demi memenuhi kebutuhan hidupnya orang dapat melakukan apa saja, termasuk juga memilih pasangan hidup waria. Seorang lelaki memilih pasangan waria karena mungkin ada sesuatu hal yang membuatnya mengambil keputusan seperti itu. Mungkin saja dengan menjalin hubungan dengan waria kebutuhannya terpenuhi.
Disini akan dijelaskan bagaimana teori hirarki kebutuhan tersebut memotivasi atau mendorong laki- laki untuk memilih pasangan waria. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling utama yaitu kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, tidur, dan oksigen. Setiap orang akan menggunakan berbagai cara untuk memenuhi tersebut, termasuk menjalin hubungan dengan waria. Dengan menjalin hubungan dengan waria, laki- laki tidak perlu bekerja atau bersusah payah mendapatkan uang untuk makan, minum atau memenuhi kebutuhan pokoknya setiap hari.
Kebutuhan akan rasa aman akan muncul dominan pada diri individu apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologisnya telah terpuaskan. Ba gi orang dewasa kebutuhan akan rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang normal. Apabila seorang laki- laki dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, maka ia akan merasa aman. Laki- laki akan merasa lebih lega dan tenang apabila kebutuhannya telah dipenuhi, maka ia memilih pasangan waria menurutnya dapat memberikan rasa aman bagi dirinya. Hal ini dapat
(39)
juga terjadi pada laki- laki yang sudah berkeluarga tetapi belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Penghasilan yang ia dapatkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, maka ada juga laki- laki yang sudah beristri pun menjalin hubungan dengan waria karena dengan begitu dapat meringankan bebannya.
Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk membangun hub ungan afektif dengan orang lain, baik di lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, atau dalam kelompok. Keterpisahan atau ketiadaan ikatan dengan orang lain bisa mengakibatkan individu merasa kesepian, terasing, hampa dan tak berdaya. Keadaan semacam ini bisa dan sering dialami dalam perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan mencintai (orang tua, saudara, kekasih, atau sahabat), yang memotivasi mereka untuk membentuk ikatan baru dengan orang-orang yang dijumpai di lingkungan yang baru. Adanya perhatian, pengertian, kasih sayang, dan sikap menerima dari waria akan membuat laki- laki senang dan memilih untuk menjalin hubungan dengannya. Seorang laki- laki akan merasa senang karena pada saat ia mengalami kesulitan atau masalah, kekasihnya dapat memberikan perhatian, pengertian dan kasih sayang yang sedang ia butuhkan. Apalagi bagi laki- laki yang sebelumnya kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua, saudara dan orang-orang di sekitarnya. Tidak mudah bagi waria untuk mencari pasangan, maka biasanya waria selalu setia terhadap pasangannya. Ia akan terlihat sangat sayang dan perhatian dengan pasangannya supaya dirinya tidak ditinggalkan.
(40)
Kebutuhan akan penghargaan dibagi menjadi dua yaitu penghargaan yang berasal dari diri sendiri dan penghargaan yang berasal dari orang lain. Penghargaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, terkadang orang merasa jengkel karena dirinya tidak dihargai. oleh orang-orang di sekitarnya. Dalam masyarakat keberadaan waria masih belum dapat diterima dengan baik, maka masyarakat juga akan merasa aneh dan tidak wajar apabila seorang laki- laki menjalin hubungan dengan waria. Apalagi ada laki- laki yang sudah berkeluarga dan meninggalkan keluarganya untuk tinggal bersama kekasihnya waria. Waria akan merasa sangat senang karena demi dirinya laki- laki itu sampai meninggalkan keluarganya, maka ia akan menerima laki tersebut apa adanya, sekalipun laki-laki itu tidak bekerja. Ia akan mencurahkan segala perhatian untuk kekasihnya.
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi tingkatannya dalan teori hirarki kebutuhan Maslow. Mungkin dapat dikatakan bahwa seorang laki- laki yang memilih waria sebagai pasangan hidupnya sudah merupakan keputusan atau pilihan yang ia ambil. Laki- laki tersebut sudah memikirkan untuk menjalani hidupnya dengan seorang waria, maka ia sanggup menerima resiko apa saja. Meskipun begitu, sebenarnya laki- laki tersebut memiliki suatu keinginan atau cita-cita yang ingin ia capai.
(41)
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya”. Menurut Cresswel (1998), pendekatan kualitatif adalah sebuah proses pemahaman penyelidikan yang didasarkan pada tradisi metodologi penyelidikan berbeda yang mengeksplorasi masalah manusia atau sosial. Peneliti kualitatif membangun sebuah kekompleksan, gambaran yang holistik, analisis kata-kata, laporan yang mendetail, dan menyusun studi dalam suasana yang natural.
Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian dengan tujuan penelitian untuk membuat pecandraan (deskriptif) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2002). Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan serta memahami secara mendalam tentang alasan laki- laki memilih pasangan hidup waria berdasarkan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow.
(42)
B. SUBJEK PENELITIAN
Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini tidak diarahkan pada keterwakilan, dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan konteks teoritis tentang laki- laki yang memilih pasangan hidup waria. (Poerwandari, 2005).
Subjek penelitian diperoleh dengan cara mencari informasi tentang waria yang tinggal bersama kekasihnya. Subjek dalam penelitian ini adalah laki- laki yang memiliki kekasih seorang waria dan saat ini tinggal bersama waria.
Beberapa identitas subjek seperti nama, tempat tinggal, alamat asal, pekerjaan, nama orang tua, dan sebagian besar nama tokoh-tokoh yang banyak terkait dalam kehidupan subjek akan disamarkan untuk menjaga kerahasiaan subjek.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan metode wawancara sebagai alat utama untuk mengumpulkan data dan observasi sebagai metode pendukung.
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif ini dilakukan guna memperoleh pengetahuan tentang makna- makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan
(43)
eksplorasi terhadap isu- isu atau suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Poerwandari, 2005)
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan pedoman umum. Pedoman wawancara umum berisi tentang hal- hal atau isu- isu yang harus diliput dan terungkap tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas dan sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Bentuk wawancara dalam penelitian ini adalah mendalam (in-deph-interview), dimana peneliti mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek secara utuh dan mendalam (Poerwandari, 2005).
Tabel I.
Pedoman Umum Wawancara
Topik Utama Indikator Topik Pertanyaan
Pertanyaan Umum a. Dalam pergaulan
sehari-hari anda mengenal banyak perempuan, tetapi mengapa anda memilih menjalin hubungan dengan waria? b. Apakah anda sudah pernah
berpacaran?
c. (Apabila pernah) Apa yang tidak anda dapatkan selama berhubungan dengan pacar-pacar anda yang seorang perempuan dibandingkan dengan waria?
(44)
d. Apa kelebihan yang dimiliki waria dibandingkan dengan pacar-pacar anda sebelumnya?
e. (Apabila belum pernah) Mengapa anda belum pernah berpacaran?
Pertanyaan bagi yang sudah memiliki istri:
a. Mengapa sudah memiliki istri tetapi anda selingkuh? b. Apakah sudah pernah
selingkuh?
c. Mengapa memilih
selingkuh dengan waria, bukan dengan perempuan? d. Kelebihan yang dimiliki
waria dibandingkan dengan istri anda?
e. Bagaimana perasaan anda apabila keluarga mengetahui hubungan anda dengan waria?
f. Dampak apa yang kira-kira muncul apabila keluarga mengetahui hubungan anda dengan waria?
Latar Belakang Keluarga a. Anda memiliki berapa saudara?
b. Anda anak ke berapa? c. Bagaimana hubungan anda
dengan saudara-saudara anda?
d. Bagaimana hubungan antara anak-anak dengan orang tua?
e. Bagaimana hubungan kedua orang tua?
f. Apakah dalam kehidupan sehari- hari, diantara kedua
(45)
orang tua anda sering bertengkar?
g. Bagaimana hubungan anda dengan orang tua?
h. Menurut anda, apakah selama ini orang tua dapat memenuhi kebutuhan anda dengan baik?
i. Apakah perhatian dan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anda selama ini sudah cukup? j. Permasalahan apa saja yang
sering muncul dalam keluarga?
Kebutuhan Fisiologis 1. Makan dan Minum
2. Tempat tinggal
a. Pada saat tinggal bersama bagaimana memenuhi kebutuhan makan dan minum setiap harinya? b. Siapa yang biasanya
mengeluarkan untuk makan sehari- harinya?
c. Apakah anda dapat makan secara teratur 3x sehari? d. Sebelum hidup bersama
dengan pacar anda, apakah anda selalu makan dengan teratur?
e. Bagaimana anda memenuhi kebutuhan untuk makan dan minum sebelum menjalin hubungan dengan pacar anda?
a. Anda tinggal dimana bersama pacar anda?
b. Apakah rumah yang anda tempati bersama pacar anda milik pribadi atau menyewa?
(46)
3. Seks
bagaimana biayanya? d. Sebelum menjalin
hubungan anda tinggal bersama siapa?
e. Apakah rumah yang anda tempati sebelumnya milik sendiri atau menyewa? f. Mengapa anda lebih
memilih tinggal bersama waria?
a. Apakah anda merasa senang dalam berhubungan seksual dengan pacar anda? b. Apakah anda sudah merasa
puas berhubungan seksual dengan pacar anda?
c. Apakah anda pernah melakukan hubungan seks sebelum menjalin hubungan dengan pacar anda sekarang?
d. Apa yang anda rasakan saat berhubungan seksual dengan pacar anda yang seorang perempuan?
e. Bagaimana jika
dibandingkan ketika anda berhubungan seks dengan waria?
Kebutuhan Akan Rasa Aman
1. Kebebasan a. Apakah anda merasa terkekang selama menjalin hubungan dengan waria? b. Apa yang anda rasakan saat
menjalin hubungan dengan pacar anda?
c. Apakah sebelum menjalin hubungan dengan waria anda merasa terkekang? d. Apa yang membuat anda
memilih menjalani hubungan dengan waria?
(47)
2. Keteraturan
3. Jaminan Finansial
a. Bagaimana kehidupan anda sekarang setelah menjalin hubungan dengan waria? b. Siapa yang biasanya
mengatur segalanya termasuk makan, minum, pakaian, dan membuat keputusan saat tinggal bersama pacar anda?
c. Apakah hidup anda menjadi lebih teratur selama menjalin hubungan dengan pacar anda?
d. Bagaimana peran pacar anda dalam mengatur kehidupan anda sehari-hari?
e. Bagaimana kehidupan anda sebelum menjalin hubungan dengan pacar anda?
f. Siapa yang biasanya mengatur untuk makan, minum, pakaian dan dalam mengambil keputusan sebelum menjalin hubungan dengan pacar anda?
g. Bagaimana perasaan anda ketika sebelum menjalin hubungan dengan setelah menjalin hubungan dengan pacar anda?
h. Mana yang lebih anda senangi ketika tinggal bersama pacar anda sekarang atau sebelum berhubungan dengan pacar anda dan mengapa anda lebih menyenanginya? a. Dimana anda bekerja
(48)
4. Gambaran Relasi dengan Keluarga
b. Berapa kira-kira penghasilan yang anda peroleh sekarang?
c. Berapa banyak pengeluaran yang anda butuhkan selama menjalin hubungan dengan waria?
d. Sebelum anda menjalin hubungan, berapa banyak pengeluaran yang dibutuhkan?
e. Bagaimana kondisi keuangan anda selama menjalin hubungan dengan pacar anda?
f. Bagaimana jika
dibandingkan dengan ketika anda belum menjalin hubungan dengan pacar anda?
g. (Apabila menurun) Mengapa anda masih tetap memilih untuk melanjutkan hubungan?
a. Apakah sebelum anda menjalin hubungan dengan waria, hubungan anda dan keluarga anda baik-baik saja?
b. Bagaimana hubungan anda dengan masyarakat sekitar sebelum menjalin hubungan dengan waria?
c. Lalu setelah anda menjalin hubungan dengan pacar anda, bagaimana hubungan anda dengan keluarga sekarang?
d. Bagaimana pula hubungan anda dengan masyarakat sekitar setelah anda
(49)
menjalin hubungan dengan pacar anda?
e. Apakah hubungan anda dengan keluarga dan masyarakat menjadi berubah pada waktu belum menjalin hubungan dengan pacar anda dan ketika anda menjalin hubungan dengan pacar anda sekarang?
f. Bagaimana tindakan anda setelah mengetahui adanya perubahan tersebut?
Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki
1. Cinta dan kasih sayang
a. Apakah selama ini anda mendapatkan cinta dan kasih sayang dari keluarga anda?
b. Bagaimana perlakuan keluarga anda terhadap anda selama ini, apakah mereka dapat mengerti dan memahami anda?
c. Apakah selama ini keluarga anda selalu membantu jika anda sedang mengalami masalah?
d. Bagaimana cinta, perhatian dan kasih sayang yang anda dapatkan selama menjalin hubungan dengan pacar anda?
e. Apakah anda merasa pacar anda menyayangi anda? f. Apakah selama ini pacar
anda dapat mengerti dan memahami setiap kali anda mendapatkan masalah? g. Bagaimana perasaan anda
apabila pacar anda dapat membantu masalah yang anda alami?
(50)
2. Penerimaan a. Apakah selama ini pacar anda dapat menerima anda apa adanya?
b. Apakah pacar anda selama ini banyak menuntut kepada anda?
c. Apakah selama ini keluarga anda dapat menerima anda apa adanya?
d. Apakah keluarga anda banyak menuntut anda? Kebutuhan Akan
Penghargaan
1. Penghargaan dari orang lain
2. Penghargaan dari diri sendiri
a. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar selama ini terhadap hubungan anda dengan pacar anda?
b. Bagaimana perasaan anda terhadap masyarakat sekitar yang membicarakan anda? c. Apakah anda merasa malu
jalan berdua dengan kekasih anda?
d. (Apabila malu) Mengapa tetap menjalin hubungan dengan pacar anda?
e. Bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar tentang hubungan anda? f. Apakah keluarga anda
dapat menerima keadaan anda dengan kekasih anda? g. Bagaimana pandangan
orang-orang di sekitar terhadap anda, sebelum anda menjalin hubungan dengan pacar anda?
a. Bagaimana perasaan anda ketika menjalin hubungan dengan waria?
b. Apakah anda merasa percaya diri pada saat jalan
(51)
berdua dengan pacar anda?
c. Bagaimana jika
dibandingkan ketika anda belum menjalin hubungan dengan pacar anda?
Kebutuhan Aktualisasi Diri
a. Apakah hubungan yang anda jalani selama ini dengan pacar anda sudah menjadi cita-cita anda? b. Apa yang sebenarnya
menjadi keinginan atau cita-cita anda selama ini (berhubungan dengan pekerjaan) ?
c. Apakah hubungan anda dengan pacar anda selama ini mendukung pekerjaan atau cita-cita anda?
d. Apakah pekerjaan anda dapat berkembang lebih baik atau lebih maju selama menjalin hubungan dengan pacar anda?
D. ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan kesatuan uraian dasar. Dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, maka peneliti melakukan langkah- langkah sebagai berikut (Poerwandari, 2005):
1. Organisasi data
Data yang sudah diperoleh akan diorganisasikan secara rapi dan sistematis. Organisasi data yang rapi dan sistematis akan memungkinkan
(52)
peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian (Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2001). Data-data tersebut meliputi:
a. Data mentah berupa tulisan (dari hasil wawancara) disesuaikan dengan hasil wawancara.
b. Data yang sudah ditandai dengan kode-kode. c. Penjabaran kode-kode dan kategori-kategori.
2. Koding
Penelitian kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting. Koding dilakukan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail, sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Kode yang diberikan berupa singkatan atau simbol yang digunakan pada sekelompok kata-kata. Teknik koding dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi hal-hal yang terkait dengan tindak aborsi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah yang diperoleh dari hasil wawancara. Langkah- langkah koding dalam penelitian ini meliputi :
a. Menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) wawancara sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan
(53)
kanan transkrip. Hal ini akan memudahkan dalam membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu .
b. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris transkrip.
c. Peneliti secara urut melakukan pengkodean pada baris transkrip. Memberi nama untuk masing- masing berkas dengan kode-kode tertentu. Kode yang digunakan adalah singkatan atau simbol yang mudah diingat dan mewakili berkas tersebut.
3. Analisis
a) Penelitian ini menggunakan analisis tematik yang memungkinkan peneliti menemukan pola-pola yang tidak terlihat jelas oleh pihak lain. Analisi tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks. Analisis tematik adalah suatu proses yang dapat digunakan dalam mengolah informasi kualitatif dan memungkinkan penerjemahan gejala/informasi kualitatif menjadi data kualitatif sesuai kebutuhan peneliti (Boyatzis dalam Poerwandari, 2005).
E. KEABSAHAN DATA
1. Kredibilitas
Dalam penelitian kualitatif, konsep validitas diganti dengan istilah kredibilitas yang dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut
(54)
kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Sala h satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif adalah deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan atau kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek (Poerwandari, 2005). Pencapaian validitas atau kredibilitas dilakukan melalui orientasi dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data.
Adapun konsep yang digunakan antara lain: validitas argumentatif yang tercapai bila presentasi alur temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada ketiga subjek yang telah dilampirkan. Validitas ekologis yang menunjuk pada sejauh mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dari subjek penelitian sehingga kondisi ‘apa adanya’ dan kehidupan sehari- hari menjadi konteks penting penelitian. Hal ini dapat dibuktikan karena wawancara dilakukan di tempat tinggal ketiga subjek. 2. Triangulasi
Salah satu usaha untuk meningkatkan generabilitas penelitian kualitatif adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi mengacu pada usaha mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk menjelaskan suatu hal tertentu (Poerwandari, 1998). Penelitian ini menggunakan triangulasi data yaitu dengan menggunakan variasi sumber data yang berbeda.
(55)
Sumber data diperoleh melalui wawancara dengan waria yang selama ini tinggal bersama subjek. Penunjukkan sumber data lain ini dilakukan untuk pengecekan antara yang diungkapkan subjek dengan pacarnya. Triangulasi nantinya berguna untuk pengecekan atau sebagai pembanding data hasil wawancara sehingga dapat diperoleh keakuratan data. Hal ini dilakukan hanya pada subjek ketiga saja karena subjek pertama dan kedua ada halangan.
(56)
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Langkah- langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mencari informasi tentang waria yang saat ini hidup bersama seorang laki- laki yang merupakan kekasihnya.
b. Setelah mendapatkan informasi, peneliti awalnya mendatangi tempat perkumpulan waria dan melakukan perkenalan dengan waria. Setelah itu peneliti meminta bantuan untuk dikenalkan dan ditemukan dengan pacarnya. Dalam perkenalan, peneliti juga meminta ijin kepada laki- laki yang menjalin hubungan dengan waria dan memilih pasangan hidup waria.
c. Setelah perkenalan, peneliti melakukan pendekatan secara pribadi untuk membangun kedekatan dan kepercayaan dengan berkunjung informal ke kost dan rumah kontrakan subjek sebanyak 2 kali, menjaga komunikasi melalui handphone.
d. Peneliti mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan sebagai pedoman wawancara. Pokok-pokok pertanyaan tersebut meliputi pertanyaan yang
(57)
ditujukan kepada laki- laki yang menjalin hubungan dengan waria dan memilih waria sebagai pasangan hidupnya.
e. Membuat kesepakatan dengan subjek penelitian untuk melaksanakan wawancara dan observasi.
f. Peneliti melaksanakan try out wawancara terlebih dulu terhadap salah seorang laki- laki yang juga hidup bersama waria
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti melaksanakan pengambilan data sesuai dengan metode yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan pengambilan data sesuai dengan waktu yang ditentukan. c. Wawancara dengan subjek dilaksanakan berdasarkan janji yang telah
disepakati bersama antara subjek dan peneliti.
d. Melaksanakan pengambilan data dengan merekam hasil wawancara. e. Memindahkan data-data hasil rekaman wawancara dalam bentuk
verbatim.
f. Memasukkan data-data wawancara yang telah didapatkan ke dalam pengkodingan.
g. Memasukkan data-data wawancara yang telah dikoding ke dalam tema-tema yang muncul.
h. Menganalisis tema-tema yang muncul dari hasil wawancara. i. Membuat suatu kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dibuat.
(58)
B. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Keterangan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3
Inisial Rn Rd Ags
Usia 30 tahun 38 tahun 23 tahun
Pekerjaan Kernet Bus Kota Karyawan Swasta -
Asal Wonosari Jogjakarta Wonosari
Status Sudah menikah Belum menikah Belum Menikah
Lama
berhubungan
4 tahun 11 tahun 2 ½ tahun
2. Penyajian data
Pada bagian ini disajikan data-data yang diperoleh dari wawancara. Untuk mempermudah dalam menganalisis data, maka data yang disajikan ini sesuai dengan materi atau pokok permasalahan yang hendak dibahas.
a. Latar Belakang Keluarga
Dari hasil wawancara dapat kita lihat bahwa ketiga subjek memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Subjek Rn merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia tinggal bersama adik dan orang tuanya di Wonosari. Subjek Rn berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga kehidupan mereka sehari- hari cukup sederhana. Orang tua subjek seorang petani yang penghasilannya tidak terlalu besar maka untuk kehidupan sehari-hari bisa
(59)
dibilang kurang. Subjek memutuskan untuk berhenti sekolah waktu lulus SD dan ingin bekerja untuk membantu orang tuanya.
Meskipun subjek Rn dan keluarganya hidup dengan sederhana tetapi hubungan yang terjalin antara anggota keluarga satu dengan yang lain baik, bahkan subjek cukup dekat dengan adiknya. Ketika subjek memutuskan pindah ke Jogja untuk bekerja ia menjadi jarang bertemu dengan adiknya karena subjek jarang pulang. Sampai akhirnya subjek menikah dan memiliki dua orang anak yang saat ini juga tinggal di Wonosari. Subjek memilih tetap bekerja di Jogja dan tinggal di kos sendiri. Subjek bekerja sebagai kernet bus kota. Penghasilan yang ia peroleh juga tidak begitu besar, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya saja kadang masih kurang belum lagi untuk biaya sekolah anak-anaknya.
Kehidupan subjek Ags tidak jauh berbeda dengan subjek Rn, ia juga berasal dari keluarga yang kurang mampu dan bapaknya seorang petani. Subjek adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, sejak berumur 8 bulan ibunya sudah meninggal maka subjek hidup dengan bapak dan kakak-kakaknya. Setiap hari kakak subjeklah yang menanggung biaya hidup sehari-hari termasuk untuk biaya sekolah subjek. Penghasilan yang diperoleh bapaknya sebagai petani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan subjek Ags dan kakak-kakaknya, kadang hanya untuk tambahan membeli beras saja. Semua kebutuhan subjek Ags masih ditanggung oleh kakaknya karena subjek tidak bekerja.
(60)
Awalnya hubungan subjek Ags dengan keluarga cukup baik, tetapi subjek menjadi marah ketika keluarga melarang subjek berpacaran dengan seorang perempuan teman sekolahnya yang merupakan anak terpandang di desa. Ia menjadi anak yang bandel dan semakin malas untuk disuruh kerja. Setiap hari subjek Ags hanya pergi bermain dan pulang untuk minta uang saja. Pokoknya semua keinginan subjek harus dituruti, sampai suatu saat subjek pergi dari rumah karena minta dibelikan handphone tapi keluarga tidak membelikan. Subjek meninggalkan rumah dan pergi ke Jogja.
Lain halnya dengan subjek Rd ia berasal dari keluarga yang mampu. Subjek merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Selama ini kehidupan subjek Rd dengan keluarganya serba kecukupan karena penghasilan yang diperoleh bapaknya cukup besar dan ibunya juga berjualan makanan. Hal ini dapat dilihat subjek Rd dan adik-adiknya tidak kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari dan mereka juga dapat kuliah. Belum lagi sebagian rumah subjek yang dibuat kos dan tempat penyewaan komputer, hasilnya juga cukup besar untuk menambah biaya hidup keluarga sehari-hari. Sehingga sejak kecil subjek Rd tidak merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makan, minum dan sebagainya.
Meskipun selama ini subjek Rd dan keluarganya tidak kekurangan tetapi subjek merasa kurang bahagia karena hubungan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain tidak dekat. Subjek Rd sendiri adalah orang yang pendiam dan tidak terlalu banyak bicara sehingga kurang ada
(61)
komunikasi. Meskipun mereka tinggal satu rumah tetapi tidak pernah bicara. Apalagi kalau subjek Rd sudah lelah pulang kerja, biasanya ia langsung masuk kamar dan tidur.
b. Gambaran Relasi dengan Teman Dekat
Sebelum menjalin hubungan dengan waria ketiga subjek pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan bahkan saat ini subjek Rn sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Selama ini hubungan subjek Rn denga n istrinya kurang harmonis maka membuat subjek tidak betah berada di rumah dan memilih tinggal di Jogja. Subjek Rn pernah menjalin hubungan dengan perempuan sebelum menjalin hubungan dengan waria tapi tanpa sepengetahuan istrinya. Subjek Rn merasa takut kalau pacarnya hamil karena akan menambah beban subjek maka akhirnya hubungan mereka putus. Sampai akhirnya ia bertemu seorang waria dan menjalin hubungan dengannya.
Bagi subjek Rn menjalin hubungan dengan waria lebih kecil resikonya karena ia tidak dapat hamil. Ia juga dapat memenuhi semua kebutuhannya sejak menjalin hubungan dengan waria, maka sampai saat ini subjek memilih untuk tetap menjalin hubungan dan hidup bersama dengan waria.
Berbeda dengan subjek Rd ia belum pernah menikah tetapi ia pernah pacaran dengan seorang perempuan. Hubungan subjek Rd dengan perempuan tersebut juga sangat dekat, bahkan subjek pernah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya. Subjek merasa kurang bebas karena pacarnya
(62)
terlalu egois dan materialistik maka subjek Rd memutuskan hubungan dengan perempuan itu. Subjek Rd akhirnya bertemu seorang waria dan merasa cocok dengannya. Subjek merasa lebih bebas dalam melakukan hubungan seks dengan waria. Tidak hanya itu, selama menjalin hubungan dengan waria subjek juga mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup besar yang selama ini ia butuhkan.
Lain lagi dengan subjek Ags, ia juga pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan tetapi ia belum pernah melakukan hubungan seksual dengannya. Subjek sangat mencintai pacarnya tetapi keluarga tidak mengijinkan karena perempuan itu dari keluarga terpandang. Subjek merasa kecewa sampai suatu saat pergi dari rumah dan bertemu dengan waria yang saat ini hidup dengannya. Selama menjalin hubungan dengan waria ia merasa senang melakukan hubungan seksual walaupun sebelumnya ia belum pernah melakukannya. Subjek ingin hidup dengan waria selamanya dan tidak mau menjalin hubungan dengan perempuan.
c. Hirarki Kebutuhan Maslow 1.Kebutuhan Fisiologis
i. Makan dan Minum
Selama tinggal bersama waria ketiga subjek dapat memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari- hari. Subjek Rn dan Ags memiliki latar belakang keluarga yang hampir sama yaitu dari keluarga yang kurang mampu.
(63)
Sedangkan subjek Rd berasal dari keluarga yang mampu dan berkecukupan setiap harinya.
Pada waktu subjek Rn tinggal bersama waria, kehidupan subjek
menjadi lebih teratur. Biasanya subjek Rn dan waria bergantian untuk membeli makan tetapi karena penghasilan subjek Rn kecil sementara ia harus menghidupi istri dan anaknya maka waria yang sering menanggung biaya makan mereka berdua. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Ya kita apa-apa berdua mbak. Makan juga berdua walaupun cuma seadanya yang penting kita masih bisa makan mbak. Mana yang ada dulu, kalau saya pas ada duit ya pakai duit saya kalau gak ya pakai duit dia. Tapi kan paling penghasilan saya juga berapa mbak, belum buat biaya anak saya. Jadi biasanya ya lebih banyakan dia yang ngeluarin
duit.” (W1.S1.KF1.N69.Brs 357-372)
Hampir sama dengan subjek Rn, selama tinggal bersama waria kebutuhan makan dan minum subjek Ags semua dipenuhi oleh waria. Sebelumnya kebutuhan subjek Ags ditanggung oleh kakaknya karena subjek belum bekerja. Selama ini memang kakak subjek yang menanggung semua kebutuhan keluarga sehari-harinya, maka untuk makan saja mereka mengalami kesulitan. Subjek memutuskan untuk berhenti sekolah sampai dengan kelas dua SMP karena tidak ada biaya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Dulu saya lulus SD mau nerusin sampai masuk SMP udah kelas dua keluar. Ya karena masalah ekonomi mbak. Ya istilahnya dulu untuk makan sehari-hari aja kurang mampu. Saya kan dulu masih kumpul semua jadi orang tua tinggal satu terus ikut kakak semua yang pertama.” (W3.S3.KF1.N39.Brs 136-147)
Sejak hidup dengan waria, subjek Ags tidak merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya sehari- hari karena semua kebutuhan subjek
(64)
ditanggung oleh waria. Setiap hari waria bekerja di sebuah organisasi yaitu KPA (Kelompok Penolong Aids) dengan gaji yang cukup besar. Waria juga masih keluar malam untuk menambah penghasilan meskipun tidak setiap hari. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Ya pacar saya. Jadi dia hasil kerja malam untuk makan sehari-hari, terus kalau dari gaji di Kebaya untuk bayar motor kan dia ambil motor kredit. Jadi untuk makan sehari-hari dari keluar malam. (W3.S3.KF1.N75.Brs 325-332)
Pernyataan dari subjek Ags didukung oleh pacarnya yang mengatakan bahwa selama ini semua kebutuhan subjek Ags didukung oleh sang pacar. Selama ini pacar subjek Ags bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Iya selama ini yang dominan cari duit saya mbak, cuma dia kadang ngojek kalau pas
ada orang suruh ngenterin. Walaupun gak seberapa tapi kan bisa untuk kebutuhan sendiri kadang untuk tambah beli rokok dia. (War3.KF1.N67.Brs 420-427)
Berbeda dengan subjek Rd, sejak kecil subjek Rd hidup serba
kecukupan karena keluarganya mampu. Ia tidak merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan untuk makan dan minum. Saat ini subjek Rd bekerja dan memiliki gaji yang cukup besar. Penghasilan yang ia peroleh selama ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan subjek sendiri bahkan setiap bulannya subjek juga memberi uang kepada bapaknya meskipun tidak banyak. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Kalau untuk kebutuhan setiap harinya keluarga saya bisa dibilang cukup mbak. Bahkan untuk makan, minum, serta pakaian kami tidak kekurangan. Untuk sekolahpun kami semua dapat bersekolah dengan baik, malah adik-adik saya juga ada yang kuliah mbak.” (W2.S2.KF1.N36.Brs 202-213)
(65)
Ketika subjek Rd pindah dari rumah dan memilih untuk hidup bersama waria subjek harus memenuhi kebutuhan makan dan minum sendiri. Sekarang subjek justru menanggung biaya untuk makan dan minum bersama waria. Dengan penghasilan yang diperolehnya subjek Rd dan waria dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Ya saya mbak, untung aja gaji saya cukup untuk makan kami berdua setiap harinya dan untuk bayar uang kos.” (W2.S2.KF1.N58.Brs 341-345)
”Ya kalau untuk makan kita berdua setiap hari pokoknya cukuplah mbak. (W2.S2.KF1.N60.Brs 349-351)
Pernyataan lain,
” Ya jelas enak waktu bareng keluarga mbak soalnya kan saya tinggal makan aja, gak perlu mikirin biaya untuk makan. Kalau sekarang kan saya harus mikirin biaya makan sendiri.” (W2.S2.KF1.N62.Brs 359-366)
2.Tempat tinggal
Sebelum tinggal dengan waria subjek Rd dan Ags tinggal bersama keluarganya sedangkan subjek Rn tinggal sendiri di kos karena istri dan anaknya di desa. Sejak subjek Rn bekerja di Jogja sebagai kernet bus kota ia memilih tinggal di kos sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Saya juga udah nikah mbak, anak saya dua kok.” (W1.S1.N23.Brs 90-91) ” Ya di Wonosari mbak, tapi saya jarang kesana.” (W1.S1.N25.Brs 94-95)
Setelah subjek Rn menjalin hubungan dengan waria, subjek memutuskan untuk tinggal satu kos dengan waria. Subjekn Rn tidak perlu membayar kos sendiri karena sejak ia tinggal bersama waria, yang membayar kos adalah waria. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
(66)
” Ya sejak aku kenal dia, terus baru jalan berapa bulan gitu aku trus gak kos sendiri dan pindah ke kos dia. Kan lumayan ngirit juga, daripada saya harus bayar kos sendiri.” (W1.S1.KF2.N65.Brs 332-339)
Begitu juga dengan subjek Ags, setelah pergi dari rumah subjek Ags menjalin hubungan dengan waria dan tinggal di rumah kontrakan waria. Subjek Ags dan waria tinggal di rumah kontrakan bersama tiga orang teman waria. Biasanya setiap tahun mereka membayar rumah berempat karena satu rumah ada empat kamar maka biayanya dibagi berempat. Waria yang biasanya membayar rumah kontrakan setiap tahunnya karena subjek Ags sampai sekarang belum bekerja. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Ini kan bayarnya per tahun. Ya rombongan yang nempatin kan empat orang, satu rumah itu empat juta jadi sama aja satu orang satu juta mbak. Ini dulu yang bayar pacar saya terus ama temen-temennya.” (W3.S3.KF2. N77, 79, 81.Brs 335-336, 339-342, 345-347).
Pacar dari subjek Ags juga mengatakan bahwa selama ini dia yang membayar uang kos maupun kontrakan karena subjek Ags tidak bekerja dan tidak ada penghasilan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Ya saya yang bayar kontrakan karena kan dia juga gak kerja dan gak ada penghasilan.” (War3.KF2.N91.Brs 567-570 )
Lain halnya dengan subjek Rd, selama ini subjek Rd tinggal di sebuah
rumah yang cukup luas dan karena tanahnya cukup luas sebagian dibangun kos. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,
” Kalau rumah yang saya tempati dengan keluarga itu malah rumah orang tua saya sendiri mbak. Lagian rumah saya cukup luas dan kebetulan dekat kampus UGM jadi sama bapak dibikin kos-kosan dan sekarang juga malah dibikin rental komputer.”(W2.S2.KF2.N50.Brs 292-302)
(1)
1164 1165 1166 1167 1168 1169 1170
temen saya dan hampir saya pukul dia tapi saya ditahan sama si Agus akhirnya saya nangis dipelukan dia. Kalau gak ada duit Agus selalu bilang yang sabar perbanyak istifar perbanyak sedekah.
153. 1171
1172 1173
Selama ini apa yang menjadi harapan Mbak Amanda bersama Mas Agus ?
154. 1174
1175 1176 1177 1178
Saya ingin hidup bersama dia dengan bahagia tidak ada beban dan kalau bisa saya ingin mengadopsi anak dan kami akan jadi satu keluarga.
(2)
TABEL III TRIANGULASI
No Wawancara Subjek Wawancara Waria Tema 1. ” Ya pacar saya. Jadi dia
hasil kerja malam untuk makan sehari- hari, terus kalau dari gaji di Kebaya untuk bayar motor kan dia ambil motor kredit. Jadi untuk makan sehari-hari dari keluar malam.
” Iya selama ini yang dominan cari duit saya mbak, cuma dia kadang ngojek kalau pas ada orang suruh ngenterin. Walaupun gak seberapa tapi kan bisa untuk kebutuhan sendiri kadang untuk tambah beli rokok dia.
Subjek mengatakan bahwa selama ini pacarnya yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Pacar subjek juga mengatakan bahwa dirinya yang selama ini mencari uang untuk memenuhi kebutuhan makan mereka berdua.
sesuai
2. ” Ini kan bayarnya per tahun. Ya rombongan yang nempatin kan empat orang, satu rumah itu empat juta jadi sama aja satu orang satu juta mbak. Ini dulu yang bayar pacar saya terus ama temen-temennya.”
” Ya saya yang bayar kontrakan karena kan dia juga gak kerja dan gak ada penghasilan.”
Subjek mengatakan bahwa pacarnya yang selama ini membayar kontrakan rumah. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan pacar subjek bahwa selama ini yang membayar kontrakan rumah dia karena subjek tidak bekerja dan tidak ada penghasilan.
sesuai
3. ”Belum pernah mbak. Ya kalau bagi aku ya mbak, aku sayang ma dia aku merasa puas.”
” Kalau boleh jujur kadang terpuaskan kadang gak cuma pada dasarnya komitmen saya bahwa saya hidup bahagia dengan dia tidak hanya dengan seks yang penting saya memuaskan dia walaupun jujur maaf seks saya mengalami buntu bahkan tiga bulan sekali mungkin saya baru bisa merasa
Selama ini subjek merasa puas dalam berhubungan seksual dengan pacarnya. Hal ini sesuai dengan keinginan pacar subjek yang ingin membuat subjek puas dalam berhubungan seks meskipun kadang dirinya sendiri tidak merasa terpuaskan.
(3)
terpuaskan ma dia. Bagi saya yang penting saya memberikan kasih sayang, saya menerima kasih sayang dan saya memuaskan dan dapat memberi kebahagiaan.” 4. ” Ya emang dulu pernah
bilang kalau kamu emang bener-bener sayang ma aku kamu gak boleh main ma perempuan terus yang kedua gak boleh mengkhianati pacar saya walaupun sama waria pokoknya gak boleh selain ma pacar saya. Ya karena suka itu tapi hidup sehari itu senang, gak ada beban.”
” Ya timbul kecocokan aja, ya dalam hal kejujuran, kesetiaan. Lain halnya dengan perempuan, kalau waria itu cemburunya lebih besar, kasih sayangnya lebih besar, feelingnya lebih besar. Kalau misalnya dia maen sama orang lain, saya pergi terus saya pulang gitu saya terasa mbak feeling saya tetap tau ya mungkin dari bau badannya dia, walaupun dia udah mandi pakai parfum tapi feeling saya gak bisa ditipu.”
Subjek mengatakan bahwa selama menjalin hubungan dengan pacarnya ia tidak boleh menjalin hubungan dengan perempuan maupun dengan sesama waria. Pacar subjek juga mengatakan bahwa yang penting bagi dirinya adalah kejujuran dan kesetiaan karena waria cemburunya, kasih sayangnya dan feelingnya lebih besar daripada perempuan.
sesuai
5. ” Emm...kalau masalah keuangan emang jujur ya enakan sekarang ama dulu walaupun bukan saya yang mencari uang. Tapi dia, walaupun Amanda yang cari setiap hari setiap malam dia dapat uang berapapun pasti diserahin ke aku. Jadi aku setiap harinya aku yang mengatur keuangan.”
” Si Agus mbak yang ngatur keuangan. Masalahnya dia pertama juga gak bisa cuma saya yang ngajarin. Karena pada saat jika saya suatu saat meninggalkan dia, saya harus sudah bisa membuat dia mandiri, jangan sampai dia gak punya pegangan atau pengetahuan. Yang penting maksud saya biar dia bisa mandiri.”
Setiap hari subjek yang mengatur keuangan meskipun pacar subjek yang bekerja. Hal ini juga dikatakan pacar subjek dimana selama ini subjek yang mengatur keuangan karena pacar subjek menginginkan subjek dapat belajar hidup mandiri.
(4)
6. ” Baik juga, ya sampai sekarang akhirnya semenjak sama pacar saya hubungannya sudah kembali normal. Toh itu juga pacar saya sudah sering kali ke rumah saya, kenal sama kakak saya sama orang tua saya itu udah 3 kali ketemu.”
” Udah saya udah pernah ke rumahnya, saya diperkenalkan sama bapaknya maaf dia udah gak punya ibu, ibunya sudah meninggal waktu dia masih kecil. Saya dikenalkan sama kakak-kakaknya, kakak iparnya, keponakannya semua udah tau siapa saya sebagai seorang waria tapi bukan seorang PSK. Makanya waktu pertama kali ada perdebatan di keluarga pacar saya tapi ya Alhamdulilah akhirnya bisa diterima.”
Subjek mengatakan bahwa sejak menjalin hubungan dengan pacarnya hubungan dengan keluarga sekarang sudah kembali baik. Pacar subjek juga mengatakan bahwa ia sudah pernah diajak ke rumah subjek dan diperkenalkan dengan keluarganya. Sampai sekarang keluarga subjek sudah dapat menerima pacar subjek dengan baik.
sesuai
7. ” Sebenarnya gak ada bedanya ya cuma bedanya itu emm...dulu saya pacaran ama perempuan sekarang ma laki- laki sama kayak aku. Ya cuma beda kelaminnya, cuma untuk kasih sayang segala-galanya gak ada bedanya. Dari segi kasih sayang terus seneng segala macem gak ada bedanya.”
” Mungkin kalau dalam hal materi dia gak memberikan kepada saya tapi dalam hal perhatian kan bayangkan sewaktu saya sakit aja. Keadaan saya udah kayak gitu udah sembilan puluh persen mendekati sakaratul maut bahkan sempat didatangi arwah-arwah halus gitu di rumah sakit sampai rasanya itu takut badan saya juga lebih kurus dari sekarang. Maaf saya buang air besar berupa air dia yang bersihin kotorannya pake tisu. Dari situ kan kita tidak bisa lihat dari materi dia punya kasih sayang.
Bagi subjek pacaran dengan perempuan dan waria tidak ada bedanya karena dalam ha l kasih sayang sama. Pacar subjek juga mengatakan bahwa selama ini subjek sangat menyayangi dan perhatian terhadap dirinya. Hal ini terbukti dimana subjek mau menunggu dan mendampingi pacarnya pada waktu sakit dalam waktu yang cukup lama.
(5)
Kalau orang lain udah pasti jijik tapi dia mau menunggu saya mau membersihkan.
Andaikan suatu saat Mbak nikah apakah suami mbak mau seperti itu kita kan juga gak tau. makanya saya bilang kasih sayang itu tidak bisa dinilai dari materi. Okelah mungkin kalau waktu dengan pacar yang dulu semua kebutuhan saya dipenuhi tapi kan belum tentu menyatakan bahwa itu bener-bener suatu cinta yang tulus.”
8. ” ...walaupun dia seorang waria tapi kehidupan dia itu dia mencintai aku dengan apa adanya dengan tulus walaupun dia seorang waria tapi aku tetap mencintai dia apa adanya.”
”... mungkin kalau bagi saya gak ngerti ya karena dia juga ngasih kasih sayang ke aku walaupun selama ini saya yang memenuhi secara materi mungkin sama besarnya tapi bagi saya itu gak ternilai bagi saya. Mungkin kalau dalam hal materi dia gak memberikan kepada saya tapi dalam hal perhatian kan bayangkan sewaktu saya sakit aja.”
Subjek merasa selama ini pacarnya selalu mencintai dia apa adanya begitu juga subjek juga mencintai pacar subjek apa adanya meskipun ia seorang waria. Hal ini juga dirasakan oleh pacar subjek dimana pacar subjek merasa mendapat kasih sayang dan perhatian yang penuh dari subjek.
sesuai
9. ” Jujur ya pertama kali waktu saya datang ke kampung saya ada perasaan minder tapi kedua sampai ketiga saya udah gak ada perasaan minder lagi. Saya minder mereka tetep tau gak
Alhamdulilah sekarang tergantung orangnya ya mbak apakah dia bisa bawa diri atau gak. Pertanyaan ini sering dikatakan orang mbak. Bahkan saya kan masih sering voli di Kricak pun
Awalnya subjek merasa malu menjalin hubungan dengan pacarnya tetapi lama-kelamaan tidak karena jalan ini yang dipilih oleh subjek dan akan ia jalani dengan pacarnya. Pacar subjek
(6)
minder mereka juga udah tau jadi apapun yang terjadi biarin aja apapun resikonya. Iya, jadi kehidupan aku ya beginilah aku dan akan kujalani sama pacar saya.”
mereka nanya kok bisa tinggal di Bantul. Kenapa tidak, apakah karena saya seorang waria saya tidak bisa tinggal di Bantul. Toh saya juga manusia pada dasarnya bagaimana waria itu membawa diri selama ini kami tinggal di lingkungan Kricak yang udah biasa, yang udah tau bagaimana kita baik buruk kita tapi belum tentu di tempat lain orang lain bisa menerima kita.
mengatakan bahwa yang terpenting dapat membawa diri dimanapun dia tinggal. Pada kenyataannya selama ini ia bebas tinggal dimana saja dan masayarakat dapat menerimanya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada subjek dan pacar subjek dapat dilihat bahwa ada kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan pacar subjek. Hal ini terbukti dari sembilan hasil wawancara yang dilakukan semuanya sesuai maka penelitian ini dapat dikatakan memiliki kredibilitas yang cukup tinggi.