kolektivistik, indikator kultur lingkungan kerja mencakup: a basis identitas dir; b keharmonisan di tempat kerja; c hubungan komunikasi;
d penyalahgunaan kepemimpinan; e hubungan antar karyawan; f dasar penggajian dan promosi; g sistem manajemen; h hubungan kerja.
Pada dimensi femininity vs masculinity menunjukkan tingkatan atau sejauhman suatu masyarakat berpegang teguh pada peran gender atau
nilai seksual yang tradisional yang didasarkan pada perdedaan biologis, indikator kultur lingkungan kerja mencakup: a cara penyelesaian
masalah; b prinsip kerja; c perbedaan jenis kelamin dalam lingkungan kerja; d prinsip pekerjaan yang manusia; e tipe manajer; f sikap
bersosial dalam lingkungan kerja. Pada dimensi uncertainty avoidance menunjukkan tingkatan atau
sejauhmana masyarakat dalam menghadapi situasi samar-samar atau tidak pasti, indikator lingkungan kerja mencakup a kebutuhan akan peraturan
dalam lingkungan kerja; b orientasi dalam bekerja; c semangat bekerja; d sikap terhadap pencapaian ketelitian; e sikap terhadap perilaku
karyawan; f bentuk penilaian terhadap hasil pekerjaan.
B. Locus of Control
1. Pengertian Locus of Control Locus of control
adalah suatu konsep yang memberikan gambaran tentang keyakinan seseorang mengenai sumber penentu pribadinya Rotter
dalam Pujiwati, 2004:30. Locus of control dibedakan menjadi dua yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
locus of control internal dan locus of control eksternal. Individu dikatakan
memiliki locus of control internal jika memiliki keyakinan bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah karena pengaruh dari dirinya sendiri dan
keberhasilan atau kegagalan dipandang sebagai akibat perilakunya. Individu yang mempunyai locus of control eksternal cenderung memiliki
keyakinan bahwa faktor-faktor di luar dirinya mempengaruhi perilakunya. Keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya dipandang sebagai nasib,
faktor keberuntungan, kesempatan karena kekuasaan orang lain atau karena kondisi-kondisi yang tidak dapat dikuasainya Rotter
dalam Pujiwati, 2004:32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa locus of control merupakan keyakinan individu tentang faktor-faktor yang mengatur
kejadian-kejadian dalam hidupnya, yang dapat dikontrol locus of control internal dan yang di luar kontrol dirinya locus of control eksternal, serta
sejauh mana orang tersebut merasakan adanya hubungan antara usaha- usaha yang telah dilakukannya dengan akibat-akibatnya.
2. Dimensi Locus of Control Rotter Ada enam dimensi locus of control yaitu status-recognition pengakuan
status, dominance
dominasi, independence
ketidaktergantungan, protection-dependency
perlindungan-ketergantungan, love and affection cinta dan kasih sayang, dan physical comfort kenyamanan fisik. Pada
dimensi status-recognition pengakuan status, indikator locus of control mencakup kebutuhan untuk dihargai, ingin dianggap kompeten, dan
kesuksesan dalam berkarya. Pada dimensi dominance dominasi,
indikator locus of control mencakup kebutuhan untuk mengontrol aktivitas orang lain dan kebutuhan untuk berkuasa. Pada dimensi independence
ketidaktergantungan, indikator locus of control mencakup keyakinan diri dan menggantungkan pada diri sendiriusaha sendiri. Pada dimensi
protection-dependency perlindungan-ketergantungan, indikator locus of
control mencakup menghindari frustasi dengan mencari perlindungan dan
keamanan serta menggantungkan diri pada orang lain. Pada dimensi love and affection
cinta dan kasih sayang, indikator locus of control mencakup kebutuhan untuk dicintai serta kehangatan, perhatian, cinta dan
kasih sayang. Pada dimensi physical comfort kenyamanan fisik, indikator locus of control
ialah kebutuhan akan kepuasan fisik menghindari sakit, mencari kesenangan jasmani.
3. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Perkembangan Locus of Control Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu dalam mengembangkan
kecenderungan terhadap locus of control tertentu. a.
Keluarga Orang tua yang menunjukkan dukungan yang hangat, protektif, positif
dan membimbing,
akan menghasilkan
anak-anak yang
mengembangkan locus
of control
internal. Hal-hal
tersebut membangun kepercayaan diri, penghargaan diri, serta kemandirian
yang terkait erat dengan locus of control internal. Hal-hal yang juga terkait dengan pengembangan locus of control internal adalah
konsistensi memberlakukan disiplin dan standar-standar oleh orang tua. Seorang anak belajar mengembangkan locus of control internal,
dengan mengasosiasikan perilaku mereka dengan akibat-akibat yang dapat mereka prediksikan.
b. Faktor-faktor sosial
Semakin rendah status sosial ekonomi individu, semakin eksternal pula locus of control individu tersebut. Telah umum diketahui bahwa
individu dengan status sosial ekonomi tinggi mempunyai kendali yang relatif tinggi dalam dinamika sosial ekonomi masyarakat. Sebaliknya,
individu dengan status sosial ekonomi rendah relatif kurang memiliki kekuasaan untuk melakukan hal serupa. Mereka sering tidak punya
banyak pilihan selain menerima apa yang telah disediakan oleh sistem. Kekurangberdayaan serupa juga dialami oleh kelompok etnis dan
minoritas dengan sedikit akses pada pengerakan sosial ekonomi. Pengalaman demikian jika berlangsung secara terus-menerus akan
mendorong berkembangnya kepercayaan individu bahwa faktor-faktor eksternal lebih berkuasa untuk mengendalikan hidupnya daripada
dirinya sendiri. 4. Perbedaan Orientasi Locus of Control Internal dan Eksternal
Adanya perbedaan locus of control pada individu-individu ternyata menimbulkan perbedaan sikap, sifat, dan lainnya. Lefcourt Rosita,
2005:31 mengatakan bahwa orang yang mempunyai kecenderungan locus of control
internal kurang konformis, hal ini dikarenakan rasa percaya diri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dimilikinya dan dapat melakukan kontrol dengan kemampuannya sendiri, mengandalkan kemampuan dan keterampilan diri serta usaha-
usaha yang dilakukan. Individu dengan kecenderungan locus of control internal cenderung lebih giat, rajin, ulet, mandiri, dan mempunyai daya
tahan yang baik terhadap pengaruh sosial, dan bertanggung jawab atas kegagalannya. Individu dengan kecenderungan locus of control eksternal
cenderung conform terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, memiliki anggapan bahwa kegagalan disebabkan oleh faktor luar dirinya. Individu
juga cenderung menunjukkan sikap menyerah, merasa tidak berdaya, dan memiliki kecemasan yang tinggi daripada individu yang mempunyai
kecenderungan locus of control internal. Individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal mempunyai keyakinan yang besar
untuk memperoleh keberhasilan, assertif, mempunyai usaha untuk maju dan mampu menggunakan keterampilan sosial untuk mempengaruhi
lingkungan, sedangkan individu dengan kecenderungan locus of control eksternal
memiliki sifat
pasif, tidak
suka bersaing,
lingkungan mempengaruhi kehidupannya dan memiliki motivasi yang rendah untuk
berhasil Findley dan Cooper dalam Rosita, 2005:31. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang
mempunyai kecenderungan locus of control internal mempunyai rasa percaya
diri akan
kemampuannya untuk
dapat mengendalikan
kehidupannya, mampu menghadapi kegagalan, mandiri, bertanggung jawab. Orang yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal
cenderung mudah menyerah, mempunyai kecemasan yang tinggi, merasa tidak berdaya, rasa percaya diri yang rendah, dan mempunyai penyesuaian
yang kurang baik. 5. Aspek-Aspek Kehidupan yang Dipengaruhi oleh Locus of Control
Perbedaan kecenderungan arah locus of control ternyata membawa akibat dalam berbagai aspek hidup, yaitu Lefcourt dalam Pujiwati,
2004:36. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut. a.
Sikap terhadap lingkungan Individu dengan locus of control internal menganalisa situasi dengan
sikap yang lebih terarah dan waspada daripada individu dengan locus of control
eksternal. Individu dengan locus of control internal juga lebih aktif dalam mencari, memperoleh, menggunakan, dan mengolah
informasi yang
relevan dalam
rangka memanipulasi
dan mengendalikan lingkungan. Di samping itu, individu yang mempunyai
locus of control internal lebih berorientasi pada posisi dengan
kekuasaan besar, sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal lebih cenderung menyukai posisi dengan kekuasaan kecil.
b. Pengaruh konformitas dan perubahan sikap
Beberapa penelitian Crowne Pujiwati, 2004:37 menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan internal lebih mampu bertahan
terhadap pengaruh dan tekanan lingkungan. Sebaliknya, individu dengan kecenderungan eksternal lebih siap sedia untuk menerima
pengaruh, mengikuti lingkungan sosial dan menerima informasi dari orang lain.
c. Perilaku menolong dan atribusi tanggung jawab
Individu dengan kecenderungan internal lebih sering menunjukkan perilaku
menolong daripada
individu dengan
kecenderungan eksternal.
d. Pencapaian prestasi
Menurut Shaver Pujiwati, 2004:38 tingginya prestasi yang dicapai oleh individu dengan locus of control internal merupakan hasil dari
kemampuannya untuk menunda menikmati penghargaan atas hasil usahanya, serta mengurangi reaksi-reaksi negatif yang cenderung
muncul pada saat individu mengalami kegagalan. e.
Penyesuaian diri, kecemasan dan psikopatologi Individu
dengan kecenderungan
internal lebih
mampu untuk
menyesuaikan diri daripada individu dengan kecenderungan eksternal. Individu dengan locus of control internal lebih mengandalkan diri
sendiri, aktif, dan memiliki kecenderungan tinggi untuk berjuang. Kesederhanaan kepercayaan kendali yang ada dalam diri sendiri juga
mendorong individu
dengan locus
of control
internal pada
penyesuaian diri dengan kecemasan. Di lain pihak, individu dengan kecenderungan eksternal cenderung mengalami lebih kecemasan
daripada individu dengan kecemasan internal. Individu dengan locus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
of control eksternal sering menerima secara pasrah ancaman-ancaman
dan informasi negatif tentang diri mereka.
C. Kecerdasan Emosional