1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran karyawan administrasi di perguruan tinggi seperti halnya dosen sangat menentukan keberlanjutan institusi pada masa mendatang.
Karyawan harus
mempunyai keterampilan-keterampilan
tertentu, berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja
dan selalu siap untuk melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan dengan baik, mampu
berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat mahasiswa dan dapat memahami keluhan mahasiswa dengan profesional. Pendeknya,
seorang karyawan tidak hanya dituntut memiliki kecerdasan intelektual, tetapi lebih itu karyawan harus memiliki tingkat kecerdasan emosional
tinggi. Berbagai
hasil riset
menunjukkan bahwa
semakin tinggi
kecerdasan emosional, semakin tinggi keberhasilan bekerja kualitas layanan.
Dalam penelitian
Daniel Goleman
menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional ini adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini yaitu sekitar 75-96, sedangkan peran IQ atau
keterampilan kognitif dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi dalam menentukan peraih prestasi
puncak dalam pekerjaan, yaitu 4-25 Goleman, 1999. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kecerdasan emosional ialah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan
berdoa Goleman, 1997: 214-215. Dalam dunia kerja, kemampuan tersebut sangat diperlukan terlebih bagi mereka yang bekerja dalam sebuah tim untuk
mencapai tujuan bersama. Kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengolah emosi tentu saja akan berdampak positif pada peningkatan
kualitas pelayanannya, maka karyawan akan mampu meningkatkan kualitas kerjanya.
Kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain, yang merupakan
kunci pengetahuan diri dan akan menuntun pada tingkah laku yang tepat Melianawati
dkk, 2001:58.
Kecerdasan emosional
tersebut akan
mempengaruhi perilaku tiap individu dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada diri orang tersebut, termasuk dalam permasalahan dunia kerja.
Kinerja yang optimal dapat dicapai jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan emosional merupakan
prediktor yang lebih baik dalam kesuksesan daripada pengalaman relevan ataupun
IQ yang
tinggi. Pekerjaan-pekerjaan
yang membutuhkan
kemampuan administrasi
lebih membutuhkan
aspek kemampuan
pemanfaatan proses kognitif secara konstruktif dan realistis dibandingkan dengan aspek-aspek kecerdasan emosional dapat mendukung jenis pekerjaan
ini administrasi. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi dimanapun dan dengan situasi apapun seseorang dapat bekerja dengan baik. Kualitas hasil
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang dalam bekerja lebih membutuhkan kualitas kemampuan di dalam diri orang tersebut.
Untuk melihat lebih jauh lagi bagaimana pengaruh kultur lingkungan kerja dan locus of control terhadap hubungan antara tingkat kecerdasan
emosional dengan kualitas pelayanan karyawan, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan
mengambil judul
“Pengaruh Kultur
Lingkungan Kerja dan Locus of Control pada Hubungan antara Kecerdasan
Emosional dengan
Kualitas Pelayanan
Karyawan”.
Penelitian ini
merupakan studi
kasus pada
karyawan administrasi
Universitas Islam Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Batasan Masalah