Alat Penelitian Tata Cara Analisis Hasil

2 Dosis 637 mgkg BB Merupakan dosis dari setengah bungkus jamu pegal linu dengan berat bersih 3,5 g: Konversi ke orang 70 kg = mg 4900 g 4,9 g 5 , 3 50 70 = = × Konversi ke mencit 20 g = 0,0026 x 4900 mg = 12,74 mg Jadi dosis jamu pegal linu untuk mencit adalah : mg 74 , 12 20 1000 × = 637 mgkg BB 3 Dosis 2548 mgkg BB Merupakan dosis dari 2 bungkus jamu pegal linu dengan berat bersih 14 g: Konversi ke orang 70 kg = mg 19600 g 19,6 g 14 50 70 = = × Konversi ke mencit 20 g = 0,0026 x 19600 mg = 50,96 mg Jadi dosis jamu pegal linu untuk mencit adalah : mg 96 , 50 20 1000 × = 2548 mgkg BB b. Penetapan dosis suspensi karagenin Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson et al 1996 yaitu dengan kadar 1 yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 fisiologis yang disuntikkan secara subplantar pada terlapak kaki mencit jantan sebesar 0,05 ml sehingga diperoleh dosis larutan karagenin sebesar 25 mgkg BB. c. Penetapan dosis natrium diklofenak Dosis natrium diklofenak yang digunakan sebagai dosis orientasi adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mgkg BB. Dosis ini diperoleh berdasarkan penelitian Handani 2002 dengan cara perhitungan: 1 Dosis I Manusia 70 kg = 75 mgkg BB Konversi ke mencit 20 g = BB kg 70 BB kg mg 75 x 0,0026 = 0,195 mg20g BB = 9,75 mgkg BB 2 Dosis II Manusia 70 kg = 83,039 mgkg BB Konversi ke mencit 20 g= BB kg 70 BB mgkg 83,039 x 0,0026 = 0,216 mg20gBB = 10,795 mgkg BB 3 Dosis III Manusia 70 kg = 91,923 mgkg BB Konversi ke mencit 20 g = BB kg 70 BB mgkg 91,923 x 0,0026 = 0,239 mg20g BB = 11,95 mgkg BB d. Penetapan selang waktu pemotongan kaki Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok, kemudian kaki kirinya disuntik dengan karagenin 1 sebanyak 0,05 ml sedangkan kaki kanan sebagai kontrol, mendapat perlakuan sham injection tanpa karagenin. Tiap kelompok dikurbankan pada selang waktu tertentu 1, 2, 3, dan 4 jam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI setelah penyuntikan karagenin. Setelah dikurbankan, kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki ditentukan pada saat kaki mengalami peningkatan udema yang berarti. e. Penetapan dosis natrium diklofenak Sembilan hewan uji dibagi dalam tiga kelompok. Tiap kelompok diberi natrium diklofenak secara peroral dengan dosis tertentu 9,75 mgkg BB; 10,795 mgkg BB; dan 11,95 mgkg BB 15 menit sebelum disuntik dengan karagenin 1 . T jam setelah disuntik karagenin, hewan uji dikurbankan dan kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Dosis natrium diklofenak ditentukan pada saat kaki mengalami penurunan udema yang berarti. T jam adalah waktu pemotongan kaki hasil orientasi. f. Penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok. Tiap kelompok diberi natrium diklofenak secara peroral dengan dosis hasil orientasi pada selang waktu tertentu 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum disuntik dengan karagenin 1 . T jam setelah penyuntikan karagenin, hewan uji dikurbankan dan kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemberian natrium diklofenak ditentukan pada saat kaki mengalami penurunan udema yang berarti.

3. Perlakuan pada Hewan Uji

Sejumlah mencit dibagi menjadi 8 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri dari 6 hewan uji. Kelompok I : kontrol -, diberi aquadest 25 mgkg BB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kelompok II : kontrol +, diberi natrium diklofenak dengan dosis sesuai hasil penetapan Kelompok III : diberi jamu Pegal Linu ® Sido Muncul dengan dosis 637 mgkg BB. Kelompok IV : diberi jamu Pegal Linu ® Sido Muncul dengan dosis 1274 mgkg BB. Kelompok V : diberi jamu Pegal Linu ® Sido Muncul dengan dosis 2548 mgkg BB. Kelompok VI : diberi jamu Prolinu ® Air Mancur dengan dosis 637 mgkg BB. Kelompok VII : diberi jamu Prolinu ® Air Mancur dengan dosis 1274 mgkg BB. Kelompok VIII: diberi jamu Prolinu ® Air Mancur dengan dosis 2548 mgkg BB. Mencit dalam setiap kelompok uji akan diberi sediaan jamu dengan dosis yang telah ditetapkan secara p.o. Setelah t menit, masing-masing kelompok akan diberi praperlakuan berupa penyuntikan telapak kaki kiri belakang dengan 0,05 ml karagenin 1 dan telapak kaki kanan belakang disuntik dengan spuit tanpa suspensi. Tunggu sampai T waktu setelah itu mencit dikurbankan dan kakinya dipotong pada sendi torsocrural kemudian ditimbang dan dicari selisih bobot kakinya. T adalah waktu hasil orientsi selang waktu pemotongan kaki dan t adalah waktu hasil orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Perhitungan Respon Daya Anti-Inflamasi

Aktivitas anti-inflamasi pada metode Langford dkk yang telah dimodifikasi 1972, dievaluasi dengan perubahan bobot kaki mencit yang dinyatakan sebagai persen daya anti-inflamasi yang dirumuskan sebagai berikut : Persen respon anti-inflamasi = 100 x U D U − Dimana U : harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin dikurangi rata-rata berat kaki normal tanpa perlakuan D : harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata berat kaki normal tanpa perlakuan

5. Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi

Potensi Relatif = 100 x Diklofenak Natrium Inflamasi - Anti Daya i Sediaan Uj Inflamasi - Anti Daya

H. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisis varian Anava 1 arah taraf kepercayaan 95 . Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada kelompok perlakuan. Analisis dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemilihan Produk Jamu Pegal Linu

Pemilihan produk-produk jamu pegal linu dilakukan di toko-toko jamu yang berada di Kota Madya Yogyakarta, Yogyakarta. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui produk-produk jamu pegal linu yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dasar dari pengamatan ini adalah 2 produk jamu pegal linu yang laris atau diminati oleh masyarakat sekitar. Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada penjual jamu di 12 toko-toko jamu di Kodya Yogyakarta. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepada penjual antara lain : produk jamu pegal linu apa saja yang dijual di toko jamu tersebut dan produk jamu pegal linu mana yang laris atau diminati oleh pengunjung pembeli. Dari hasil wawancara tersebut dipilih 2 produk jamu, yaitu jamu Pegal Linu produksi PT Sido Muncul, Semarang yang selanjutnya disebut denga jamu Pegal Linu ® Sido Muncul dan jamu Prolinu produksi PT Air Mancur, Solo yang selanjutnya disebut jamu Prolinu ® Air Mancur. Kedua produk jamu pegal linu inilah yang akan diuji efek dan perbandingan daya anti-inflamasinya dalam penelitian ini. 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Hasil Orientasi Percobaan

Orientasi percobaan dilakukan bertujuan untuk menguji apakah metode yang digunakan memiliki kevalidan yang dapat diterima. Ada tiga orientasi percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu orientasi selang waktu pemotongan kaki, orientasi dosis natrium diklofenak, dan orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak.

1. Orientasi selang waktu pemotongan kaki

Orientasi waktu pemotongan kaki ini bertujuan untuk mengetahui selang waktu yang tepat saat karagenin menimbulkan udema yang paling besar pada telapak kaki mencit. Orientasi selang waktu yang digunakan adalah 1, 2, 3, dan 4 jam setelah injeksi suspensi karagenin 1 pada telapak kaki kiri mencit secara subplantar. Data bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 dalam selang waktu tertentu dapat dilihat pada lampiran 4, sedangkan rata-rata bobot udema kaki mencit pada masing-masing kelompok tersaji pada gambar 4. 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 1 2 3 4 Waktu jam R a ta -r a ta B obot U d e m a g Gambar 4. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 pada rentang waktu tertentu. Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p 0,05, maka analisis dapat dilanjutkan dengan uji Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 . Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan. Uji Anava satu arah memiliki p 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan antar kelompok. Untuk melihat apakah perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara statistik maka dilakukan uji Scheffe. Hasil analisis lengkap bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1 dapat dilihat pada lampiran 9 dan rangkuman rata-rata bobot udema dan uji Scheffe orientasi selang waktu pemotongan kaki mencit dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki dan hasil uji Scheffe Hasil uji Scheffe terhadap kelompok Kel X ± SE gram n 1 2 3 4 1 0,0523 ± 0,005 3 - tb tb b 2 0,0436 ± 0,001 3 tb - b b 3 0,0662 ± 0,006 3 tb b - tb 4 0,0759 ± 0,002 3 b b tb - Keterangan : 1 : pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1 2 : pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1 3 : pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1 4 : pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1 X : rata-rata bobot udema SE : Standart Error tb : berbeda tidak bermakna b : berbeda bermakna Dari data bobot udema yang telah disajikan, terlihat bahwa secara statistik kelompok 4 pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1 berbeda bermakna terhadap kelompok 1 dan kelompok 2, tetapi berbeda tidak bermakna terhadap kelompok 3, artinya jika kaki mencit dipotong pada 3 atau 4 jam setelah injeksi karagenin 1 maka bobot udemanya dapat dikatakan sama. Berdasarkan dari grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 pada rentang waktu tertentu ternyata kelompok 4 memiliki kenaikan bobot udema yang paling besar. Terjadinya kenaikan bobot udema paling besar pada kelompok 4 dapat diartikan bahwa karagenin telah berefek menimbulkan inflamasi maksimal pada 4 jam setelah injeksi karagenin 1 . Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan selang waktu pemotongan kaki mencit pada penelitian ini.

2. Orientasi dosis natrium diklofenak

Orientasi ini bertujuan untuk menetukan dosis natrium diklofenak yang paling efektif dalam menurunkan bobot udema pada kaki mencit. Penetapan dosis efektif natrium diklofenak ini dilakukan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Handani 2002. Dosis orientasi natrium diklofenak yang digunakan adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mgkg BB. Data bobot udema kaki mencit orientasi pemberian natrium diklofenak dalam tiga peringkat dosis dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan rata-rata bobot udema kaki mencit untuk setiap dosis natrium diklofenak tersaji pada gambar 5. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI