disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu Handayani dan Suharmiati, 2002
Senyawa-senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat anti-inflamasi antara lain : senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan
minyak atsiri, senyawa golongan asam fenol, dan tanin Duweijua dan Zetlin, 1993.
Jamu pegal linu adalah salah satu jamu yang cukup dikenal dan sering digunakan dimasyarakat akhir-akhir ini. Biasanya berkhasiat menghilangkan
pegal linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh badan Winarno dan Sundari,
1996.
B. Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial pada daerah cedera atau nekrosis Price dan Wilson, 1992. Menurut Bellanti 1993, inflamasi dapat dipandang sebagai satu seri peristiwa kompleks
yang berkembang bila tubuh mendapat injuri secara mekanik atau agen kimia atau oleh proses penghancuran diri autoimun.
Inflamasi secara umum dibagi dalam 3 fase, yakni : inflamasi akut, respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap
cedera jaringan; hal tersebut terjadi melalui mekanisme pelepasan mediator kimia dan pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun. Respon imun
terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut
serta kronis. Akibat dari respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan, sebab organisme penyerang difagositosis atau dinetralisir, sebaliknya akibat
tersebut juga dapat merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera yang mendasarinya. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya
sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut seperti interferon, PDGF platelet-derived growth factor serta interleukin-1,2,3. Salah satu kondisi
yang paling penting yang melibatkan mediator-mediator ini ialah artritis reumatoid, dimana inflamasi kronis menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang
dan tulang rawan yang bisa menjurus kepada ketidakmampuan untuk bergerak dimana terjadi perubahan-perubahan sistemik yang bisa memperpendek umur
Katzung, 2001. Gejala reaksi radang yang dapat diamati :
1. Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul,
maka arteriol yang menyuplai daerah tersebut. Dengan demikian lebih banyak darah yang mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI