d. Zingeberis Rhizoma
Zingeberis Rhizoma atau rimpang jahe adalah rimpang Zingiber officinale Rosc. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,7 .
Isi simplisia : minyak atsiri 2 samapai 3 mengandung zingiberen, felandren, kamfer, limonen, borneol, sineol, sitral dan zingiberol, minyak
damar yang mengandung zingeron Anonim, 1978, flavonoida dan polifenol Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991.
Penggunaan : karminatif Anonim, 1978, obat rematik Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991.
e. Zingeberis aromaticae Rhizoma
Zingeberis aromaticae Rhizoma atau rimpang lempuyang wangi adalah rimpang dari Zingiber aromaticum Val. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari
0,4 . Isi simplisia : minyak atsiri 0,5 -1,0 mengandung zerunbon, humulen,
limonen Anonim, 1978, saponin, flavonoida dan tanin Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991.
Penggunaan : karminatif, stomakikum Anonim, 1978, obat radang dan obat encok Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991.
Berikut disajikan tabel perbandingan komponen bahan-bahan penyusun produk jamu Pegal Linu
®
Sido Muncul dan produk jamu Prolinu
®
Air Mancur. Diharapkan bahan-bahan penyusun yang sama antara kedua jamu pegal linu
tersebut merupakan bahan yang berkhasiat sebagai anti-inflamasi : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel I. Perbandingan komponen bahan-bahan penyusun produk jamu Pegal Linu
®
Sido Muncul dan produk jamu Prolinu
®
Air Mancur
Komponen Jamu Pegal Linu
®
Sido Muncul Jamu Prolinu
®
Air Mancur
Retrofracti Fructus √
√ Melaleuceae Fructus
√ Zingeberis aromaticae Rhizoma
√ √
Languatis Rhizoma √
√ Cyperi Rhizoma
√ Coriandri Fructus
√ Zingeberis Rhizoma
√
F. Metode Uji Anti-Inflamasi
Metode uji anti-inflamasi dapat dibagi menjadi dua yaitu secara in vitro dan in vivo.
Metode in vitro untuk aktivitas anti-inflamasi berguna untuk mengetahui pengaruh substansi-substansi fisiologi dalam proses terjadinya inflamasi, antara
lain histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. Salah satu metode in vitro untuk aktivitas anti-inflamasi adalah pengikatan
reseptor
3
H-Bradikinin. Bradikinin menghasilkan nyeri yang terjadi pada reaksi inflamasi dan menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi. Pengikatan reseptor
3
H-Bradikinin digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang menghambat pengikatan
3
H-Bradikinin dalam preparat membran yang didapat dari ileum guinea pig. Daya anti-inflamasi ditunjukkan dengan persen penghambatan ikatan
3
H-Bradikinin Vogel, 2002. Untuk memprediksi efektivitas terapeutik suatu sediaan, harus digunakan
secara serentak beberapa model penelitian in vivo, yang bersama dapat meniru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gejala dari akut dan kronik inflamasi seperti kemerahan, panas, eksudasi plasma, udema, nyeri, migrasi sel darah putih, proliferasi jaringan, deformasi organ,
penyusutan jaringan dan nekrosis sebagian Gryglewski, 1977. Beberapa metode uji aktivitas anti-inflamasi secara in vivo, yaitu:
1. Uji Eritema
Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan eritema yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi
plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam setelah penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang disebabkan UV
dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada reaksi inflamasi. Mekanisme dari reaksi ini tidak diketahui, tapi pelepasan prostaglandin
kelihatannya berperan pada fenomena ini Gryglewski, 1977. Keuntungan dari uji ini adalah sederhana tapi membutuhkan latihan bagi penggunanya untuk
menggunakan fotometer refleksi dengan tujuan untuk menghilangkan penilaian
subjektif Vogel, 2002. 2. Inflamasi eritema dan udema pada telingan rodentia
Metode ini menggunakan hewan uji mencit untuk eritema dan udema sedangkan tikus untuk pengukuran udema. Bahan penginduksi eritema atau
udema menggunakan minyak kroton, asam arakhidonat, dan etil fenil propionat. Antagonis pembandingnya adalah indometasin, kuersetin, hidrokortison dan
propanolol. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian dibagai dalam 5-7 per kelompok dosis. Bahan anti-inflamasi yang akan diujikan diaplikasikan pada
pinna telinga menggunakan mikropipet ± 15 menit sebelum pemberian iritan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada area yang sama. Penilaian untuk eritema dilakukan dengan pengamatan pada telingan hewan uji. Jika terjadi eritema diberi tanda ++, ringan +, dan jika
tidak ada eritema 0, sedangkan penilaian udema dilakukan dengan pemotongan
salah satu telingan dan ditimbang. Williamson, Okpako dan Evans, 1996. 3. Paw edema test
Diantara banyak metode yang digunakan untuk skrining obat anti- inflamasi, satu dari teknik yang paling umum digunakan didasarkan pada
kemampuan beberapa bahan uji untuk menghambat produksi udema kaki hewan uji setelah injeksi bahan pembuat radang. Banyak zat pembuat radang iritan
yang telah digunakan seperti formaldehid, dextran, albumin telur, karagenin, dll Vogel, 2002. Iritan yang paling banyak digunakan adalah karagenin. Karagenin
adalah polisakarida tersulfatasi yang diekstrak dari lumut irlandia Chondrus cripus Glyglewski, 1977. Reaksi inflamasi yang diinduksi karagenin mempunyai
dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir setelah 60 menit dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan bradikinin. Fase akhir
terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan
radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil Suleyman, Demircan, Karagoz, Oztasan, dan Suleyman, 2004. Efeknya dapat
diukur dengan beberapa cara misalnya kaki belakang dipotong pada sendi talocrural dan ditimbang Vogel, 2002.
4. Tes radang selaput dada
Radang selaput dada dikenal sebagai fenomena inflamasi eksudatif pada manusia Vogel, 2002. Radang selaput dada pada tikus dapat disebabkan injeksi
intrapleural dari turpentine, evans blue, gum arab, glikogen, dekstran, atau karagenin. Pada waktu tertentu setelah injeksi iritan hewan uji dibunuh dan
eksudat dipindahkan, lebih baik dengan mencuci rongga dada dengan sejumlah larutan Hank’s yang diketahui volumenya untuk memastikan didapatnya eksudat
dan sel utuh yang lengkap Gryglewski, 1977. Radang selaput dada yang disebabkan karagenin dipertimbangkan sebagai model inflamasi akut yang paling
sempurna dimana keluarnya cairan, migrasi leukosit, dan parameter biokimia lain yang ada dalam respon inflamasi dapat diukur dengan mudah dari eksudat Vogel,
2002
5. Tes kantung granuloma
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi anti-inflamasi kortikosteroid Vogel, 2002. Setelah kantung dibuat di punggung tikus dengan
injeksi subkutan 10 – 25 ml udara steril, berbagai iritan minyak croton yang dicairkan, turpentine, mikrobakterial, fosfolipase A
2
atau karagenin dimasukkan pada lubang Gryglewski, 1977. Empat puluh delapan jam sesudahnya udara
diambil dan hewan diinjeksi larutan uji atau larutan standar Vogel, 2002. Empat sampai empat belas hari setelahnya respon inflamasi dievaluasi dengan dasar
volume cairan yang diambil dari kantung sama seperti berat dan tebal dinding kantung. Model kantung granuloma ini lebih sensitif terhadap obat anti-inflamasi
steroid daripada non steroid Gryglewski, 1977. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI