54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam penelitian ini membahas tentang deskripsi penelitian, tingkat pengembalian kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan.
4.1 Deskripsi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian non- eksperimen dengan judul “Metode
Pengajaran yang digunakan Guru di Sekolah Dasar Inklusi se- kota Yogyakarta”
yang dilaksanakan mulai bulan Agustus tahun 2015 sampai dengan bulan Agustus tahun 2016. Peneliti meminta surat izin penelitian ke Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta untuk melakukan penelitian pada wilayah Kota Yogyakarta. Pada bulan Mei peneliti mulai menyebarkan blue print kepada dua dosen Universitas
Sanata Dharma yang bersedia untuk memvalidasi validator konstruk. Kuesioner disebarkan pada tanggal 20 Juni 2016
– 22 Juni 2016 kepada 42 guru yang mewakili 7 SD Negeri se-kota Yogyakarta. Teknis pembagian
kuesioner dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada guru kelas sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta, dan peneliti menjelaskan cara pengisian
kuesioner. Pengumpulan hasil kuesioner diterima oleh peneliti sesuai dengan deadline yang telah diberikan oleh peneliti. Guru-guru bersedia untuk mengisi
kuesioner dan mengembalikan kuesioner sesuai dengan deadline yang telah diberikan oleh peneliti.
55
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Jumlah guru kelas sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta sebanyak 42 guru dari 7 SD inklusi yang menjadi sampel penelitian. Guru kelas sekolah dasar
inklusi se-kota Yogyakarta bersedia mengisi kuesioner yang peneliti bagikan. Peneliti menyediakan instrumen berupa kuesioner yang berjumlah 42 buah.
Kuesioner yang kembali sebanyak 27 instrumen, hal ini terjadi karena beberapa guru tidak bersedia mengisi kuesioner dengan alasan tidak semua kelas yang
diampu terdapat siswa berkebutuhan khusus. Hal tersebut menjelaskan bahwa kuesioner yang kembali hanya 64.
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Peneliti menyebarkan kuesioner kepada 42 guru di 7 SD inklusi yang ada di Kota Yogyakarta. Kuesioner tersebut berisi 15 item pernyataan. Kuesioner
yang kembali berjumlah 27 instrumen. Hasil penelitian menjelaskan persentase penggunaan metode pengajaran
yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Data metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta,
dihitung melalui empat tahap. Tahap pertama yaitu menghitung total dari setiap item metode pengajaran. Tahap kedua yaitu mencari rata-rata nilai total benar
setiap item metode pengajaran. Rata-rata nilai total dihitung dengan menjumlah skor total masing-masing item.
Tahap ketiga yaitu menghitung presentase penggunaan metode pengajaran. Persentase dihitung dengan membagi rata-rata
nilai total dengan jumlah responden dikali dengan 100 . Tahap keempat yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
memasukkan hasil persentase ke dalam tabel. Adapun deskripsi metode pengajaran yang digunakan oleh 27 guru tersebut, akan diuraikan sebagai berikut:
a. Metode pengajaran langsung memiliki tiga indikator yaitu: indikator satu
memberikan latihan dengan bimbingan meliputi item nomor 1 dengan jawaban “ya” sebanyak 25 responden dan item nomor 2 dengan jawaban
“ya” sebanyak 25 responden; indikator kedua penyampaian materi meliputi item nomor 3 memberikan umpan balik dengan jawaban “ya”
sebanyak 24 responden; dan indikator ketiga, meliputi item nomor 4 dengan jawaban “ya” sebanyak 26 responden dan item nomor 5 dengan
jawaban “ya” sebanyak 26 responden. b.
Metode pengajaran tidak langsung memiliki dua indikator yaitu: indikator satu guru sebagai fasilitator meli
puti item nomor 6 dengan jawaban “ya” sebanyak 25 responden, dan indikator kedua berpusat pasa siswa
meliputi item nomor 7 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden. c.
Metode pengajaran latihan mandiri memiliki tiga indikator yaitu: indikator satu memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri meliputi item
nomor 8 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden dan item nomor 9 dengan jawaban “ya” sebanyak 22 responden; indikator kedua melatih
siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan meliputi item nomor 10 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden; dan indikator ketiga
memberi latihan agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan meliputi item nomor 11 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden dan
item nomor 12 dengan jawaban “ya” sebanyak 25 responden. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
d. Metode pengajaran scaffolding memiliki tiga indikator yaitu: indikator
satu mengatur tingkat kesulitan materi pelajaran meliputi item nomor 13 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden; indikator kedua
memanfaatkan model pembelajaran yang beragam meliputi item nomor 14 dengan jawaban “ya” sebanyak 26 responden; dan indikator ketiga
melatih tanggung jawab meliputi item nomor 15 dengan jawaban “ya” sebanyak 23 responden.
Guru di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta menggunakan metode pengajaran langsung, pengajaran tidak langsung, dan pengajaran scaffolding.
Seperti yang diungkap Archer Hughes dalam Friend, 2015 bahwa scaffolding sangat membantu bagi siswa berkebutuhan khusus yang cenderung mengalami
permasalahan dalam memperhatikan, mengingat, dan mengatur informasi secara berarti. Namun, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa beberapa guru di sekolah
dasar inklusi se-kota Yogyakarta belum secara maksimal dalam menggunakan metode pengajaran, terlebih pada metode pengajaran scaffolding yang menjadi ciri
khas dari pendidikan inklusi.
4.3.2 Pemetaan Metode Pengajaran
Dari hasil deskripsi yang telah diuraikan oleh peneliti, peneliti dapat memetakan persentase metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar
inklusi se-kota Yogyakarta. Adapun hasil pemetaannya sebagai berikut rincian persentase penggunaan metode pengajaran dapat dilihat pada lampiran 3:
58
No. Metode
Persentase
1. Metode pengajaran langsung
26.1
2. Metode pengajaran tidak langsung
24.9
3. Metode pengajaran latihan mandiri
24.1
4. Metode pengajaran scaffolding
24.9
Jumlah
100
Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Metode Pengajaran Berdasarkan tabel 4.1, maka diperoleh jumlah persentase penggunaan
metode pengajaran yang digunakan gurusekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta sebagai berikut: pengajaran langsung sebanyak 26.1, pengajaran tidak langsung
sebanyak 24.9, pengajaran latihan mandiri sebanyak 24.1, dan pengajaran scaffolding sebanyak 24.9. Untuk memudahkan pembaca, maka data tersebut
diolah ke dalam grafik lingkaran yang dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut:
Grafik 4.1 Persentase Metode Pengajaran
4.4 Pembahasan