Pembahasan 24.9 24.9 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

58 No. Metode Persentase 1. Metode pengajaran langsung 26.1 2. Metode pengajaran tidak langsung 24.9 3. Metode pengajaran latihan mandiri 24.1 4. Metode pengajaran scaffolding 24.9 Jumlah 100 Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Metode Pengajaran Berdasarkan tabel 4.1, maka diperoleh jumlah persentase penggunaan metode pengajaran yang digunakan gurusekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta sebagai berikut: pengajaran langsung sebanyak 26.1, pengajaran tidak langsung sebanyak 24.9, pengajaran latihan mandiri sebanyak 24.1, dan pengajaran scaffolding sebanyak 24.9. Untuk memudahkan pembaca, maka data tersebut diolah ke dalam grafik lingkaran yang dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut: Grafik 4.1 Persentase Metode Pengajaran

4.4 Pembahasan

Dari hasil olah data diketahui bahwa guru-guru SD inklusi se-kota Yogyakarta lebih banyak menggunakan metode pengajaran langsung 26.1, pengajaran tidak langsung 24.9 dan pengajaran scaffolding 24.9. Guru

26.1 24.9

24.1 24.9

Metode Pengajaran Langsung Tidak Langsung Latihan Mandiri Scaffolding 59 perlu menguasai metode pengajaran langsung sebab metode tersebut dapat dijadikan acuan bagi guru untuk dapat mengetahui perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan secara khusus. Selain itu, guru juga memiliki keterampilan menyampaikan pembelajaran dalam bentuk demonstrasi agar memudahkan siswa memahami konsep pembelajaran. Guru perlu menguasai metode pengajaran tidak langsung, sebab metode tersebut mengarahkan siswa untuk mampu menggali ide-ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolah, dan hubungannya dengan orang-orang lain. Dalam metode pengajaran tidak langsung, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru hanya memberikan umpan dan bimbingan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Dengan begitu siswa akan terdorong untuk mendapatkan informasi melalui berbagai macam sumber belajar, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru perlu menguasai metode scaffolding karena melalui scaffolding, guru dapat membantu siswa untuk mengoptimalkan taraf kemampuan masing-masing siswa berkebutuhan khusus maupun siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus. Pengoptimalan kemampuan tersebut dapat dilakukan guru kepada siswa dengan memberikan pujian, nasihat, maupun motivasi sehingga siswa merasa terdorong untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu, guru perlu melatih rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang dikerjakannya. Pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengajaran langsung sebagai berikut: 1 guru mengajukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, 2 guru perlu menyoroti poin-poin penting dengan menggunakan contoh konkret, dan 3 guru harus mampu menyampaikan materi pembelajaran baik berupa konsep maupun keterampilan, serta memberikan umpan balik kepada siswa. Dalam metode pengajaran tidak langsung, proses pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dapat dilakukan guru dengan cara sebagai berikut: 1 tidak membatasi siswa untuk mencari sumber belajar lainnya sehingga siswa dapat terus mengembangkan pemikirannya, 2 memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dengan memberikan tugas yang memungkinkan siswa menggali ide-ide yang dimilikinya. Pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengajaran scaffolding sebagai berikut: 1 menyajikan tugas belajar secara jelas dan bertahap sesuai taraf perkembangan siswa, 2 pemberian bantuan difokuskan pada aspek-aspek yang belum dikuasai siswa secara maksimal, 3 memberikan contoh melalui proses berfikir ataupun melakukan tindakan agar siswa dapat belajar dari contoh yang ditampilkan, dan 4 memberikan respon terhadap tugas yang diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan lokakarya bagi guru tentang pentingnya mengetahui dan menguasai metode pengajaran yang digunakan di sekolah dasar inklusi, khususnya metode pengajaran scaffolding yang menjadi ciri khas dalam metode pengajaran di sekolah inklusi. Dalam penggunaan metode pengajaran scaffolding, guru perlu mengetahui dan memahami tingkat kemampuan siswa. Guru juga perlu memahami kecerdasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 ganda agar dapat memadukan metode pengajaran dengan kecerdasan ganda setiap siswa secara maksimal di sekolah inklusi, sehingga guru benar-benar membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dari uraian di atas, maka peneliti menganalisis hasil penelitian yang dapat digunakan guru serta orangtua sebagai acuan menggunakan metode pengajaran, sebagai berikut: 1. Guru sekolah dasar inklusi perlu menguasai metode pengajaran yang digunakan sebab metode pengajaran diharapkan dapat membantu siswa berkebutuhan khusus untuk memperkembangkan potensinya. 2. Guru perlu mengembangkan kemampuan mengajar yang dimilikinya agar dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. 3. Guru perlu mengaitkan metode pengajaran dengan kecerdasan ganda, sebab kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa berbeda. Memadukan kecerdasan ganda yang dimiliki siswa dengan metode pengajaran yang digunakan, tentu saja dapat membantu siswa untuk menggali potensi yang dimilikinya. 4. Guru harus mampu mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa agar siswa berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan pula untuk menjadi sukses terlepas dari kekurangan yang dimilikinya. 5. Orangtua tidak perlu merasa berkecil hati atau bahkan malu ketika memiliki seorang anak dengan kebutuhan khusus, sebab apabila dibimbing 62 dengan menggunakan metode pengajaran yang sesuai, maka anak berkebutuhan khusus mampu menyamakan dirinya dengan anak yang tidak berkebutuhan secara khusus. 6. Orangtua anak berkebutuhan khusus juga perlu belajar lebih banyak tentang bagaimana mendidik dan membimbing anaknya di rumah, dengan menggunakan metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah. 7. Orangtua sebaiknya dengan sadar dan mengetahui bahwa setiap anak berkebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan secara khusus, mendapatkan porsi pendidikan yang sesuai dengan kemampuan masing- masing pribadinya. 63

BAB V PENUTUP