Pengajaran Latihan Mandiri KAJIAN TEORI

27

d. Pengajaran Latihan Mandiri

Metode pengajaran berikutnya adalah metode pengajaran latihan mandiri. Metode pengajaran latihan mandiri adalah cara digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga siswa tidak bergantung pada guru ataupun siswa lain untuk dapat belajar. Tujuan utama dari latihan adalah membantu siswa untuk memperhalus atau memperkuat keterampilan mereka pada sejumlah bidang Friend, 2015. Berikut tujuh garis pedoman untuk menerapkan kegiatan latihan secara efektif di kelas: 1. Siswa sebaiknya hanya melatih keterampilan atau bahasan yang telah dipelajari sebelumnya, tugas yang terlalu sulit dapat berujung pada tingginya perilaku siswa untuk mengabaikan tugas. 2. Latihan akan lebih efektif ketika siswa mempunyai hasrat untuk mempelajari apa yang mereka latih. 3. Latihan harus bersifat individual, dalam hal ini latihan diatur sedemikian rupa agar setiap siswa mampu bekerja secara mandiri. 4. Latihan harus spesifik dan tersistem, hal ini khususnya penting bagi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan lebih banyak latihan agar dapat menguasai keterampilan akademis. 5. Siswa harus lebih banyak berlatih untuk sejumlah kecil keterampilan dibandingkan sedikit berlatih untuk banyak keterampilan. 6. Latihan harus diatur sedemikian rupa agar siswa mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi. 28 7. Latihan harus diatur agar siswa maupun guru sama-sama segera memperoleh umpan balik. Latihan mandiri berupaya untuk mengembangkan kebebasan pada siswa dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tidak dikendalikan guru maupun siswa lain. Terlebih dahulu siswa akan memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media cetak dan non cetak. Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti membaca sendiri, belajar secara individu, dan latihan-latihan individu. Berdasarkan keempat metode pengajaran tersebut, diperoleh beberapa indikator yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan item pernyataan. Keempat metode pengajaran tersebut dijadikan acuan sebagai aspek dalam penyusunan instrumen penelitian ini. Aspek pertama yaitu pengajaran langsung, indikatornya 1 memberikan latihan dengan bimbingan, 2 penyampaian materi, dan 3 memberikan umpan balik. Aspek kedua yaitu pengajaran tidak langsung, indikatornya 1 guru sebagai fasilitator, dan 2 berpusat pada siswa. Metode pengajaran scaffolding, indikatornya 1 mengatur tingkat kesulitan materi pelajaran, 2 memanfaatkan model pembelajaran yang beragam, dan 3 melatih tanggung jawab. Aspek keempat, pengajaran latihan mandiri, indikatornya 1 memfasilitasi siswa untuk dapat bekerja mandiri, 2 melatih siswa untuk berlatih sejumlah kecil keterampilan, dan 3 memberi latihan agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

2.1.4 Sekolah Dasar Inklusi se-kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta adalah kota yang menjadi objek penelitian metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi. Data yang didapat dari UPTD Kota Yogyakarta terdapat 27 SD, baik berstatus negeri maupun swasta yang tergolong dalam sekolah dasar inklusi. Dari 27 SD tersebut, hanya 7 SD yang berkenan untuk memberikan data kaitannya dengan pendidikan inklusi, dengan alasan beberapa sekolah dasar yang tercatat sebagai sekolah dasar inklusi belum mendapat surat keputusan dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bahwa sekolahnya masuk ke dalam kategori sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Ketujuh sekolah dasar tersebut terbagi di beberapa kecamatan se-kota Yogyakarta. No. Sekolah Dasar Inklusi Jumlah dan Kategori Siswa ABK 1. SD Negeri Giwangan 3 siswa slow learner 2. SD Negeri Wirosaban 12 siswa slow learner 3. SD Negeri Pakel 1 siswa hiperaktif 4. SD Negeri Tamansari I 7 siswa slow learner 5. SD Negeri Juara 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner 6. SD Negeri Baciro 6 siswa slow learner 7. SD Negeri Karanganyar 27 siswa slow learner Tabel 2.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta Di kecamatan Umbulharjo terdapat 3 SD inklusi, yaitu 1 SD Negeri Giwangan Yogyakarta, terletak di Jl. Tegalturi No.45 Umbulharjo, 2 SD Negeri Wirosaban yang terletak di Jl. Wiroyudo II, Sorosutan, Umbulharjo, dan 3 SD Negeri Pakel yang terletak di Jl. Tritunggal No.27 Umbulharjo. Di kecamatan Wirobrajan hanya terdapat satu SD inklusi yaitu SD Negeri Tamansari I, yang terletak di Jl. Kapt. Piere Tendean No.43 Yogyakarta. Di 30 kecamatan Gondokusuman terdapat pula dua SD inklusi yaitu SD Negeri Juara yang terletak di Jl. Gayam No. 9 Yogyakarta dan SD Negeri Baciro yang terletak di Jl. Mawar 17A Yogyakarta. SD inklusi yang selanjutnya berada di kecamatan Mergangsan, SD inklusi tersebut ialah SD Negeri Karanganyar yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No.29A Yogyakarta. Sekolah dasar tersebut ditetapkan sebagai sekolah dasar inklusi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, di mana sekolah tersebut dianggap mampu memberikan penanganan pada siswa berkebutuhan khusus tanpa memandang suku, fisik, dan mental yang ingin mengenyam bangku pendidikan di sekolah dasar pada umumnya bersama siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus. Guru dari ketujuh SD tersebut berjumlah 42 orang. Sebagian besar siswa berkebutuhan khusus yang ada di sekolah dasar inklusi tersebut, meliputi kategori siswa slow learner, hiperaktif, disleksia, dan disgrafia dengan jumlah siswa yang berbeda- beda. Di SD Negeri Giwangan terdapat 3 siswa slow learner, SD Negeri Wirosaban terdapat 12 siswa slow learner, SD Negeri Pakel terdapat 1 siswa hiperaktif, SD Negeri Tamansari I terdapat 7 siswa slow learner, SD Negeri Juara terdapat 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner, SD Negeri Baciro terdapat 6 siswa slow learner, dan di SD Negeri Karanganyar terdapat 27 siswa slow learner.

2.1.5 Kecerdasan Ganda

Setiap anak yang terlahir di dunia ini memiliki berbagai potensi di dalam dirinya. Gardner 2003 mengidentifikasi adanya sembilan macam potensi kecerdasan di dalam otak manusia. Jika diberi kesempatan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 kebebasan, serta difasilitasi untuk berkembang, maka potensi-potensi tersebut dapat muncul menjadi bakat-bakat yang nyata. Apabila hal ini dipupuk terus menerus maka akan berkembang menjadi kecerdasan. Melalui kecerdasan inilah seseorang dapat menjadi profesional. Dalam kenyataannya, tidak semua potensi di dalam diri seseorang sama kuatnya dan tidak semuanya dapat dikembangkan menjadi kecerdasan. Hanya satu atau beberapa di antaranya yang dapat benar-benar berkembang optimal. Howard Gardner, seorang profesor di bidang pendidikan dari Harvard University, Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul Multiple Intelligences, yang lazim diterjemahkan menjadi kecerdasan ganda, mengartikan inteligensi kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam- macam dan dalam situasi yang nyata Widya Dharma, 2004. Kesembilan inteligensi yang dikemukakan oleh Gardner 2003 adalah kecerdasan bahasa, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan ruang-visual, kecerdasan kinestetik- badani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal atau kecerdasan antar pribadi, kecerdasan intrapersonal atau kecerdasan diri pribadi, kecerdasan lingkungan, dan kecerdasan eksistensial. 2.1.6 Christy Brown: ABK yang Sukses Setiap anak memiliki potensi dalam dirinya masing-masing tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus pun berhak mendapat pendidikan dan peluang untuk menjadi sukses apabila potensi yang ada dalam dirinya mampu diperkembangkan seoptimal mungkin, baik dengan 32 dukungan dari orangtua, lingkungan, maupun dengan bantuan tenaga pendidik yang ahli dalam bidangnya. Salah satu contoh anak berkebutuhan khusus yang mampu membuktikan kesuksesannya yaitu Christy Brown. Christy Brown ialah seorang pengarang, pelukis, dan penyair yang berasal dari Irlandia. Ia lahir pada 5 Juni 1932 di Crumlin, Dublin, Irlandia. Brown, panggilan akrabnya, terlahir di tengah keluarga yang berprofesi sebagai tukang batu. Sejak lahir, Brown menderita cerebral palsy yaitu kerusakan otak yang membuatnya tidak mampu bergerak dan berbicara secara normal, hanya kaki kirinya saja yang dapat bergerak. Beruntung Brown memiliki ibu yang selalu memotivasi dan melatihnya untuk menulis dengan kaki kirinya. Pada usia 5 tahun, Brown mulai belajar menulis dengan kaki kirinya. Hingga ia berusia 17 tahun, ia tidak hanya mampu menulis tetapi juga dapat menciptakan lukisan. Brown tidak pernah belajar di kelas pendidikan formal. Hanya sesekali ia datang ke Santa Brendan, sekolah klinik di Sandymount untuk belajar. Di sana ia bertemu dengan seorang dokter yaitu dokter Robert Collis, beliau juga seorang penulis. Dokter Collis melihat bahwa Brown memiliki bakat menulis alami. Dokter Collis menyebut Brown sebagai novelis alami. Perlahan namun pasti, dengan tekun Brown menulis riwayat hidupnya yang berjudul “My Left Foot”. Dokter Coliis membantu Brown mempublikasikan autobiografinya tersebut dalam bentuk novel. Brown kemudian menjadi terkenal dan menikah dengan Mary Carr. Kehidupannya berubah menjadi bahagia dan lebih baik daripada masa kecilnya. Brown meninggal di usia 49 tahun, pada tanggal 6 September 1981. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Biografi Brown sempat diadaptasikan ke dalam film layar lebar yang dirilis pada tahun 1989. Brown membuktikan bahwa dengan bimbingan dari ibunya dan Dokter Collis, tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi sukses dengan terus menggali potensi yang ia miliki. Sekalipun Brown mengalami kerusakan otak, namun Brown berhasil membuktikan dan mengembangkan kecerdasan ganda yang ada pada dirinya. Berkat pendampingan, Brown dapat mengembangkan kecerdasan lingusitik, ruang visual, serta interpersonal yang membuatnya berkembang dengan menjadi seorang pengarang, penyair, dan pelukis.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan