Pengajaran Tidak Langsung Scaffolding

23

b. Pengajaran Tidak Langsung

Metode pengajaran tidak langsung merupakan hasil pemikiran Carl Roger dan tokoh lain yang mengembangkan konseling indirect. Roger dalam Sholeh, 2014 mengaplikasikan strategi konseling tersebut dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak langsung lebih banyak berpusat pada siswa, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Dalam kegiatan pembelajaran, guru membantu siswa menggali ide-ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolah, dan hubungannya dengan orang-orang lain. Metode pengajaran tidak langsung ini sangat cocok ketika berada dalam keadaan seperti berikut: 1. Pembelajaran yang menitikberatkan pada hasil, akibat dan efek pembelajaran terhadap siswa, baik menyangkut pemikiran, tingkah laku, nilai dan karakter. 2. Siswa membutuhkan penyelidikan atau penemuan sesuatu untuk kebaikan dari pembelajaran yang akan datang. 3. Ada lebih dari satu jawaban yang tepat. 4. Ingatan yang lebih tajam dari konsep. 5. Pengembangan ego dan motivasi intrinsik dapat diharapkan. 6. Keputusan harus dibuat atau masalah-masalah harus dipecahkan. Agar siswa mendapatkan hasil yang maksimal selama proses pembelajaran tidak langsung, maka penting bagi seorang guru untuk terlebih dahulu mengajarkan keterampilan dan proses penting yang dibutuhkan siswa untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. 24

c. Scaffolding

Metode pengajaran yang selanjutnya ialah scaffolding. Archer dalam Friend, 2015 berpendapat bahwa scaffolding adalah pendekatan yang telah lama digunakan dan berhasil membantu siswa dalam mengembangkan bermacam-macam kemampuan, mulai dari kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut pendapat Rosenshine Meister, scaffolding merupakan “bentuk dukungan yang disediakan guru atau siswa lain untuk membantu siswa menjembatani jarak antara kemampuan mereka yang sekarang dengan target yang ditu ju” dalam Friend, 2015. Sebelum menggunakan scaffolding, guru mula-mula mencari tahu apakah siswa-siswinya memiliki pengetahuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari keterampilan yang akan diajarkan, dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan strategi kognitif yang baru: guru memperkenalkan strategi yang konkret. Pertama-tama guru memperkenalkan strategi pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah, mengajukan hipotesis untuk menjelaskan masalah, mengumpulkan data untuk mengevaluasi hipotesis, mengevaluasi bukti, dan membuatkesimpulan. b. Mengatur tingkat kesulitan selama latihan terbimbing: siswa mulai melatih strategi baru dengan materi pelajaran yang sudah disederhanakan sehingga mudah untuk mempelajarinya. c. Menyediakan konteks yang beraneka ragam untuk latihan siswa: proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, melainkan di luar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 kelas atau dibuat kelompok kooperatif sehingga masing-masing siswa dapat membantu teman lain yang belum paham. d. Menyediakan umpan balik: guru membuat daftar ceklist evaluasi berdasarkan pada pemecahan masalah. Siswa mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri untuk mengevaluasi kemampuan diri siswa. e. Meningkatkan tanggung jawab siswa: siswa diberikan tugas mandiri, namun dengan meminimalisir bantuan dari guru atau teman lain. f. Menyediakan latihan mandiri: guru memberikan tugas individu kepada siswa untuk membantu mereka dalam menerapkan hal yang telah mereka pahami tehadap situasi baru. Menurut Archer Hughes, scaffolding sangat membantu bagi siswa berkebutuhan khusus yang cenderung mengalami permasalahan dalam memperhatikan, mengingat, dan mengatur informasi secara berarti dalam Friend, 2015. Adinegara dalam Mardiyan, 2013 mengemukakan scaffolding sebagai pemberian bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian siswa tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, segera setelah ia dapat melakukannya sendiri. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, dan menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri dan mengembangkan potensinya. Scaffolding sebagai suatu teknik bantuan belajar yang dilakukan pada saat siswa merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tugas-tugas belajarnya. Pembelajaran scaffolding dapat ditempuh melalui tahapan berikut: 26 1. Melaksanakan asesmen kemampuan awal dan taraf perkembangan setiap siswa untuk menentukan Zone of Proximal Developmental ZPD, yakni wilayah perkembangan siswa yang masih berpotensi dan berpeluang untuk ditingkatkan serta dioptimalkan melalui bantuan guru, teman, atau lingkungan pembelajaran tertentu, termasuk di dalamnya pemanfaatan teknologi. 2. Menjabarkan tugas-tugas dan aktivitas belajar secara rinci sehingga dapat membantu siswa melihat zona yang perlu di-scaffold. 3. Menyajikan struktur atau tugas belajar secara jelas dan bertahap sesuai taraf perkembangan siswa, yang dapat dilakukan melalui: penjelasan, dorongan motivasi, dan pemberian contoh modelling. 4. Mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri. Dari beberapa pendapat tokoh tersebut, disimpulkan bahwa scaffolding adalah dukunganbimbingan belajar yang diberikan guru kepada siswa agar dapat belajar secara mandiri. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa berkebutuhan khusus, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar secara mandiri. Jika siswa belum mampu mencapai kemandirian dalam belajarnya, maka guru kembali ke sistem dukungan awal untuk membantu siswa memperoleh kemajuan sampai mereka benar-benar mampu mencapai kemandirian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

d. Pengajaran Latihan Mandiri