daun M. tanarius jangka panjang yang dilakukan oleh Windrawati 2013 menghasilkan nilai aktivitas serum ALT dan AST yang paling baik pada dosis
tertinggi. Dosis yang digunakan yaitu 3840 mgkgBB, dengan pencuplikan darah yang dilakukan pada jam ke-24 setelah penginduksian CCl
4
. Berikut ini hasil penelitian dalam bentuk tabel dan diagram batang:
Tabel V. Pengaruh perlakuan jangka pendek ekstrak metanol-air daun M. tanarius 3840 mgkgBB berdasarkan aktivitas serum ALT dan
AST pada beberapa variasi waktu terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida
Kel. Purata ± SE UL
Aktivitas serum ALT Purata ± SE UL
Aktivitas serum AST Efek Hepatoprotektif
I. 82,2 ± 2,7
118,6 ± 5,1 -
II. 246,4 ± 17,0
596,2 ± 25,3 -
III. 65,6 ± 5,1
108,6 ± 3,1 -
IV. 95,8 ± 4,2
271,0 ± 35,9 61,12
V. 140,6 ± 6,3
431,0 ± 24,5 42,93
VI. 147,4 ± 11,3
429,6 ± 17,8 40,17
VII. 113,4 ± 7,5
408,6 ± 7,3 53,97
VIII. 74,2 ± 5,9
177,8 ± 19,8 69,88
I : Kelompok kontrol negatif olive oil dosis 3840 mgkgBB II : Kelompok kontrol hepatotoksin CCl
4
dosis 3840 mgkg BB III : Kelompok kontrol perlakuan Ekstrak metanol air daun M. tanarius
dosis 3840 mgkgBB IV : Kelompok perlakuan EMAMT 3840 mgkgBB ½ jam + CCl
4
840mgkgBB V : Kelompok perlakuan EMAMT 3840 mgkgBB 1 jam + CCl
4
3840mgkgBB VI : Kelompok perlakuan EMAMT 3840 mgkgBB 2 jam + CCl
4
3840mgkgBB VII : Kelompok perlakuan EMAMT 3840 mgkgBB 4 jam + CCl
4
3840mgkgBB VIII : Kelompok perlakuan EMAMT 3840 mgkgBB 6 jam + CCl
4
3840mgkgBB EMAMT = Ekstrak Metanol-Air Daun M. tanarius; SE = Standard Error;
1. Kontrol negatif
Kontrol negatif ini bertujuan untuk mengetahui kenaikan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus tidak disebabkan karena pelarut dari senyawa
hepatotoksin melainkan berasal dari senyawa yang diinduksikan yaitu CCl
4
. Pada penelitian ini, digunakan kontrol negatif yaitu olive oil, sebagai pelarut dari CCl
4
. Pada penelitian ini, digunakan olive oil dengan dosis 2 mlkg BB Janakat,
Al-Merie, 2003. Dosis yang digunakan sama dengan dosis hepatotoksin yang digunakan, dengan perbandingan 1:1. Dari hasil pengukuran aktivitas serum ALT
yang diperoleh dari kelompok kontrol negatif dapat dilihat pada tabel V diatas menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT kontrol negatif adalah sebesar 82,2 ±
2,7 UL dan dari tabel VI dapat dilihat bahwa aktivitas AST sebesar 118,6 ± 5,1 UL. Hasil pengujian terhadap aktivitas serum ALT dan AST menunjukkan bahwa
pemberian olive oil dengan dosis 3840 mgkgBB pada tikus tidak mempengaruhi kenaikan aktivitas serum AST dan ALT. Dari hasil statistik, apabila dibandingkan
dengan perlakuan pada jam ke-0 menunjukkan perbedan yang tidak bermakna. Hal ini mengindikasikan bahwa bila terjadi kenaikan aktivitas ALT dan AST ada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan bukan berasal dari pelarut olive oil. Data hasil perbandingan aktivitas serum ALT dan AST pada jam ke-0 apabila
dibandingkan dengan perlakuan kontrol negatif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI. Perbandingan aktivitas serum ALT jam ke-0 dengan perlakuan kontrol negatif olive oil
ALT Jam ke-24
Kontrol negatif Jam ke-24
TB Kontrol negatif
TB BB= berbeda bermakna p0,05; TB = berbeda tidak bermakna p0,05
Tabel VII. Perbandingan aktivitas serum AST jam ke-0 dengan perlakuan kontrol negatif olive oil
AST Jam ke-24
Kontrol negatif Jam ke-24
TB Kontrol negatif
TB BB= berbeda bermakna p0,05; TB = berbeda tidak bermakna p0,05
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap enzim alanin transferase dan aspartat transferase pada serum darah tikus karena kedua enzim
tersebut dapat mengalami peningkatan jika terjadi kerusakan pada hati. Sebagai faktor penentu utama adalah aktivitas serum ALT karena enzim tersebut spesifik
terdapat di hati, sedangkan untuk AST tidak spesifik berada di hati tetapi dapat ditemukan pada organ lainnya, misalnya otot. Oleh karena itu, adanya perubahan
akivitas serum AST dapat disebabkan tegangnya tikus saat pengambilan darah, sehingga mempengaruhi kinerja otot dan menaikkan serum AST. Aktivitas serum
AST dapat digunakan sebagai faktor yang mendukung adanya kerusakan hati. Namun dengan gabungan pengujian kerusakan hati menggunakan pengujian ALT
dan AST lebih baik dan lebih sensitif bila dibandingkan dengan pengujian menggunakan enzim hidrogenase dalam menunjukkan adanya kerusakan pada hati
akibat induksi hepatotoksin, karena keberadaan enzim tersebut tidak spesifik bekerja di hati.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 3840 mgkgBB